Anda di halaman 1dari 27

Dewi Suriany

Latar belakang
Sifat dasar gangguan somatoform
 Mencakup interaksi tubuh dan pikiran ( Body-mind )
 Pemeriksaan fisik dan lab tidak ada kelainan. Tidak
ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik
 Preokupasi dengan adanya penyakit yg tidak ada dasar
organik
 Gangguan fungsi neurologis tanpa dasar organik
 Perasaan subjektif dari penampilan dirasakan kurang
memuaskan atau buruk
 Gejala tersebut terkait faktor psikologis atau konflik
Definisi
 Psikosomatik
 keadaan psikologik berkontribusi dlm berkembangnya
psikosomatik
 Terdapat disabilitas kondisi medik
 Somatisasi
 Manifestasi gejala fisik dari distres psikologik
 Gejala primer dari somatoform dan gangguan buatan
 Gangguan somatoform
 Pasien dengan gejala-gejala fisik tanpa kelainan
organik/medik
 Gangguan buatan (factitious)
 Pasien sendiri mambuat luka sebagai akibat stres
psikologik untuk mendapatkan pengobatan pada bgn
luar
lima macam gangguan somatoform
1. Gangguan somatisasi
2. Gangguan konversi
3. Hipokondriasis
4. Gangguan nyeri somatoform
5. Gangguan tubuh dismorfik
Gangguan somatisasi
 Disebut juga Briquet’s Syndrome
 Gejala somatik multipel, berulang dan berubah-ubah
 Tdk dpt djelaskan dgn pem fisik dan lab
 Umumnya gej fisik sdh berlangsung beberapa thn
sblm ke dokter
 Keluhan meliputi berbagai sistem organ spt gastro
intestinal, seksual, saraf dan keluhan nyeri dll.
Epidemiologi
 Prevalensi gangguan somatisasi sepanjang hdp 0.2 -2%
pada perempuan dan 0.2% pada laki-laki
 Lebih banyak perempuan dp laki-laki (5:1)
 Onset somatisasi sebelum usia 30 dan berawal pada
masa remaja
Etiologi
 Faktor psikososial
 Secara psikososial adalah bentuk komunikasi yang bertujuan
menghindarkan diari dari dari kewajiban
 Dapat berhubungan dgn kepribadian antisosial, yaitu
berhubungan dengan kelemahan perilaku inhibisi dan
kekuatan pada perilaku aktivasi, serta keuntungan jangka
pdk
 Faktor biologis
 Data genetik prevalensi 10-20 % pd perempuan turunan
pertama, sdgkan saudara laki-laki cenderung
penyalahgunaan zat dan ggn kepribadian antisosial.
 Prevalensi kembar monozygot 29 % , kembar dizigot 10 %
Gambaran klinis
Pedoman diagnostik DSM-IV-TR
1. Keluhan fisik multipel dimulai sblm usia 30 thn
menimbulkan ggn bermakna dlm fungsi sosial,
pekerjaan, at fungsi ptg lain
2. Empat gejala nyeri di empat tpt at fungsi (mis: kepala,
prt, sendi,dada, hubungan seksual, skt selama
menstruasi dll}
3. Dua gej GI selain nyeri
4. Satu gej seksual selain nyeri
5. Satu gej pseudoneurologi ( gej konversi spt gg koordinasi,
paralisis, afonia dll)
Terapi dan prognosis
 Sebaiknya terapi dilakukan satu orang dokter secara
regular utk mendengarkan keluhan somatik sebagai
ekspresi emosional
 Pemeriksaan penunjang sebaiknya dihindari
 Psikoterapi individual dan psikoterapi kelompok
disarankan agar pasien dapat hadapi gejala-gejala,
mengekspresi emosi yg mengdasari
 Psikofarmaka hanya diberikan bila terdapat cemas dan
depresi dgn pengawasan ketat krn pasien cenderung
menggunakan obat berganti-ganti
Gangguan konversi
 Mencakup gejala menandakan ggn atau defisit fungsi
sensorik atau motorik volunter akibat faktor
psikologis/ konflik stresor kehidupan
 Kumpulan gejala ini dikenal dengan sebutan hysteria,
reaksi konversi atau gangguan disosiatif
 Epidemiologi
 Rasio perempuan dibandingkan laki-laki bervariasi 2:1
hingga 10:1. onset sekitar masa remaja
 Banyak di populasi pedesaan, pendidikan rendah,
anggota militer terpapar dgn situasi peperangan
 Meningkat pd keluarga yg memiliki gnguan konversi
Etiologi
1. Psikoanalitik: mempunyai arti simbolik dengan
konflik intrapsikik yang telah direpresi, mereka
membutuhkan perhatian yang khusus
2. Teori pembelajaran: gejala konversi merupakan
perilaku yg dipelajari wkt kecil digunakan sebagai
mekanisme coping dlm situasi sulit ketika besar
3. Faktor biologis: pemeriksaan pencitraan terdapat
hipometabolisme hemisfer dominan dan
hipermetabolisme pd yg non dominan. Hal ini
berakibat komunikasi kedua hemisfer terganggu dan
berujung pd gejala konversi
Gambaran klinis
 Gejala sensorik: anaestesi dan parestesi ekstremitas
tdk sesuai dgn penyakit saraf pusat maupun tepi.
Ketulian ata buta namun jaras sensorik intak
 Gej motorik: gg gaya berjalan abasia atau ataksia,
kelemahan dan paralisis, tremor ritmik kasar jalan
menghentak-hentak
 Pseudo seizure
Gambaran klinis
 Gambaran klinis lain:
 Keuntungan primer : mempertahankan konflik internal
diluar kesadaran dan mendapat perhatian
 Keuntungan sekunder: pasien dibebaskan dari
kewajiban kehidupan sulit karena sakit
 Labelle indifference: merupakan sikap angkuh tak
sesuai terhadap gejala serius yg dialami
 Identifikasi: pasien secara tdk sadar meniru gejala dari
seseorang bermakna
Prognosa dan terapi
 > 90 % membaik dlm beberapa hari hingga hpr 1 bln
 75 % sembuh. 25 % mengalami episoda tambahan.
Mkn lama gejala konversi berlangsung mkn buruk
prognosa
 Psikoterapi suportif orientasi tilikan atau terapi
perilaku dpt menolong
 Hipnosis , psikofarmaka anticemas dan relaksasi
bermanfaat pada beberapa kasus
Hipokondriasis
Deskripsi klinis:
 Problem utama adalah anxietas
 Preokupasi dgn gejala-gejala fisik
 Misinterpretasi gejala-gejala
 Meyakini sakit keras
 banyak kunjungan kedokter dan lakukan tes medis
 Sedikitnya sdh berlangsung 6 bln
Fakta statistik
 1 – 14 % dari medikal pasien
 Rasio sama pd perempuan dan laki-laki
 Mungkin terjadi pada usia berapapun, terbanyak pada
usia 20-30 thn
 Keyakinan sakit berat
Etiologi
 Kognitif: pasien memiliki skema kognitif yg salah shg
salah menginterpretasikan sensasi sakit
 Perilaku sakit pasien sebagai kompleksitas bio-psiko-
sosio-spiritual dlm menghadapi masalah sulit. Pasien
perhatian berlebihan pada perilaku sakit
 Teori psikodinamik: dorongan agresivitas dan
permusuhan ditujukan kepada org lain dipindahkan
ke dlm gangguan somatik. Juga dipandang sebagai
pertahanan rasa bersalah ataupu sebagai hukuman
Prognosis dan Terapi
 Perjalanan penyakit yang episodik, setiap episoda
dapat berlangsung berbulan-bulan hingga tahunan,
dan dipisahkan periode tenang.
