Anda di halaman 1dari 34

Perencanaan dan Penganggaran

Pemerintah Pusat

Nama Anggota :
1.Ahrun Naza
2.Fitri Wahyuni
3.Muhammad Luthfi
1.Mengenai proyek flyover, wewenang siapakah yg membangun
proyek tersebut,dan mengapa ada pembangunan proyek yg tidak
selesai ? Dan Jenis anggaran apakah yg diterapkan Pemerintah
daerah di Indonesia ? ( Mitha )
Jawab :
Sesuai UU no 25 tahun 2004, Dalam hal wewenang
pembangunan, antara pusat dan daerah mesti ada koordinasi dan
sinkronisasi perencanaan pembangunan agar apa yang menjadi
prioritas nasional dan daerah dapat terdefinisikan dengan baik.
Banyak hal yang menyebabkan pembangunan proyek
pemerintah bermasalah/tidak selesai, seperti :
o Keterlambatan lelang dari pemerintah.
o Kurangnya ketelitian saat membuat jadwal aktivitas pelaksanaan
proyek
o Tidak sesuainya kontrak dengan perencanaan

(Sumber : Sulaiman Muhammad dkk,Analisis Penyebab keterlambatan


proyek ditinjau dari waktu pelaksanaan di Provinsi Aceh,Vol:1,No:2,2017,pp 405-
418 )
 Pembebasan lahan
Contoh proyek yang mangkrak pengerjaannya:
1. Pembangkit listrik tenaga uap 2000 MW di Jawa Tengah senilai 3 miliar dollar
AS (kendala pembebasan lahan)
2. Tol Kemayoran-Kampung Melayu senilai 695,4 juta dollar AS (terhambat
pembebasan lahan)
3. Tol Sunter-Rawa Buaya-Batu Ceper senilai 976,1 juta juta dollar
AS (terhambat pembebasan lahan)
4. Tol Ulujami-Tanah Abang senilai 425,5 juta juta dollar AS (terhambat
pembebasan lahan)
5. Tol Pasar Minggu-Casablanka senilai 572 juta juta dollar AS (terhambat
pembebasan lahan)
6. Tol Sunter-Pulo Gebang-Tambelang senilai 737,8 juta juta dollar AS
(terhambat pembebasan lahan)
7. Tol Duri Pulo- Kampung Melayu senilai 596 juta juta dollar AS (terhambat
pembebasan lahan)
8. Tol Nusa Dua-Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai-Benoa senilai 196 juta juta
dollar AS (berjalan sejak 30 September 2013)

(Sumber :https://bisnis.tempo.co/read/681305/ini-daftar-22-proyek-mangkrak-
senilai-rp-143-triliun/full&view=ok )
 Jenis anggaran yang diterapkan adalah penganggaran berbasis
kinerja, yang mana anggaran yang disusun dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan (input), dan hasil yang diharapkan
(outcomes), sehingga dapat memberikan informasi tentang efektivitas
dan efisiensi kegiatan.
kerangka PBK tingkat Nasional dan hubungan masing‐masing
tingkatan kinerja secara rinci dalam rangka pencapaian outcome
nasional, sebagai berikut:
a. RKP terbagi dalam prioritas‐prioritas yang menghasilkan
kinerja berupa outcome sesuai prioritas (prioritas RKP sesuai dengan
platform Presiden)
b. Prioritas tersebut terbagi dalam fokus prioritas yang
menghasilkan outcome beberapa K/L yang bersinergi;
c. Fokus prioritas dimaksud dijabarkan dalam kegiatan‐kegiatan
prioritas yang menjadi tanggung jawab K/L (unit kerjanya) sesuai
dengan tugas‐fungsinya. Kegiatan prioritas menghasilkan
output untuk mendukung pencapaian outcome K/L.

2. Bagaimana rekomendasi anda cara agar pembangunan proyek
pemerintah berjalan lancar sehingga penyelewengan proyek di
apbn dapat diminimalkan? Jelaskan (Lisa )
Jawab :
Menurut perpres no 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang
dan jasa pemerintah Pasal 7 menjelaskan Semua pihak yang
terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa mematuhi etika sebagai
berikut:
o melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung
jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran, dan
ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
o Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga
kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus
dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan
Pengadaan Barang/Jasa;
o Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung yang berakibat persaingan usaha tidak sehat;
o Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan
yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis
pihak yang terkait;
Lanjutan

o menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan


pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam Pengadaan
Barang/Jasa;
o menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran
keuangan negara;
o menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang
dan/atau kolusi; dan
o tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan
untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan
apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut
diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.
3. Apakah ada hubungan antara proses perencanaan
pembangunan dan penganggaran baik tingkat nasional
maupun daerah? Jelaskan ( Sasmita )
Jawab:
Tentu ada, hubungan atau keterkaitan tersebut dapat dilihat
pada berbagai undang-undang yang mengaturnya. Sistem
Perencanaan dan pembangunan diatur dalam uu no 25 tahun
2004, sedangkan pengelolaan keuangan( penganggaran )
berdasarkan uu no 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara.
Penjelasannya :
o RKP menjadi Pedoman Penyusunan RAPBN

o RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD

o Penyusunan RAPBN harus berpedoman pada RKP

o Penyusunan RAPBD harus berpedoman pada RKPD


4. Menurut anda, adakah permasalahan yang perlu di
evaluasi dalam system perencanaan pembangunan
nasional ( SPPN ) saat ini sesuai uu no 25 tahun 2004? (
Nadya )

Jawab :
Menurut kami ada, seperti :
o Terpisahnya proses perencanaan dan
penganggaran, terlihat bahwa undang-undang
perencanaan dan penganggaran yang ditetapkan
terpisah dan saling mengisolasi, sehingga peran
Bappenas dan Bappeda hanya dapat mengawal pada
tahap perencanaan saja, tentunya uu SPPN juga
dinilai belum dapat menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan
o Permasalahan proses perencanaan di antar
kementerian/lembaga, beberapa permasalahan yang terjadi dalam
proses perencanaan di Kementerian/Lembaga:

 Dalam praktek dalam pelaksanaan Musrenbang materi yang


dibahas bukan mengenai RKP dan RKPD namun cenderung
kepada kegiatan dekonsentrasi/tugas pembantuan yang
dirancang K/L yang disandingkan dengan kegiatan
dekonsentrasi/tugas pembantuan yang diusulkan oleh daerah.
 tidak semua kegiatan prioritas nasional K/L masuk ke dalam
daftar persandingan (long list) dan hanya masuk dalam short list.
 kualitas Renja K/L yang dihasilkan tidak maksimal.

o Permasalahan proses perencanaan di pusat dan di daerah.


yaitu banyaknya ketidakselarasan siklus perencanaan
pembangunan antara pusat dan daerah yang menyulitkan
tercapainya sinergi pembangunan lintas sektor, antarruang,
antarwaktu, maupun antara pusat dan daerah. Salah satu
permasalahan antarwilayah adalah ketimpangan alokasi sumber
daya antarwilayah.
5. Kondisi bagaimana terjadinya revisi apbn ?Jelaskan
( Taqwa )
Jawab
Berdasarkan uu no 17 tahun 2003 tentang keuangan
Negara pasal 27 :
o Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau
perubahan keadaan dibahas bersama DPR dengan
Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan
prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran
yang bersangkutan apabila terjadi :
a. perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai
dengan asumsi yang digunakan dalam APBN;
b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan
pergeseran anggaran antarunit organisasi,
antarkegiatan, dan antarjenis belanja;
d. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih
tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang berjalan.
(4) Dalam keadaan darurat Pemerintah
dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya, yang selanjutnya
diusulkan dalam rancangan perubahan APBN
dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran.
(5) Pemerintah Pusat mengajukan rancangan
undang-undang tentang Perubahan APBN tahun
anggaran yang bersangkutan berdasarkan
perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.
6.Bagaimana cara optimalkan Partisipasi masyarakat dalam proses
penganggaran, dan bagaimana perlakuan terhadap Apbd yg surplus
atau deficit ? ( Arif G )
Jawab :
Melalui forum Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan
(Musrenbang) untuk menjaring aspirasi masyarakat dalam
mengusulkan program pembangunan baik secara fisik maupun
nonfisik. Hal ini berdasarkan uu no 25 tahun 2004 tentang sppn
yaitu :
o Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan
RKPD dengan menggunakan Renja-SKPD.
o Rancangan RKPD menjadi bahan bagi Musrenbang.
o Musrenbang dalam rangka penyusunan RKP dan RKPD diikuti
oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan.
o Menteri menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKP.
o Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang penyusunan
RKPD.
Selanjutnya perlakuan terhadap APBD yang surplus dan deficit
Menurut uu no 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara pasal
17 yaitu:
o APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.
o Penyusunan Rancangan APBD berpedoman kepada rencana
kerja Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan bernegara.
o Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-
sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam
Peraturan Daerah tentang APBD.
o Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan
penggunaan surplus tersebut dalam Peraturan Daerah
tentang APBD.
7. Apakah bisa menyusun anggaran tetapi jumlah dana yg tersedia
tidak mencukupi ? Jelaskan ( Mira )
Jawab :
Bisa, Menurut uu no 17 tahun 2003 tentang keuangan
Negara Pasal 12:
o APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun
pendapatan negara.
o Penyusunan Rancangan APBN berpedoman kepada rencana
kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan
bernegara.
o Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-
sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam
Undang-undang tentang APBN.
o Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat
dapat mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran
kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Jadi Pemerintah mesti mencari pembiayaan untuk
menutupi deficit anggaran agar pendanaan dapat tercapai.
Bentuk pembiayaan dari pemerintah seperti pinjaman luar
negeri, pinjaman dalam negeri, dan menerbitkan SBN.
8.Apakah bisa melakukan Revisi anggaran jika pagu anggaran berubah ?
( Hesti )
Jawab :
Bisa, Menurut Pmk Nomor 11/Pmk.02/2018 Tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2018
 Revisi Anggaran meliputi:
1. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah;
2. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap; dan
3. revisi administrasi.
 Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah berupa
perubahan rincian anggaran yang disebabkan oleh penambahan
atau pengurangan pagu belanja Kementerian/Lembaga,
termasuk pergeseran rincian anggarannya, meliputi:
 perubahan anggaran belanja yang bersumber dari Penerimaan
Negara Bukan Pajak;
 perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah
luar negeri dan pinjaman/hibah dalam negeri, termasuk Pemberian
Pinjaman/hibah;
 perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN untuk
pembiayaan Kegiatan/proyek Kementerian/Lembaga, termasuk
penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada
tahun 2017;
o perubahan anggaran belanja pemerintah pusat berupa pagu
untuk pengesahan belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah
luar negeri, termasuk yang sudah closing date;
o perubahan/tambahan kewajiban yang timbul dari penggunaan
dana Saldo Anggaran Lebih, penarikan pinjaman tunai, dan/atau
penerbitan Surat Berharga Negara sebagai akibat tambahan
pembiayaan;
o perubahan pembayaran Program pengelolaan subsidi
berdasarkan perubahan parameter, realisasi perubahan harga
minyak mentah Indonesia;
o perubahan anggaran Kegiatan
Kementerian/Lembaga yang bersumber dari pinjaman/hibah luar
negeri sebagai akibat dari penyesuaian kurs;
o perubahan Program, Kegiatan, Proyek Prioritas Nasional,
keluaran (output) Prioritas Nasional, dan lokasi;
o perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
o pergeseran anggaran Bagian Anggaran (BA BUN Pengelolaan
Belanja Lainnya) ke bagian anggaran Kementerian/Lembaga.
9. Jenis anggaran manakah yg lebih efisien dan efektif ? Jelaskan (
Dian R )
Jawab :
Jenis anggaran yang lebih efisien dan efektif adalah
penganggaran berbasis Kinerja, karena anggaran yang disusun
dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan (input), dan
hasil yang diharapkan (outcomes), sehingga dapat memberikan
informasi tentang efektivitas dan efisiensi kegiatan.
Pengukuran kinerja kegiatan dilakukan terhadap
pencapaian hasil/realisasi penggunaan dana dari beberapa aspek
bidang penganggaran dalam kurun waktu tertentu, yaitu :

1. Masukan, merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan


agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk
menghasilkan keluaran. Dalam hal ini masukan yang perlu diukur
adalah realisasi penggunaan sumber daya berupa
alokasi dana, seberapa besar dana yang telah digunakan.
Lanjutan
2. Proses, adalah ukuran kegiatan dari segi kecepatan dan
ketepatan pelaksanaan kegiatan yang menggambarkan %
pencapaian hasil kegiatan.
3. Keluaran, adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dapat diperoleh dari suatu kegiatan yang dapat berwujud
maupun tidak berwujud. Keluaran ini diukur berdasarkan
satuan yang telah ditentukan.
4. Hasil, merupakan segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran pada jangka menengah
yang mempunyai efek langsung yaitu merupakan bagian dari (%)
pencapaian sasaran program dan keterkaitannya.
5. Benefit, Nilai tambah dari outcome yang manfaatnya akan
terlihat setelah beberapa waktu kemudian.Indikator dari benefit
menunjukkan hal-hal yang diharapkan dicapai bila output dapat
diselesaikan dan berfungsi secara optimal.
6. Impact, Pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dari
benefit/manfaat suatu program. Indikator dari impact
merupakan akumulasi dari beberapa manfaat yang terjadi, dan
dampaknya baru terlihat setelah beberapa waktu kemudian.
10. Bagaimana maksud anggaran sebagai alat untuk
menciptakan ruang public ? Jelaskan ( kiki )
Jawab :
Maksudnya adalah bahwa seluruh komponen masyarakat
dapat terlibat dalam penyusunan anggaran sektor publik.
Masyarakat umum, LSM, asosiasi dan akademisi dapat
menyampaikan aspirasinya. Hal ini penting karena dalam
pelaksanaannya anggaran berdampak langsung pada aktivitas
sosial ekonomi masyarakat. Tugas pemangku kepentingan dan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ini dengan
skala prioritas sesuai visi misi pemerintahan. Dengan
terpenuhinya aspirasi mereka maka kondisi bernegara dapat
lebih baik dan terhindar dari demonstrasi negatif dan kegaduhan
politik yang menguras energi bangsa.
11. Bagaimana masalah dalam proses perencanaan pembangunan
bidang pendidikan dan kesehatan, karena faktanya tingkat
pendidikan dan kesehatan di Indonesia masih sangat rendah ?
Jelaskan ( Aprianti )
Jawab:
Proses perencanaan dalam bidang bidang pendidikan sudah
bagus,dimana Indonesia telah mempunyai pondasi yang cukup baik
yaitu Anggaran pendidikan diwajibkan 20% dari Apbn sedangkan
anggaran kesehatan diwajibkan 5 % dari Apbn.
Tetapi upaya untuk memperbaiki tingkat pendidikan dan kesehatan
di Indonesia butuh proses yang cukup panjang,melihat kenyataan
yang terjadi di Masyarakat yaitu :
1) Tingkat drop out yang tinggi, terutama di kelas IV dan V,
tingkat partisipasi sekolah lanjutan dan angka melanjutkan dari SD
ke SLTP masih relatif rendah, jumlah sekolah lanjutan yang belum
seimbang dengan jumlah lulusan sekolah di bawahnya, penempatan
sekolah yang kurang tepat, dan kurangnya tenaga guru terutama
di daerah-daerah terpencil (Beeby 1981; Manap dkk.
1995).
Lanjutan
2. Kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah dapat
mengurangi hasrat orang tua dan semangat anak untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Orang tua lebih merasa tertolong jika anaknya dapat
membantu pekerjaannya atau cepat bekerja untuk menunjang
pendapatan keluarganya (Santoso 1969; Bruner 1970; Beeby
1979; Manap dkk. 1995).
3) Sebagai akibat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah,
maka biaya pendidikan terasa mahal dan ada di luar
jangkauan kemampuan masyarakat, sebagian besar
masyarakat memandang bahwa pendidikan belum menjadi
kebutuhan yang mendesak. Mereka menganggap bahwa
sekolah hanyalah pemborosan semata (Manap 1993).
4.) Pertumbuhan industri di pinggiran kota telah banyak menyedot tenaga
kerja muda, dengan persyaratan dan pemberian upah yang tidak
didasarkan atas pendidikan (ijazah) yang dimilikinya serta
banyaknya lulusan sekolah menengah yang “menganggur” telah
mengikis keyakinan masyarakat akan pentingnya melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Manap 1993).
5.) Nilai ekonomis hasil pendidikan yang belum seimbang dengan biaya
pendidikan yang dikeluarkan (Engkoswara1991).
Berdasarkan Renstra Kesehatan Kementerian Kesehatan tahun
2014-2019 Permasalahan kesehatan di Indonesia adalah :
1.Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di RS, masih
menghadapi kendala kekurangan tenaga kesehatan di Rumah
Sakit. Pada tahun 2013 mencapai 29% dokter spesialis anak, 27%
dokter spesialis kandungan, 32% dokter spesialis bedah, dan 33%
dokter spesialis penyakit dalam. Dokter umum yang memiliki STR
berjumlah 88.309 orang, sehingga rasio dokter umum sebesar 3,61
orang dokter per 10.000 penduduk. Padahal menurut rekomendasi
WHO seharusnya 10 orang dokter umum per 10.000 penduduk.
Sementara itu, mutu lulusan tenaga kesehatan juga masih belum
menggembirakan. Persentase tenaga kesehatan yang lulus uji
kompetensi masih belum banyak, yakni dokter71,3%, dokter gigi
76%, perawat 63%, D3 keperawatan 67,5%, dan D3 kebidanan
53,5%.
2. Permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan kesehatan antara
lain adalah kurang tersedianya data dan informasi yang memadai, sesuai
kebutuhan dan tepat waktu. Permasalahan juga muncul karena belum
adanya mekanisme yang dapat menjamin keselarasan dan keterpaduan
antara rencana dan anggaran Kementerian Kesehatan dengan rencana
dan anggaran kementerian/lembaga terkait serta Pemerintah Daerah atau
Pemda (Kabupaten, Kota, dan Provinsi), termasuk pemanfaatan hasil
evaluasi atau kajian untuk input dalam proses penyusunan perencanaan.
masih terdapat sekitar 45% rumah tangga yang belum mempraktikkan
PHBS, sekitar 30% desa siaga belum aktif, dan sekitar 13.500 buah (18,75%)
poskesdes belum beroperasi (diasumsikan terdapat72.000 buah
Poskesdes). Hal yang membuat tidak maksimalnya pelaksanaan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat adalah terbatasnya kapasitas
promosi kesehatan di daerah akibat kurangnya tenaga promosi kesehatan.
Berdasarkan laporan Rifaskes 2011, diketahui bahwa jumlah tenaga
penyuluh kesehatan masyarakat di Puskesmas hanya 4.144 orang di
12. Siapa sajakah stakeholder yang ikut berperan dalam proses
perencanaan dan penganggaran di Indonesia ? Jelaskan
( Fityah )
Jawab :
Stakeholders yang ikut berperan banyak, seperti di pemerintah
daerah oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda),dprd,kepala daerah,kepala skpd sedangkan
pemerintah pusat oleh Biro Perencanaan dari
kementerian/lembaga,dpr,presiden,kemenkeu,bappenas,pimpina
n K/L, dsb.

Sesuai dengan uu no 25 tahun 2004 tentang SPPN yaitu :


o Menteri menyiapkan rancangan awal RKP sebagai
penjabaran dari RPJM Nasional .
o Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai
penjabaran dari RPJM Daerah.
Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renja-KL sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal
RKP dan berpedoman pada Renstra-KL

Menteri mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan


rancangan Renja-KL

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai


dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal
RKPD dan berpedoman pada Renstra-SKPD

Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan


menggunakan Renja-SKPD
o Rancangan RKP dan rancangan RKPD menjadi bahan bagi Musrenbang.
o Musrenbang dalam rangka penyusunan RKP dan RKPD diikuti oleh unsur-
unsur penyelenggara pemerintahan.
o Menteri menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKP.
o Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD.
o Musrenbang penyusunan RKP dilaksanakan paling lambat bulan April.
o Musrenbang penyusunan RKPD dilaksanakan paling lambat bulan Maret.
o Menteri menyusun rancangan akhir RKP berdasarkan hasil Musrenbang
Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil
Musrenbang
o RKP menjadi pedoman penyusunan RAPBN.
o RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD.

o
Sesuai uu no 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara :

Proses dalam penganggaran adalah :


o Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan
Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun
berjalan.
o Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka
ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh
Pemerintah Pusat dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN
tahun anggaran berikutnya.
o Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal,
Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas
kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap
kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.
Lanjutan

o Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan


lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun
rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga
tahun berikutnya berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
o Rencana kerja dan anggaran disertai dengan prakiraan belanja
untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang
disusun.
o Rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN.
o Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan
kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan
undang-undang tentang APBN tahun berikutnya.
Lanjutan

o Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang


APBN, disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya
kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus tahun
sebelumnya.
o Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan
sesuai dengan undang- undang yang mengatur susunan dan kedudukan
Dewan Perwakilan Rakyat.
o Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang
mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam
Rancangan Undang-undang tentang APBN.
o Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan
Undang-undang, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran
setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
o
Tahapan Penyusunan APBD
o Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD
tahun anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada
DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan.
o DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh
Pemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD
tahun anggaran berikutnya.
o Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati
dengan DPRD, Pemerintah Daerah bersama Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah membahas prioritas dan plafon anggaran
sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
Tahap Penyusunan Apbd
o Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah selaku pengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah tahun berikutnya.
o Rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD.
o Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada
pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya.
o Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD, disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD
pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
o Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai
dengan undang- undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.
o DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD.
o Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
o APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai