Anda di halaman 1dari 25

DIMENSI RESPON DAN

DIMENSI TINDAKAN
DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Ns. Indah Kurniawati


Pengertian Sikap (Stuart dan
Laraia, 1998)
 Sikap sebagai kehadiran perawat dalam
berkomunikasi agar terapeutik klien mempunyai
peran yang penting untuk tercapainya tujuan
komunikasi/interaksi (hubungan)
 Sikap (kehadiran) yang harus ditunjukkan oleh
perawat dalam komunikasi terapeutik ada dua :
 Sikap (kehadiran) secara fisik
 Sikap (kehadiran) secara psikologis (dimensi respon
dan dimensi tindakan)
Sikap secara fisik

 Sikap (kehadiran) secara fisik yang dapat


memfasilitasi komunikasi yang terapeutik :
 Berhadapan
 Mempertahankan kontak mata
 Membungkuk ke arah klien
 Mempertahankan sikap terbuka
 Rileks
 Berjabat tangan
Sikap secara psikologis

Dalam berkomunikasi, dari awal


sampai akhir perawat harus
menghadirkan sikap secara psikologis
dengan cara mempertahankan sikap
dalam dimensi respon dan dimensi
tindakan
Dimensi Respon

 Ikhlas : menunjukkan sikap terbuka, tulus, jujur,


respon tidak dibuat-buat dan menyatakan
perasaan yang sebeneranya
 Menghargai : perawat menerima klien apa
adanya, tidak meghakimi, tidak menghina
 Empati : memasuki pikiran dan perasaan klien
sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan
klien  identifikasi kebutuhan
 Konkret : menggunakan kata yang spesifik, jelas,
nyata untuk menghindari keraguan
Dimensi Tindakan

1. Suatu usaha perawat utk membuat klien


sadar atas ketidaksesuaian perasaan,
perilaku, keyakinan dan perilaku klien

2. Terdiri dari
 Konfrontasi
 Kesegeraan
 Membuka Diri
 Emosional Katarsis
 Bermain peran
Konfrontasi
1. Adalah ekspresi dr perawat utk merasakan
ketidaksesuaian perilaku klien utk meningkatkan
kesadaran diri klien

2. Tiga (3) kategori konfrontasi (Carkhoff, 1967)


 Ketidaksesuaian antara ekpresi klien ttg dirinya
(konsep diri) dengan apa yg dia inginkan (ideal
diri)
 Ketidaksesuaian antara ekpresi diri secara
verbal dan perilaku klien
 Ketidaksesuaian antara pengalaman yang
diekspresikan klien sendiri dan pengalaman
perawat tentang klien
3. Bromley (1981) menyarankan sebelum
perawat melakukan konfrontasi perlu
dikaji hal berikut:
 tingkat trust
 waktu yg tepat : orientasi tdk boleh
berlebihan.
 tingkat stress klien
 kekuatan mekanisme pertahanan klien
 perasaan klien akan kebutuhan ruang
personal/kedekatan
 toleransi & kemampuan klien mendengarkan
pendapat yg berbeda darinya
Konfrontasi tepat dilakukan pada saat
Tingkah laku klien tdk produktif
Tingkah laku klien merusak
Ketika klien melanggar hak orang lain
Cara Konfrontasi
1. Clarify : membuat sesuatu lebih jelas
untuk dimengerti org lain
2. Articulate : mengekspresikan opini
menggunakan perkataan sendiri
3. Request : permintaan
4. Encourage : memberikan support,
harapan, kepercayaan
Contoh Konfrontasi:
A: Kamu memintaku memberitahukan lembar
jawabanku padamu di ujian pagi
tadi.Jujur saya merasa terganggu,
konsentrasi saya buyar terhadap suara
dan sikapmu. Kamu tahu, perilakumu tadi
membahayakan kita berdua. Saya lebih
suka kamu belajar sebelum ujian sehingga
tidak merepotkan orang lain.Dan saya
yakin kamu bisa melakukannya untuk ujian
yang akan datang.
Kesegeraan
 Sensifisitas perawat terhadap perasaan klien dan
kesediaan untuk mengatasi perasaan daripada
mengacuhkannya (Stuart & Sundeen, 1995)

 Terjadi jika interaksi P-K difokuskan dan digunakan


untuk mempelajari fungsi Klien dalam hubungan
interpersonal yang lain

Contoh :
K: Saya tidak mau hadir di pertemuan itu, Saya
sibuk dan saya tidak merasa ada kegunaan dari
pertemuan itu.
P : Apakah anda berusaha mengatakan bahwa anda
merasa malu dan pertemuan tersebut tidak menolong
anda?
Membuka Diri
 Membuat orang lain tahu tentang pikiran,
perasaan, dan pengalaman pribadi kita (Smith,
1992)

 Secara subyektif benar, pernyataan personal


tentang diri dan dengan maksud diungkapkan
pada orang lain (Stuart dan Sundeen, 1995)

