Anda di halaman 1dari 24

TEST KEHAMILAN

LABORATORIUM FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
PRE TEST
1. Bagaimana melakukan percobaan Galli
Mainini Test?
2. Bagaimana melakukan percobaan
Friedmann Test?
3. Bagaimana melakukan Plano test?
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Agar mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tes
kehamilan

2. Agar mahasiswa mampu menilai hasil pemeriksaan tes


kehamilan

3. Agar mahasiswa mengetahui dasar-dasar tentang pemeriksaan


kehamilan.

4. Agar mahasiswa dapat mengetahui siklus menstruasi yang


normal bila kehamilan tidak terjadi pada seorang wanita
TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan adanya Human


Chorionic Gonadotropin dalam
urine wanita hamil.
ALAT DAN BAHAN :

1. Spuit 3 cc dan 5 cc 7. Mikroskop

2. Pinset 8. Urine wanita hamil +


10cc
3. Pisau diseksi
9. Kodok Puru jantan
4. Gunting diseksi
10. Kelinci betina dewasa
5. Spatula
11. Reagent Latex
6. Kaca objek
12. Anti Serum
BIOLOGICAL
TEST
Percobaan kelinci (Percobaan Friedman)
Sediakan seekor kelinci betina lalu pisahkan sekurang-
kurangnya 3 minggu sebelum masa percobaan
dilakukan. Ambil 10 cc urine orang hamil, lalu
suntikkan ke dalam vena di telinga kelinci. Sesudah 24 –
36 jam dilakukan pembiusan umum (narcose) terhadap
kelinci tersebut, lalu bukalah abdomen dan diperiksa
ovariumnya apakah telah terjadi ovulasi. Jika terdapat
reflex ovulasi, maka percobaan tersebut positif (hamil).
Kemudian abdomen dijahit kembali.
Percobaan tikus putih (Ascheim Zondek)
Sediakan seekor tikus putih betina yang belum dewasa,. Ambil
0,5 cc urine orang hamil, lalu suntikkan ke dalam vena di
telinga tikus putih. Injeksi dilakukan sebanyak 2 kali dalam
sehari, selama 3 hari. Pada hari ke lima dilakukan pembiusan
umum (narcose) terhadap tikus putih tersebut, lalu bukalah
abdomen dan diperiksa ovariumnya apakah terlihat adanya
folikel-folikel yang berdarah (corpus hemorrhagicum). Jika
didapati folikel-folikel yang berdarah, maka percobaan tersebut
positif (hamil). Kemudian abdomen dijahit kembali.
DIRECT LATEX HCG
PREGNANCY TEST
(PREGSLIDE)
CARA KERJA:
1. Teteskan satu tetes reagent latex pada kaca objek dan
tambahkan satu tetes urine yang diperiksa, kemudian
aduk sampai homogen dengan spatula
2. Goyangkan kaca objek secara perlahan selama dua menit,
lalu perhatikan secara makroskopis dan mikroskopis.

Hasil pemeriksaan / interpretasi


Aglutinasi (+): hasil positif, berarti hamil
Aglutinasi (-): hasil negatif, berarti tidak hamil
1. Preparat yang telah selesai dikerjakan masih dapat dibaca selama 30 menit
kemudian.
2. Jumlah tiap tetesan untuk latex, anti serum dan urine harus sama. Ketika
meneteskan, pipet penetes harus dipegang vertikal, dan jangan sampai ada
gelembung udara.
3. Reagensia harus disimpan dalam tempat yang suhunya 0 – 4o Celcius.
4. Urine yang akan diperiksa dapat diambil sembarang waktu, tapi yang terbaik adalah
urine pagi karena paling “concentrated”, sehingga tes hasilnya lebih sensitif.
5. Test segera dapat dilakukan, setelah beberapa hari mengalami keterlambatan
datangnya haid. Jika hasil test negatif, test dapat diulangi seminggu kemudian.
6. Jika memang sedang hamil, tes akan menunjukkan hasil yang positif setelah + 12
hari terlambatnya haid.
7. Setelah selesai melakukan percobaan, cuci spatula, kaca objek, dan semua alat
dengan sabun, bersihkan, lalu keringkan.
REVIEW
Perubahan hormonal selama siklus menstruasi (LH,
FSH, estrogen dan progesterone)
Fase Haid/Mens Folikular Ovulasi Luteal Awal Luteal Akhir Premenstrual
Hari ke - 1–5 6 – 13 14 (13 – 15) 15 – 19 20 – 25 26 – 28
LH Rendah sampai saat ovulasi Meningkat cepat Turun kembali sampai garis awal (baseline) dan menetap
(LH Peak/Surge) sampai ovulasi siklus berikutnya
setelah pengaruh
estrogen tinggi
dan pematangan
folikel di
ovarium