 Kurang lebih sepertiga hingga setengah pasien ini
mengalami perbaikan yang bermakna
 Terapi kelompok dgn menyediakan dukungan sosial
dan interaksi sosial shg menurunkan kecemasan
 Psikoterapi orientasi tilikan, terapi perilaku, terapi
kognitif (modifikasi persepsi penyakit )
 Psikofarmaka diberikan bila disertai cemas dan
depresi
Gangguan tubuh dismorfik
 Preokupasi penampilan. Perasaan subjektif dirinya
berpenampilan buruk (kekuatiran tdk benar)
 Yakin dan takut dirinya tdk menarik. Banyak
bercermin atau penghindaran
 Mereka kunjungi dokter dermatologis atau bedah
plastik
 Ide kecenderungan bunuh diri
 Menimbulkan gg dalam fungsi sosial dan pekerjaan
Lokasi dismorfik tubuh
 Kulit
 Mata /hidung
 Muka/kepala
 mammae
 bibir
Epidemiologi
 Lazin ditemukan pada usia 15-30 thn
 Perempuan lebih sering dr laki-laki. Perempuan yg
terkena gangguan ini cenderung tdk menikah
 > 90 % dgn gg dismorfik tubuh pernah menglami
episoda depresi berat dlm hdpnya
 70 % pernah alami ggn cemas dan 30 % pernah alami
ggn psikosis
Etiologi dan terapi
 Etiologi tdk diketahui. Komorditas tinggi dgn ggn depresi,
riwayat keluarga dgn ggn mood, ggn obsesif-kompulsif.
 Konsep kecantikan ditanamkan secara steriotipik dalam
keluarga atau budaya
 Perhatian pada bgn tubuh tertentuakan semakin menjadi-
jadi dan berakhir permintaan operasi
 Pengobatan dengan dermatologis dan bedah plastik
hampir selalu tdk berhasil dan penyakit menjadi khronis
 Terapi psikofarmaka dgn trisiklik, MAOI, pimozide
beberapa kasus berhasil
 Terapi serotonin clomipramin, fluoxetine efektif
mengurangi gejala
 Psikoterapi yang sesuai pada pasien dgn depresi
Gangguan nyeri
 Deskripsi klinik
 Nyeri yg nyata
 Nyeri mungkin mempunyai sebab organik
 Faktor psikologik mempertahankan gejala
 Gejala atau defisit tdk disebabkan secara sengaja atau
dibuat-buat
 Nyeri menyebabkan penderitaan secara klinis dan ggn
dlm fungsi sosial pekerjaan atau fungsi ptg lain
Etiologi
 Faktor psikodinamik: pasien mengekspresikan konflik
secara simbolik lewat tubuh. Nyeri sbgi cara
mendapatkan cinta, hukuman terhadap kesalahan dan
menebus rasa bersalah
 Teori perilaku: perilaku nyeri dgn cemas mendapat
perhatian shg perilaku nyeri diperkuat. Nyeri
dihambat bila diabaikan atau dihukum
 Nyeri tlh dikonseptualisasikan sbgi cara mendapat
keuntungan dlm hub interpersonal
 Serotinin dan endorfin memainkan dlm modulasi
nyeri sistema saraf pst
Perjalanan penyakit danTerapi
 Nyeri umumnya muncul secara tiba-tiba dengan
derajat keparahan
 Rehabilitasi (program pengendalian nyeri )
bersamaan dgn SSRI atau al
 Psikoterapis menggali sumber masalah interpersonal ,
terapis dapat segera sampai pada sumber nyeri
psikologis pasien dan fungsi keluhan fisikdalam
hubungan yg signifikan
 Terapi kognitif merubah pikiran negatif dan
mengembangkan sikap positif menghadapi penyakit
Progrm pengendalian nyeri
 Unit nyeri multi disiplin
 Terapi kognitif
 Terapi perilaku
 Terapi kelompok
 Terapi fisik
 Latihan kejujuran

Anda mungkin juga menyukai