BRONCHOPNEUMONIA
Disusun oleh :
1. Empiema
2. Otitis media akut
mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti
atelektosis, emfisema, abses pada paru-paru,infeksi
sistomik,endokarditis
atau komplikasi jauh seperti meningitis, komplikasi tidak
terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat (Ngastiyah,
2005)
Gangguan Metabolisme pada Penderita
Bronchopneumonia
Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Glukosa akan dimetabolisme menjadi CO2, air dan
energi (ATP) atau dikonversi dan disimpan dalam bentuk
glikogen atau menjadi lemak.
Perubahan Metabolisme Protein
Meningkatnya hormon katekolamin, glukagon dan
kortisol menyebabkanpeningkatan katabolisme protein
Perubahan Metabolisme Lemak
Mobilisasi lemak yang meningkatkan asam lemak
bebas akan menghambat ambilan dan oksidasi glukosa oleh
sel otot.
Pemeriksaan Diagnosis
1. Rontgen dada
2. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan Fungsi paru untuk preparasi
langsung
3. Pemeriksaan fungsi paru
4. Analisa gas darah
5. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks
6. Pemeriksaan laboratorium
7. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien
mengalami imunodeviensi
8. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status
kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen
9. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk
menanganinya
10. Pemeriksaan darahPada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)
11. Pemeriksaan sputumBahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk
yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan
untuk kultur serta tes sensitifitas
Penatalaksanaan
• Terapi diet &Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/KG BB/Hari,
ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/Kg BB/hari atau diberikan
antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasi
bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih
dari & jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotik
• Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena, biasanya diperlukan campuran glukusa 5% dan Nacl 0,9% dalam
perbandingan 3:1 ditambah larutan Kcl 10 mEq/500ml/botol infus.
• Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabilisme akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisa gas darah arteri.
• Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik pada
penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafas.
• Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiakan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian
terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin. selain bertujuan
mempermudah pengeluaran dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen
bronkus.
Pencegahan
1. Imunisasi campak dan DPT/pertusis
2. Non-imunisasi sebagai upaya pencegahan nonspesifik
merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak
kegiatan yang dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan
kepada berbagai komponen masyarakat, terutama pada ibu anak
dan balita tentang besarnya masalah pneumonia dan pengaruhnya
terhadap kematian anak, perilaku preventif sederhana misalnya
kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi dengan
pola makanan sehat, penurunan faktor risiko lain seperti mencegah
berat badan lahir rendah, menerapkan ASI eksklusif, mencegah
polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah
tangga dan perokok pasif di lingkungan rumah dan pencegahan
serta tatalaksana infeksi HIV.
Terapi Nutrisi pada Anak Sakit
Kritis dengan Penyakit Paru
Tujuan
Memberikan makanan yang cukup untuk
mempercepat pertumbuhan
Prinsip
• Tinggi kalori tinggi protein
• Cairan tinggi apabila ada demam
• Porsi kecil dan sering
• Hindari makanan yang merangsang batuk
• Bentuk makanan disesuaikan
Pemilihan Jalur Pemberian