DI SUSUN OLEH :
1
Ukuran partikel kurang dari Ukuran partikel antara 10-7 – 10-5
Ukuran lebih besar dari 10-5 cm
10-7 cm cm
2 Homogen Antara homogen dan heterogen Heterogen
3 Satu fase Dua fase Dua fase
4 Jernih Keruh Keruh
5
Tidak memisah juka
Tidak memisah jika didiamkan Memisah jika didiamkan
didiamkan
6
Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring dengan Dapat disaring dengan
dengan saringan biasa saringan biasa saringan biasa
7
Tidak dapat disaring Dapat disaring dengan Dapat disaring dengan
dengan membra perkamen membrane perkamen membrane perkamen
8 Berbentuk ion,molekul kecil Molekul besar,partikel Partikel besar
Paduan
8 Padat Padat Padat Sol padat
logam
SIFAT-SIFAT KOLOID
1. GERAK BROWN
GERAK BROWN ADALAH GERAK TIDAK BERATURAN, GERAK ACAK ATAU GERAK ZIG-ZAG
PARTIKEL KOLOID. GERAK BROWN TERJADI KARENA BENTURAN TIDAK TERATUR PARTIKEL
KOLOID DAN MEDIUM PENDISPERSI. BENTURAN TERSEBUT MENGAKIBATKAN PARTIKEL
KOLOID BERGETAR DENGAN ARAH YANG TIDAK BERATURAN DAN JARAK YANG PENDEK.
GERAK BROWN KALI PERTAMA DIAMATI PADA 1827 OLEH ROBERT BROWN (1773-1858),
SEORANG AHLI BIOLOGI BERKEBANGSAAN INGGRIS PADA SAAT MENGAMATI SERBUK SARI.
FENOMENA INI DIJELASKAN OLEH ALBERT EINSTEIN ATAU YANG DIKENAL ROBERT BROWN
(1879-1955) PADA 1905. MENURUT DIA, SUATU PARTIKEL MIKROSKOPIS (HANYA DAPAT DIAMATI
DENGAN MIKROSKOP) YANG MELAYANG DALAM SUATU MEDIUM PENDISPERSI AKAN
MENUNJUKKAN SUATU GERAK ACAK ATAU GERAK ZIG-ZAG. GERAKAN INI DISEBABKAN OLEH
MEDIUM PENDISPERSI YANG MENABRAK PARTIKEL TERDISPERSI DARI BERBAGAI SISI DALAM
JUMLAH YANG TIDAK SAMA UNTUK SETIAP SISI.
2. EFEK TYNDALL
EFEK TYNDALL IALAH GEJALA PENGHAMBURAN BERKAS SINAR (CAHAYA) OLEH
PARTIKEL-PARTIKEL KOLOID. HAL INI DISEBABKAN KARENA UKURAN MOLEKUL KOLOID YANG
CUKUP BESAR. EFEK TYNDALL INI DITEMUKAN OLEH JOHN TYNDALL (1820-1893), SEORANG
AHLI FISIKA INGGRIS. OLEH KARENA ITU SIFAT ITU DISEBUT EFEK TYNDALL.
EFEK TYNDALL ADALAH EFEK YANG TERJADI JIKA SUATU LARUTAN TERKENA SINAR. PADA
SAAT LARUTAN SEJATI (GAMBAR KIRI) DISINARI DENGAN CAHAYA, MAKA LARUTAN TERSEBUT
TIDAK AKAN MENGHAMBURKAN CAHAYA, SEDANGKAN PADA SISTEM KOLOID (GAMBAR
KANAN), CAHAYA AKAN DIHAMBURKAN. HAL ITU TERJADI KARENA PARTIKEL-PARTIKEL KOLOID
MEMPUNYAI PARTIKEL-PARTIKEL YANG RELATIF BESAR UNTUK DAPAT MENGHAMBURKAN
SINAR TERSEBUT. SEBALIKNYA, PADA LARUTAN SEJATI, PARTIKEL-PARTIKELNYA RELATIF
3. Adsorpsi
Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada
permukaannya. Jika partikel koloid menyerap ion bermuatan, kemudian ion-
ion tersebut menempel pada permukaannya, partikel tersebut menjadi
bermuatan.
Sol Fe(OH)3 mampu S2- sehingga sol As2S3 menjadi bermuatan negatif.
Penyerapan yang hanya terjadi di permukaan saja dimengadsorpsi ion-ion
H+ sehingga sol Fe(OH)3 menjadi bermuatan positif. Sol As2S3 mampu
mengadsorpsi ion-ion sebut adsorpsi, sedangkan penyerapan yang terjadi di
seluruh bagian disebut absorpsi koloid.
Muatan dalam partikel koloid bukan disebabkan oleh ionisasi partikel seperti
pada larutan, melainkan disebabkan oleh adanya ion lain yang diadsorpsi.
4. Elektroforesis
Adanya muatan listrik pada koloid menyebabkan koloid dapat dipisahkan
dengan cara elektroforesis. Elektroforesis adalah metode pemisahan
berdasarkan perbedaan laju perpindahan molekul dalam medan listrik. Pada
elektroforesis, partikel koloid yang bermuatan akan mengalami pergerakan.
Partikel koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke elektrode (kutub)
positif. Adapun koloid yang bermuatan positif bergerak ke elektrode (kutub)
yang bermuatan negatif.
Elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan dari suatu
partikel koloid.Sifat elektroforesis ini dilihat pada koloid jenis sol.
5. Koagulasi
Telur direbus hingga membeku, penggumpalan susu yang basi, dan
pembentukan delta pada muara sungai merupakan contoh-contoh proses
koagulasi. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid yang terjadi
karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan
partikel koloid yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang
lebih besar. Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan,
pendinginan, penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid
yang berbeda muatan, atau karena elektroforesis. Koloid Fe(OH)3 yang
bermuatan positif jika dicampur dengan koloid As2S3 yang bermuatan
negatif akan mengalami koagulasi. Koagulasi terjadi karena setiap
partikel koloid yang memiliki muatna yang berlawanan saling menetralkan
dengan gaya elektrostatik hingga membentuk partikel besar dan
menggumpal.
6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Sistem koloid sol (zat padat dalam medium pendispersi cair) dapat
bersifat liofil (dalam bahasa Yunani lyo = cairan, philia = suka) dan ada
juga bersifat liofob (Yunani: phobia = tidak suka, takut). Pada sol yang
bersifat liofil(suka cairan), zat terdispersi dapat menarik atau
mengikat medium pendispersi. Pada sol yang bersifat liofob(tidak
suka/takut cairan),zat terdispersi tidak dapat mengikat medium
pendispersinya (air).
Perbedaan sol liofil dan sol liofob !
NO SIFAT SOL LIOFIL SOL LIOFOB
Partikel tidak dapt dilihat Partikel dapat dilihat
1 Ukuran Partikel
dengan mikroskop ultra dengan mikroskop ultra
Tidak menunjukkan siafat Tidak menunjukkan sifat
2 Elektrofesis
elektroforesis elektroforesis
Tidak menunjukkan gerak Menunjukkan gerak brown
3 Gerak Brown
brown yang jelas
4 Efek Tyndall Kurang jelas Sangat jelas
Viskositas Lebih besar dari pada Hampir sama dengan
5
(Kekentalan) medium pendispersinya medium pendispersinya
6 Koagulasi Sukar Mudah(kurang stabil)
Daya Adsorbs
Kuat,mudah Tidak mengadsorbsi
7 Terhadap
mengadsorbsi medium medium
Medium
Tegangan Hampir sama dengan
8 Kecil
Permukaan medium pendispersinya
Reversible(dapat balik Irreversible (tidak dapat
9 Lain –Lain
lagi setelah menggumpal) balik menggumpal lagi)
7. Koloid Pelindung(emulgator)
Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada sistem koloid lainnya
agar diperoleh koloid yang stabil(memberikan efek kestabilan).Contoh koloid pelindung
adalah :
gelatin yang merupakan koloid padatan dalam medium air. Gelatin biasa digunakan paa
pembuatan es krim untuk mencegah pembentukan kristal es yang kasar sehingga diperoleh
es krim yang lebih lembut.
Tinta tidak mengendap karena bercampur dengan koloid pelindung.
Susub tidak menggumpal karena terdapat kasein.Jika kasein itu rusak maka susu akan
menggumpal.
8. Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi sehingga
ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang tidak
diinginkan.
Pada proses dialisis, koloid yang mengandung ion-ion dimasukkan ke dalam kantung
penyaring, kemudian dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air). Ion-ion dapat keluar
melewati penyaring sehingga partikel koloid terbebas dari ion-ion. Kantung penyaring
merupakan selaput semipermeabel yang hanya dapat dilewati ion dan air, tetapi tidak
dapat dilewati partikel koloid.
Proses dialisis juga terjadi dalam metabolisme tubuh. Ginjal berfungsi sebagai penyaring
semipermeabel. Cairan hasil metabolisme di dalam darah mengandung butir-butir darah,
air, dan urea. Urea merupakan racun bagi tubuh sehingga harus dikeluarkan melalui air
seni. Jika ginjal mengalami gangguan (gagal ginjal), ginjal tidak dapat menyaring darah
dan mengeluarkan urea yang bersifat racun. Oleh karena itu, penderita gagal memerlukan
proses “cuci darah”, yaitu proses dialisis yang berfungsi menghilangkan urea dari darah.
Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah kita mensyukuri kesehatan ginjal kita.
Secara sederhana, bagan proses pengolahan air dapat digambarkan sebagai berikut.
Pembuatan koloid
1.Cara Kondensasi
Cara kondensasi dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, reaksi hidrolisis, reaksi penggaraman,
danreaksi penjenuhan.
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks merupakan reaksi pembentukan partikel koloid melalui mekanisme perubahan bilangan
oksidasi.Perhatikan contoh-contoh berikut.
1) Pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida (H2S) ke dalam larutan belerang dioksida (SO2).
2 H2S (g) + SO2(aq) → 3S(s) + 2H2O(l)
2) Pembuatan sol emas dengan cara meraksikan larutan AuCl3 dan zat pereduksi formaldehid atau besi (II) sulfat.
2 AuCl(aq) + 3 HCOH(aq) + 3 H2O(l) → 2 Au(s) + 6 HCl(aq) + 3 HCOOH(aq)
AUCl3(aq) + 3FeSO4(aq) → Au(s) + Fe2(SO4)3(aq) + FeCl3(aq)
b. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis merupakan reaksi pembentukan koloid dengan menggunakan pereaksi air. Misalnya, pembuatan sol
Al(OH)3 dan sol Fe(OH)3.Pembuatan sol Al(OH)3 dari larutan AlCl3, Al2(SO4)3, PAC atau tawas.
AlCl3(aq) + 3 H2O(l) → Al(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
c. Reaksi Penggaraman
Garam-garam yang sukar larut dapat dibuat menjadi koloid melalui reaksi pembentukan garam. Untuk menghindari
pengendapanbiasanya digunakan suatu zat pemecah.
AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) +NaNO3(aq)
Na2SO4(aq) + Ba(NO3)2(aq) → BaSO4(s) + 2 NaNO3(aq)
d. Penjenuhan Larutan
Pembuatan kalsium asetat merupakan contoh pembuatan koloid dengan cara penjenuhan larutan ke dalam larutan
jenuh kalsium asetat dalam air. Penjenuhan dilakukan dengan cara menambahkan pelarut alkohol sehingga akan
2. Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan cara mengubah partikel kasar (besar)
menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan melalui cara mekanik (penggerusan),
carabusur Bredig, dan cara peptisasi (pemecahan).
a. Cara Mekanik
Cara mekanik merupakan cara fisik mengubah partikel kasar menjadi partikel halus. Partikel kasar
digiling dengan alat coloid mill sehingga diperoleh ukuran partikel yang diinginkan. Selanjutnya,
partikel halus ini didispersikan ke dalam suatu medium pendispersi. Proses penggilingan dapat juga
dilakukan di dalam medium pendispersi.
b. Cara Busur Bredig
Proses pembuatan koloid dengan cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam. Pada
proses ini, logam yang akan dibuat sol digunakan sebagai elektrode dihubungkan dengan arus
listrik. Uap logam yang terjadi akan terdispersi ke dalam medium pendispersi sehingga membentuk
koloid.
c. Cara Peptisasi
Pada cara peptisasi, partikel kasar berupa endapan diubah menjadi partikel koloid dengan
menggunakan elektrolit yang mengandung ion sejenis zat pemecah. Berikut ini contoh-contoh
peptisasi.
1) Endapan Al(OH)3 dipeptisasi dengan AlCl3,
2) Endapan NiS dipeptisasi dengan air, dan
3) Serat selulosa asetat dipeptisasi dengan aseton.
d. Cara Homogenisasi
Cara ini mirip dengan cara mekanik dan biasanya digunakan untuk membuat emulsi. Dengan cara ini,
partikel lemak dihaluskan, kemudian didispersikan ke dalam medium air dengan penambahan
emulgator. Selanjutnya, emulsi yang terbentuk dimasukkan ke dalam alat homogenizer. Caranya
dengan melewatkan emulsi pada pori-pori dengan ukuran tertentu sehingga diperoleh emulsi yang
homogen.
Kegunaan Koloid
Pengendap Cotrell dapat digunakan untuk mengurangi polusi
udara dari pabrik.
Prinsip dialisis digunakan untuk membantu pasien gagal
ginjal.
Pada pencelupan tekstil digunakan zat koloid untuk
mempermudah pemberian warna.
Pembentukan delta di muara sungai.
Pada penjernihan air digunakan alumunium sulfat untuk
mengkoagulasi zat pengotor dalam air.
Sabun sebagai zat pengemulsi untuk menghilangkan zat
pengotor yang tidak bercampur dengan air.
Berbagai makanan dan obat-obatan berupa koloid.
Berbagai kosmetik seperti body lotion dan hand cream.
Cat “emulsi” dan “emulsi fotografi” adalah zat koloid dll
CONTOH KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Industri Makanan
Contoh : Keju,Mentega(merupakan koloid yang tergolong emulsi padat dan berperan sebagai pengganti
minyak dalam memasak),Susu(merupakan koloid yang tergolong emulsi dan berperan untuk kesehatan
tubuh manusia),Saus salad,Jelly,Pudding,Mayonnaise.
Industri Kosmetika dan Perawatan Tubuh
Contoh : Krim,Pasta gigi,Sabun,Parfum semprot,Lotion wajah berupa foundation, finishing cream dan
deodorant (berbentuk koloid dan umumnya sebagai emulsi yang berperan sebagai sarana kecantikan).
Industri Cat
Contoh :Cat
Industri Kebutuhan Rumah Tangga
Contoh : Sabun (zat pengemulsi untuk menghilangkan zat pengotor yang tidak bercampur dengan air)
dan Deterjent (merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran/minyak dengan air
sehingga dapat membersihkan kotoran pada tubuh dan pakaian).
Industri Pertanian
Contoh : Peptisida,Insektisida
Industri Farmasi
Contoh : Minyak ikan,Pensilin untuk suntik
Industri Tekstil
Contoh : Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaanyang kurang baik daya serapnya terhadap zat
warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga
melekatpada tekstil).
Bidang Kesehatan
Contoh : Prinsip dialisis (salah satu sifat koloid yang digunakan untuk membantu pasien gagal ginjal).
Kelestarian Lingkungan
Contoh : Cotrell(Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu
alat yang berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas buangan yang
keluar dari cerobong asap pabrik).