 Rasional : pembukaan diri terapis meningkatkan


perasaan bagi klien untuk ikut membuka diri
Kriteria membuka diri
Untuk menjadi model dan mendidik
Untuk memvalidasi realita
Untuk mendorong otonomi klien

Contoh membuka diri :


K : Ketika dia bilang bahwa dia tidak ingin bertemu saya
lagi, saya merasa ingin menamparnya dan memeluknya
pada saat yang sama. Tapi saya sadar masalahnya ada
pada saya, tidak ada orang yang mencintai dan perduli
pada saya
P : Ketika saya putus cinta dengan pacar saya dulu, saya
juga merasa marah, terluka sama seperti yang anda
ceritakan tadi (bahwa perasaan tersebut wajar)
Guidelines Membuka Diri
1. Kerjasama : apakah akan membuat klien
menjadi lebih kooperatif ?
2. Pembelajaran : apakah membantu klien
untuk belajar tentang dirinya ?
3. Katarsis : apakah membantu klien untuk
mengekspresikan perasaan yang
ditekannya ?
4. Support : apakah membuat klien merasa
terbantu dengan support dan
reinforcement yang kita berikan ?
Cara membuka diri
1. Mendengar : bukan utk menjawab
2. Empati
3. Membuka diri
4. Mengecek
Contoh :

K : Saya merasa takut sekali kemarin, ibu saya tiba-


tiba jatuh dan tidak bergerak sama sekali bahkan
ketika saya guncangkan badannya. Saya panik, saya
tidak mendengar suara nafasnya sama sekali. Saya
hanya bisa berteriak memanggil ayah saya. Namun
akhirnya ayah saya bisa mengguncang ibu saya
dengan keras, dan akhirnya dia berangsur angsur
sadar

P : Saya bisa membayangkan betapa takutnya anda


terhadap serangan stroke ibu anda.Terlebih ketika
anda bangunkan ibu tapi tidak berespon apapun.
Saya juga pernah merasakan hal yg sama ketika
ayah mertua saya tiba-tiba tidak sadarkan
diri.Saya panik dan berteriak sambil menangis.
Apakah kamu merasakan hal yang sama denganku ?
Emosional Katarsis
 Klien didorong utk membicarakan hal-hal yg sgt
mengganggunya utk mendapatkan efek yg
terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1995)

 Sangat bergantung pada kepercayaan diri klien


dan trust klien thdp perawat

 Jika klien sulit mengekspresikan perasaannya,


perawat dapat membantunya dgn menceritakan
bgmn ia bersikap jika berada pd situasi klien
Contoh Emosional katarsis
P: Bagaimana perasaan kamu saat suamimu
memukul dan membentak?
K: Dia memang orang yg pemarah, mungkin salah
saya yang mau menikah dengannya
P: Sepertinya ibu membela tindakannya pd ibu.
Saya takjub dgn apa yg ibu rasakan saat itu.
K: Yah…begitu
P: Tahukah ibu, hal itu mungkin membuat saya
marah jika hal tsb menimpa saya
K: Sebenarnya saya juga marah, tapi mau
bagaimana lagi..Saya sudah lama muak dengan
semua ini..Andai dia tahu betapa tersiksanya
saya
Bermain Peran
 Kegiatan utk membangkitkan situasi dlm
upaya meningkatkan penghayatan klien dlm
hubungan manusia, & memperdalam
kemampuannya utk melihat situasi dr sudut
pandang lain dan membiarkan klien mencoba
situasi baru dlm lingkungan yg aman (Stuart
& Sundeen, 1995)
Terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen,
1995)
1. Mendefinisikan masalah
2. Menciptakan kesiapan utk bermain peran
3. Menciptakan situasi
4. Membuat karakter
5. Penjelasan & pemanasan
6. Pelaksanaan memerankan suatu peran
7. Berhenti
8. Analisis dan diskusi
9. Evaluasi
Kasus
Seorang perawat PICU, datang terlambat ke ruangan karena
mengurus anaknya yang sedang demam di rumah, perawat
tersebut mendapat teguran dari kepala ruangan atas
keterlambatannya. Perawat menjadi kesal dan sedih karena
memikirkan anaknya dirumah yang sedang sakit sehingga
menjadi tidak bersemangat untuk bekerja dan pikirannya tertuju
di rumah. Saat perawat akan melakukan pemeriksaan TTV di
ruang PICU, perawat melihat
Seorang perempuan berusia 37 tahun terlihat sedang menangis di
depan ruang PICU, ibu mengatakan bahwa mengapa hidupnya
seperti ini, anak tunggalnya yang masih sekolah dalam kondisi
koma karena kecelakaan, suaminya pergi meninggalkan dirinya
yang membuat dirinya tidak berdaya. Klien mengatakan kesal
dengan hidupnya, dan mengatakan takut jika anaknya meninggal
klien menjadi seorang diri.
 Buatlah setiap tahapan dalam fase
komunikasi terapeutik
 Fase pra interaksi  sikap kesadaran diri perawat
 Fase interaksi (orientasi, kerja, terminasi) dengan
memasukkan sikap dimensi respon dan dimensi
tindakan
 Role playkan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai