Anda di halaman 1dari 14

TERAPI DIET PENYAKIT

BRONCHOPNEUMONIA

Disusun oleh :

Anggi Meidia Madani ( 2017.05.002 )


Inggrid Ika Oktaviani ( 2017.05.009 )
Isna Hidayatul Mukaromah ( 2017.05.011 )
Nurul Laili Kharisma ( 2017.05.018 )
Rwiyanti Kumalasari ( 2017.05.024 )
DEFINISI
 Pneumonia adalah suatu radang paru yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi,
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Terjadinya pneumonia pada anak sering kali
bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut
pada bronkus yang disebut bronkopneumonia.
 Bronchopneumonia adalah radang paru yang
disebabkan oleh virus bakteri, jamur dan benda
asing lain yang mengakibatkan tersumbatnya
alveolus dan bronkeolus oleh eksudat.
Etiologi Bronchopneumonia
• Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia
diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri
atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus,
gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
organ, dan sekresi humoral setempat. Timbulnya
bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia.
Epidemiolgi
Pneumonia adalah penyakit infeksi menular yang
merupakan penyebab utama kematian pada balita di
dunia. Di seluruh dunia terjadi 1,6 sampai 2,2 juta
kematian anak dan balita karena pneumonia setiap tahun,
sebagian besar terjadi di negara berkembang, 70%
terdapat di Afrika dan Asia Tenggara. Pada tahun 2005
WHO melaporkan proporsi penyebab kematian anak dan
balita di negara berkembang adalah pneumonia 19%,
diare 17%, malaria 8% dan campak 4%. Disamping itu
terdapat 37% penyebab kematian pada neonatus, 26% di
antaranya disebabkan oleh infeksi berat yaitu sepsis,
meningitis dan pneumonia yang secara klinis sukar
dibedakan satu sama lain.
Tanda dan Gejala
Biasanya didahului ISPA selama beberapa hari
1. kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengku (sesak nafas)
c. Takipnea
2. Suhu naik 39oC- 40oC ,dangkal, kejang, gelisah.
3. Pernafasan cepat, dangkal disertai cuping hidung dan pucat disekitar mulut dan hidung.
4. Perubahan bunyi nafas.Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasia.
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki
5. Batuk mula -mula kering menjadi produktibatuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan
kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat.
6. Kadang disertai muntah dan diare.
7. Penurunan kesadaran.(Ngastiyah, 1997:41)
8. Serangan akut dan membahayakan.
9. Sakit kepala, Malaise.
10. Nyeri abdomen.(Suriadi, 2000:248)
11. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan.
12. Masalah-masalah psikososial ; disorientasi, ansietas, takut mati
Patofisiologi
Bronchopenumonia
Proses bronchopneumonia dimulai dari akibat
inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi
organisme dari nasofaring atau penyebaran
hematogen. Selain itu juga berhasilnya kuman
patogen seperti virus, bakteri, jamur, mycoplasma
dan benda asing masuk kesaluran pernafasan.
Lanjutan..
Bakteri, virus atau jamur masuk ke dalam paru-paru melalui saluran pernafasan
secara percikan (droplet) .
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertam) kapiler melebar dan kongesti, serta di
dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak,
beberapa neutrofil dan makrofag.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya) lobus dan lobulus yang
terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, merah dan pada
perabaan seperti hepar. dalam alveolus didapatkan florin, leukosit, neutrofil
dan banyak sekali eritrosit dan kuman. stadium ini berlangsung sangat
pendek.
3. Stadium hepatisi kelabu (3-8 hari) lobus masih tetap padat dan warna
merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh
fibrin. alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fotositosis
pneumococcus.
4. Stadium resolusi (4-11 hari) eksudat berkurang dalam alveolus makrofag
bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak, fibrin
direabsorbsi dan menghilang (Sujono Riyadi &Sukarmin, 2009)
Macam – Macam Komplikasi yang Disebabkan
Broncchopneumonia

1. Empiema
2. Otitis media akut
mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti
atelektosis, emfisema, abses pada paru-paru,infeksi
sistomik,endokarditis
atau komplikasi jauh seperti meningitis, komplikasi tidak
terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat (Ngastiyah,
2005)
Gangguan Metabolisme pada Penderita
Bronchopneumonia
Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Glukosa akan dimetabolisme menjadi CO2, air dan
energi (ATP) atau dikonversi dan disimpan dalam bentuk
glikogen atau menjadi lemak.
Perubahan Metabolisme Protein
Meningkatnya hormon katekolamin, glukagon dan
kortisol menyebabkanpeningkatan katabolisme protein
Perubahan Metabolisme Lemak
Mobilisasi lemak yang meningkatkan asam lemak
bebas akan menghambat ambilan dan oksidasi glukosa oleh
sel otot.
Pemeriksaan Diagnosis
1. Rontgen dada
2. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan Fungsi paru untuk preparasi
langsung
3. Pemeriksaan fungsi paru
4. Analisa gas darah
5. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks
6. Pemeriksaan laboratorium
7. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien
mengalami imunodeviensi
8. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status
kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen
9. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk
menanganinya
10. Pemeriksaan darahPada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)
11. Pemeriksaan sputumBahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk
yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan
untuk kultur serta tes sensitifitas
Penatalaksanaan
• Terapi diet &Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/KG BB/Hari,
ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/Kg BB/hari atau diberikan
antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasi
bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih
dari & jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotik
• Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena, biasanya diperlukan campuran glukusa 5% dan Nacl 0,9% dalam
perbandingan 3:1 ditambah larutan Kcl 10 mEq/500ml/botol infus.
• Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabilisme akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisa gas darah arteri.
• Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik pada
penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafas.
• Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiakan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian
terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin. selain bertujuan
mempermudah pengeluaran dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen
bronkus.
Pencegahan
1. Imunisasi  campak dan DPT/pertusis
2. Non-imunisasi  sebagai upaya pencegahan nonspesifik
merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak
kegiatan yang dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan
kepada berbagai komponen masyarakat, terutama pada ibu anak
dan balita tentang besarnya masalah pneumonia dan pengaruhnya
terhadap kematian anak, perilaku preventif sederhana misalnya
kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi dengan
pola makanan sehat, penurunan faktor risiko lain seperti mencegah
berat badan lahir rendah, menerapkan ASI eksklusif, mencegah
polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah
tangga dan perokok pasif di lingkungan rumah dan pencegahan
serta tatalaksana infeksi HIV.
Terapi Nutrisi pada Anak Sakit
Kritis dengan Penyakit Paru
Tujuan
Memberikan makanan yang cukup untuk
mempercepat pertumbuhan
Prinsip
• Tinggi kalori tinggi protein
• Cairan tinggi apabila ada demam
• Porsi kecil dan sering
• Hindari makanan yang merangsang batuk
• Bentuk makanan disesuaikan
 Pemilihan Jalur Pemberian

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak sakit


kritis, harus diperhatikan rutepemberian nutrisinya.
Pada anak sakit kritis dengan fungsi saluran
gastrointestinalyang masih baik, nutrisi enteral
merupakan pilihan untuk memenuhi kebutuhannutrisi
bila dibandingkan nutrisi parenteral.

Jika nutrisi enteral tidak dapat diberikan atau tidak


dapat ditoleransiselama 5-7 hari pada pasien anak,
maka nutrisi parenteral diindikasikan

Anda mungkin juga menyukai