FSH Penurunan bertahap Sekresi ritmik Meningkat Gonadotropin memuncak pada FSH meningkat
(pulsatile), selama LH peak tengah siklus (mid cycle) Produksi steroid
kadar tetap Kadar FSH turun sampai seperti turun akibat
rendah saat sebelum ovulasi luteolisis

Estrogen Kadar rendah E2 dihasilkan E2 turun drastic Peningkatan Sekresi E2 Sekresi E2


Sintesis di jar. sel granulose pada saat ovulasi sekresi E2 oleh pasca Ovulasi menurun drastic,
Ekstraglandular folikel matang, dan segera korpus luteum maksimum estron dari jar.
Sekresi E2 naik cepat, sesudahnya pasca ovulasi (tidak sampai ekstraovarial
maksimum pd sekresi kadar menjadi sumber
saat tepat sblm preovulasi) estrogen utama
LH surge

Progesteron Kadar rendah Kadar rendah Peningkatan Sintesis progesterone oleh korpus Sekresi menurun
Produksi dari adrenal (tidak ada kadar progesteron luteum pascaovulasi drastis
minimal sekresi dari sel Sekresi progesterone tetap tinggi
Involusi korpus granulose) sampai akhir fase luteal
luteum siklus
sebelumnya
Perubahan organik selama siklus menstruasi
(ovarium dan endometrium)
Fase Haid/Mens Folikular Ovulasi Luteal Awal Luteal Akhir Premenstrual

Hari ke - 1–5 6 – 13 14 (13 – 15) 15 – 19 20 – 25 26 – 28

Ovarium Pembentukan Pematangan folikel Ovulasi (pelepasan Vaskularisasi sel Korpus luteum Involusi korpus
korpus albikans dari terpilih (leading ovum dari folikel granulosa lutein matang luteum Pemilihan
korpus luteum follicle) matur) folikel untuk siklus
siklus sebelumnya Pembentukan Atresia folikel lebih berikutnya
Sekresi estrogen Luteinisasi sel-sel korpus luteum lanjut
dari sel granulosa granulosa pada sisa
folikel terpilih folikel yang rupture Atresia folikel

Endometrium Jar. glandular Proliferasi Terbantuk vakuolasi Migrasi vakuola ke Vakuola mulai Degenerasi sel-sel
endometrium rontok endometrial dengan subbnuklear dan permukaan sel-sel rusak, proses stroma
disertai perdarahan, banyak mitosis meningkatnya kadar epithelial desidualisasi
dan mengalami glikogen Penurunan aktivitas dimulai Infiltrasi leukositik
reorganisasi endometrium mitosis dan perdarahan
Bentuk kelenjar Edema stroma dan interstitial
endometrial nyata sel-sel endometrium
TESTS OF PREGNANCY
1. ASCHEIM ZONDEK TEST
2. FRIEDMAN TEST
3. GALLI-MAININI TEST
4. IMMUNOLOGICAL TESTS
a) SHEEP RBC AGGLUTINATION
b) LATEX PARTICLE
AGGLUTINATION
c) GRAVINDEX TEST
NOMAD: REP PHYSIOL:
PREGNANCY 17
Human Chorionik Gonadotropin (hCG) BM 36.000 - 46.000,
adalah satu glikoprotein yang secara biologi dan imunologi mirip
dengan luteinizing hormone (LH). Waktu paruh hCG > LH (5 -
40 jam dibandingkan 1- 2 jam).
Uji kehamilan didasarkan pada adanya produksi chorionic
gonadotropin (hCG) oleh sel-sel sinsitiotrofoblas pada awal
kehamilan. Hormon ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil
dan diekskresikan melalui urin. Human Chorionic Gonadotropin
(hCG) dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan
peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan
diantara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia
kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan
menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100-130
hari.
Pemeriksaan kuantitatif hCG cukup bermakna bagi kehamilan.
Kadar hCG yang rendah, ditemui pada kehamilan ektopik dan
abortus iminens. Kadar yang tinggi dapat dijumpai pada
kehamilan majemuk, mola hidatidosa atau korio karsinoma. Nilai
kuantitatif dengan pemeriksaan radio immunoassay dapat
membantu untuk menentukan usia kehamilan.4

