Anda di halaman 1dari 33

Syahid Khairullah Hadini

K1A1 12 038

Pembimbing :
dr. Agus Purwo Hidayat, Sp.An

REFERAT PRINSIP DASAR MANAJEMEN JALAN


NAPAS
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESI DAN TERAPI
INTENSIF
Resusitasi jantung paru
PENDAHULUAN
• BLS boleh dilakukan oleh orang awam dan juga
orang yang terlatih dalam bidang kesehatan.
• RJP boleh dilakukan dan dipelajari dokter,
perawat, para medis dan juga orang awam.
• Keadaan di mana terdapat kegagalan pernafasan
yang boleh menyebabkan systemic
cardiopulmonary arrest (SCA) adalah seperti
kecelakaan, sepsis, kegagalan respiratori, sudden
infant death syndrome dan banyak lagi.
PENDAHULUAN
• Update terbaru dari AHA mengenai guideline /
algoritma CPR, lebih memberikan penekanan
pada detail kecepatan dan kedalaman kompresi
dada selama CPR.
• melakukan kompresi dada paling sedikit
100x/menit dan paling sedikit kedalaman 2 inchi,
guideline yang baru saja dirilis ini memberikan
batasan yang lebih detail yaitu kecepatan
kompresi dada antara 100 hingga 120 kali
permenit dan kedalaman kompresi dada antara 2
hingga 2,4 inchi
RESUSITASI JANTUNG PARU

Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary


Resuscitation (CPR) adalah usaha untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi
akibat terhentinya fungsi dan atau denyut jantung.
Resusitasi Jantung Paru
Bagaimana melakukan RJP segera dan efektif
Pedoman AHA 2015 :
C --- A --- B --- D
Circulation

1. Penolong tidak perlu memeriksa nadi,


langsung asumsikan penderita menderita henti
jantung jika penderita pingsan mendadak,
tidak bernafas, bernafas tidak normal
2. Penilaian pulsasi < 10 detik, jika dalam 10 detik
penolong belum bisa meraba pulsasi arteri
karotis, segera lakukan kompresi dada
Kompresi dada
Penekanan secara kuat dan berirama pada setengah
bawah sternum  Menciptakan aliran darah melalui
peningkatan tekanan intratorakal dan penekanan
langsung dinding jantung

Frekuensi 100 - 120 x/menit

Kedalaman  Dewasa 5 – 6 cm; anak 2 inci; bayi 4


cm

Beri kesempatan dada mengembang secara


sempurna setelah kompresi, tidak boleh bertumpu
diatas dada pasien

Batasi gangguan dalam kompresi dada menjadi <10


detik
Air way

• Air way  Pengelolaan jalan nafas


• Membuka dan mempertahankan jalan nafas 
untuk membantu ventilasi dan memperbaiki O2
tubuh
Air way

Head tilt-chin lift

Jika tidak ada cedera leher


Pengelolaan jalan nafas
Jaw trust

Curiga trauma servikal


Breathing

• Pemberian nafas bantuan


• Diberikan setelah jalan nafas terlihat aman
• Untuk mempertahankan oksigenasi yang
adekuat
• Dilakukan setelah 1 siklus kompresi (30 kali
kompresi)
Pengelolaan

Cara pemberian napas bantuan :


• Mouth to mouth
• Mouth to nose
• Mouth to mask
Mouth to mouth
Mouth to mouth
Mouth to nose
Mouth to mask
Defibrilasi

Harus segera, karena :


1. Irama dasar jantung paling sering didapat
pada henti jantung mendadak yang
disaksikan di luar RS adalah VF
2. Terapi untuk VF adalah defibrilasi
3. Keberhasilan defibrilasi berkurang seiring
dengan bertmbahnya waktu
4. Perubahan irama dari VF menjadi asistol
seiring dengan berjalannya waktu
Defibrilasi

• Defibrilator manual
• AED (Automated External Defibrillator)
Teknik : VF, VT tanpa nadi
- Energi kejutan 360 J monofasik, 200 J
bifasik.
Anak : 2-4 J/kg, diulang dosis 4-10 J/kg
- Setelah defibrilasi segera RJP selama 2 menit
(5 siklus)  lakukan evaluasi irama
Defibrilasi

• Stand clear
• Deliver shock
ANALYSING RHYTHM
DO NOT TOUCH VICTIM
RJP Setelah Defibrilasi
Bantuan Hidup Lanjut
• DRUG
1. OBAT PENTING
• Adrenalin, natrium bikarbonat, SA, lidokain

2. OBAT BERGUNA
• isoproterenol, propanolol, kortikosteroid.
Perbandingan Adult Basic Life
Support oleh Lay Rescuer

KATEGORI AHA 2010 AHA 2015


Kecepatan > 100/menit 100-120x/menit
kompresi dada
Kedalaman >2 inci 2-2,4 inchi
kompresi dada
Penggunaan - Pada pasien yang diketahui
naloxone pada atau suspek pengguna
kasus kegawatan opioid yang tidak ada
terkait opioid respon, tidak ada nafas tapi
ada denyut nadi, provider
BLS dapat memberikan
intranasal atau intramural
naloxone.
Perbandingan Adult Basic Life
Support oleh tenagamedis
KATEGORI AHA 2010 AHA 2015
Rekognisi danak tivasi Tenaga medis memeriksa respon sembari Ketika menemukan korban yang
Emergency Response memeriksa nafas, kemudian melakukan tidak adar espon, segera meminta
System aktivasi emergency response system atau bantuan terdekat, kemudian
meminta bantuan,kemudian memeriksa tenaga medis dapat memeriksa
denyut nadi nafas dan denyut nadi secara
simultan sebelum melakukan
aktivasi lengkap emergency
response system
Shock First vs CPR First Jika menemukan pasien cardiac arrest di JikaAutomated External
luar rumahs akit dan tersedia AED, Defibrillator (AED)sudahtersedia,
penolong memberikan CPR dengan chest AED bisadigunakan sesegera
compression terlebih dahulu kemudian mungkin. Namun, jika AED
gunakan AED sesegera mungkin. belumter sedia, lakukan CPR
terlebih dahulu.
Ventilasiselama CPR Jika sudah terpasang alat pernafasan Jika sudah terpasang alat
tingkat lanjut, penolong memberikan pernafasan tingkat lanjut,
pernafasan 1 nafas setiap 6-8 detik (8-10 penolong memberikan
nafas permenit) pernafasan 1 nafas setiap 6 detik
(10 nafas permenit)

Anda mungkin juga menyukai