Anda di halaman 1dari 14

Aspek-Aspek yang perlu diatur

dalam PERWALI STBM


Kota Probolinggo

25 Juni 2018
Di Hotel Bromo View
Dasar Hukum
1. Kebijakan Level Nasional :
1) Permenkes no. 3 thn 2014 tentang STBM, dilaksanakan di wilayah
perdesan dan perkotaan (kab/Kota).
2) SE Menkes no. 132 thn 2013 tentang Pelaksanaan STBM,
3) Permen Kemen LHK no. 68 thn 2016 ttg Baku Mutu ALD, Program UA
100 – 0 – 100, SDG’s 2030 )
4) Kepmenkes no. 852 tentang STBM,
5) Permenkes 492 tahun 2010 ttg persyaratan air minum dan air bersih

2. Kebijakan Level Provinsi:


1) SE Gubernur Jatim no. 440/11841/031 thn 2013 ttg Strategi
Menggalakkan Gotong Royong dalam Upaya Mengatasi Masalah di
Masyarakat,
2) Pergub Jatim no. 72 thn 2013 ttg Baku Mutu Air Limbah)
Lanjutan
3. Kebijakan Level Kota:
1) Perda no. 4 thn. 2014 ttg Pengelolaan ALD,
2) Perda no. 5 thn 2010 tentang Pengelolaan Sampah,
3) Perwali no. 24 thn 2015 ttg Perubahan atas Perwali no. 3 thn 2012 ttg
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Sampah
4) Perda no. 5 thn 2014 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum,
5) Perda no. 5 thn 2015 tentang Pengelolaan Drainase,
6) SK Walikota Tentang Penerima Program Penanggulangan Kemiskinan
Kota,
7) Perda no. 11 thn 2013 tentang RPJP Daerah 2005 – 2025, Perda
RPJMD 2014 – 2019,
8) SE Walikota no. 443.5/832/425.102 thn 2017 tentang Gerakan
Gunakan Jamban,
9) Perwali no. 43 thn. 2017 ttg Replikasi Sistem Inovasi Layanan
Arisan/Angsuran Jamban)
PILAR: I.
STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
OPEN DEFECATION FREE (ODF)
1. ODF adalah kondisi ketika setiap orang atau individu dalam komunitas (orang yang
tinggal atau beraktivitas di wilayah tersebut) tidak buang air besar sembarangan.
a. Kepemilikan dan keberadaan sarana jamban sehat serta berfungsi
b. Pendanaan pembangunan jamban sehat (masyarakat, pemerintah, swasta)
2. Pembuangan tinja Sarana BAB yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada
penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai
penularan ini harus dilakukan rekayasa pada sarana tersebut.
a. Syarat-syarat jamban sehat:
1) Tidak mencemari air tanah
2) Tidak menimbulkan bau
3) Tidak mengurangi nilai estetika
4) Tidak menjadi perindukannya binatang vector
5) Konstruksi aman dan kuat
6) Tidak ada kontak antara tinja dan manusia
7) Lihat (cek) buku pedoman dari Kemenkes  Pak Anton
3. Agar usaha tersebut berhasil, setiap rumah wajib memiliki sarana
jamban sehat (100% pada seluruh komunitas).
a. Pendanaan
b. Sanksi (penundaan penerbitan IMB, Ijin usaha, Pengurusan administrasi
kependudukan, Bansos, Harus ada sosialisasi penerapan sanksi, ada
peringatan lisan, tertulis)
c. Sosialisasi
d. Data Kepemilikan Jamban Sehat
e. Fasilitas umum harus disediakan sarana BAB dan air bersih
f. Design sarana responsive gender
PILAR: II
CUCI TANGAN PAKAI SABUN - CTPS
Perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.
Lima waktu penting CTPS,
1. Setelah Buang Air Besar,
2. Setelah Menceboki Anak,
3. Setelah Bekerja,
4. Sebelum Makan, dan
5. Sebelum Mengolah/Menyiapkan Makanan
Langkah CTPS, 6 atau 7 langkah…
Perlu sarana CTPS di fasilitas umum dan fasilitas sosial
Ruang Lingkup: Komunitas
Catatan: Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang
paling murah dan efektif dibandingkan dengan hasil intervensi kesehatan cara
lainnya dalam mengurangi risiko penularan berbagai penyakit.
PILAR: III.
PENGELOLAAN AIR MINUM DAN MAKANAN RUMAH TANGGA

Melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga


untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan
digunakan untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip higiene sanitasi
pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga.

1. Pengelolaan dilakukan di tingkat rumah tangga


2. Meliputi cara pengolahan, penyajian dan penyimpanan yang aman
3. Penyampaian informasi dengan benar dan regular (metode
penyampaian: pemicuan, penyuluhan, inspeksi, pengawasan dan
pembinaan, promosi
PILAR: IV
Pengamanan sampah rumah tangga

Melakukan kegiatan pengelolaan sampah di rumah tangga dengan


mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang.
1. Sampah sudah dipilah sejak dari sumbernya
2. Truk sampah mengambil sampah yang sudah terpilah
3. Lingkungan bersih, bebas sampah
4. 3R Reduce, reuse, recycle
5. BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA
6. Peran dan wewenang masyarakat dalam pengamanan sampah
PILAR: V
Pengamanan limbah cair rumah tangga
Melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari
sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu
memutus mata rantai penularan penyakit.

1. Kandungan : sabun, detergent, lemak dan minyak


2. Perlu ada bak penangkap lemak (grease trap) dan bak kontrol
3. Penyampaian informasi dengan benar dan regular (metode penyampaian:
pemicuan, penyuluhan, inspeksi, pengawasan dan pembinaan, promosi)
RKTL
1. Perwali disusun sampai petunjuk teknisnya.
2. Di dalam perwali diatur system pendataan, monitoring dan evaluasi
menggunakan system berbasis android untuk mencapai
implementasi PHBS untuk seluruh masyarakat.
3. Pertemuan dengan penentu kebijakan untuk membicarakan system
monitoring, pendataan dan evaluasi dengan menggunakan teknologi
berbasis android  Awal Juli 2018
4. Menyelesaikan draft perwali STBM oleh Tim Perumus yang di
koordinir oleh Dinkes  Juli 2018
5. FGD pembahasan legal drafting perwal STBM bersama bagian
hukum  Juli 2018
Masukan Peserta
1. Saat ini Dinkes sdh melakukan survey Keluarga Sehat (KS) untuk
seluruh masyarakat, salah satu indikatornya adalah tentang
kepemilikan/akses jamban sehat
2. Pak Anton, mengusulkan penggunaan survey melalui M-Water karena
memiliki kelebihan validitasnya dan cepat (ada koordinat, foto lokasi,
paperless, langsung di entry).
3. Bu Tanti, sanitarian Kedopok. Sebelum ada survey KS, sudah pernah
ada survey PHBS melalui kader (enumerator). Merasa ragu
validitasnya karena kader melakukan survey secara remote (tidak
datang langsung ke responden). Sampai sanitarian melakukan cross
check ke lapangan langsung saat ada acara di lokasi keluarahan.
4. Pak Fauzan, membuat surat permintaan data kepada seluruh kelurahan
namun hanya 5 kelurahan (Curahgrinting, Janti, Sumbertaman,
Kedungasem, …) yang sudah mengirim data yang diminta.
5. Bu Nurdiyati, Kasie Kesling, menerima data dari KOTAKU dan
meminta sanitarian melakukan cross check di lapangan. Namun
menurut sanitarian masih terjadi data yang tidak sesuai dengan
lapangan (misalnya nama).
6. Usulan sistem pendataan berbasis android.
7. STBM Smart, system survey berbasis android juga. Sanitarian sudah
memiliki bahkan pak Lurah juga memiliki, namun saat ini belum bisa
berjalan dengan baik. Sistem ini hanya terbatas mendata pada jumlah
akses tidak sampai pada detail alamat, nama KK, dsb. Menggunakan
basis data lama artinya rentan terhadap kesalahan (jika basis nya salah,
maka seterusnya salah).
Masukan Peserta

8. Monitoring dan evaluasi, saat ini sanitarian langsung ke kader untuk


melakukan update data akses data sanitasi.
9. Dinkes juga sering mengumpulkan sanitarian untuk melakukan
evaluasi, namun tidak ada penekanan lagi sehingga pengumpulan data
masih terkendala.
10.Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui progress suatu lokasi
kelurahan/komunitas menuju ODF.
11.Pak Anton, survey jika dibebankan hanya pada sanitarian hal itu
terlalu berat karena wilayah kerja yang luas. Kalau dibebankan pada
kader, butuh biaya untuk kader. Indikator survey adalah akses
jamban, dan perilaku hygiene.
12. Pak Reinald, permasalahan survey ini akan selesai/tersolusikan
dengan menggunakan model survey M-Water.
13. Jika presentasi M-Water dilaksanakan yang diharapkan hadir:
KaDinkes, Kabid-Dinkes, Bappeda, DLH, Diskominfo, Dinas
Perkim, Setda, Camat, Puskesmas, Lurah, Dinas PUPR.
14. Diharapkan Kota Probolinggo bisa mengadopsi M-Water sebagai
alat survey untuk diaplikasikan di seluruh wilayah kota.

Anda mungkin juga menyukai