Aschheim dan Zondek telah menggunakan uji kehamilan dengan


penanda hCG sejak tahun 1920. Uji biologis ini menggunakan
hewan (katak, tikus, kelinci) yang kemudian disuntik dengan
serum atau urin perempuan yang diduga hamil untuk melihat
reaksi yang terjadi pada ovarium atau testes hewan percobaan
tersebut. Prinsip uji biologik penanda
• hCG selanjutnya dikembangkan dengan cara mengambil antiserum hCG
dari hewan yang telah memproduksi antibodi hasil stimulasi dengan hCG
(protein dengan sifat antigenik). Bila urin diteteskan ke antiserum maka
terjadi mediasi aktifitas antiserum untuk beraksi dengan partikel lateks
yang dilapisi dengan hCG (latex particle agglutination inhibition test) atau
sel darah merah yang telah disensitisasi dengan hCG (hemagglutination
inhibition test). Pada perempuan yang hamil, hCG di dalam urinnya akan
menetralisir antibodi dalam antiserum sehingga tidak terjadi reaksi
aglutinasi. Pada perempuan yang tidak hamil, tidak terjadi netralisasi
antibodi sehingga terjadi reaksi aglutinasi.

• Karena hCG mempunyai struktur yang mirip dengan hormon luteinisasi


(Luteinizing Hormone/LH) maka dapat terjadi reaksi silang masing-masing
antibodi terhadap masing-masing hormon. Untuk menghindarkan hal
tersebut maka dilakukan pembatasan terhadap sensitifitas jumlah
maksimum atau internasional unit hormon yang akan diperiksa.
• False negative uji imunologik kehamilan terjadi pada 2% dari keseluruhan
pengujian dan hal tersebut umumnya terjadi akibat pengujian yang terlalu
dini (dibawah 6 minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir) atau
terlalu lama (diatas 18-20 minggu kehamilan). False positive terjadi pada
5% dari keseluruhan uji kehamilan dan hal ini umumnya terjadi pada
perempuan dengan proteinuria yang masif, menjelang menopause
(peningkatan hormon gonadotropin dan penurunan fungsi ovarium), dan
reaksi silang hormon gonadotropin. Karena akurasi pemeriksaan hCG
adalah 95-98% dan tidak spesifik untuk kehamilan maka uji hormonal
kehamilan tidak digolongkan sebagai tanda pasti kehamilan.

• Uji radioreceptorassay dan radioimmunoassay merupakan metoda yang


sangat sensitif untuk mendeteksi hCG dibandingkan dengan uji kehamilan
sebelumnya. Kedua metoda ini membutuhkan peralatan canggih, mahal dan
tenaga analis terlatih. Pemeriksaan dengan radioreceptorasssay juga
bereaksi silang dengan hormon luteinisasi/luteinizing hormone sehingga
sensitifitas semata tidak dapat mengungguli uji radioimmunoassay.
• Pemeriksaan spesimen darah dengan radioimmunoassay dapat
dikhususkan untuk rantai glikoprotein subunit beta (β
subunits) yang dianggap spesifik dengan kehamilan. Dengan
metoda ini, adanya hCG dapat dideteksi sejak 1 minggu
setelah konsepsi. Pengujian ini dilengkapi dengan informasi
tentang usia kehamilan dan tingkat sensitifitas yang dipakai
oleh pembuat perangkat atau instrumen uji kehamilan. Walau
cara pengujian ini dianggap sangat akurat tetapi tidak 100%
sempurna.
• Metoda terbaru pengujian hCG subunit β adalah Enzym
Linked Immunoabsorbent Assay (ELISA). Cara ini akan
mengabsorbsi antibodi monoklonal hCG subunit β dengan
hasil yang sangat sensitif, tingkat spesifitas yang tinggi dalam
waktu yang relatif singkat, tidak membutuhkan biaya tinggi
dan mudah dilakukan.
TUGAS
1. Bagaimana proses terjadinya menstruasi?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai