Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN

KEPERAWATAN PADA
DISTRES SPIRITUAL

Alex reza
Bella puspita
Fadhila maifira
Laila umar
Mariska fitriandini
Novia purwanti
Papi sabri
Prety sabrina
Rossydah
Ulfa ayu ningrum
Definisi Distres spiritual

Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan


dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan
hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya
(Nanda, 2005).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual
adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh
kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan
psikososial (Varcarolis, 2000).
Karakteristik Distres Spritual

a. Hubungan dengan b. Hubungan dengan orang


diri lain
1. Menolak berhubungan
• Ungkapan dengan tokoh agama
kekurangan 2. Menolak interaksi dengan
• Marah tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah
• Kesalahan dari sistem pendukung
• Koping yang buruk 4. Mengungkapkan
pengasingan diri
c. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas
(bernyanyi, mendengarkan musik, menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

d. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya


1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
2. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
3. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
4. Tiba-tiba berubah praktik agama
5. Ketidakmampuan untuk introspeksi
6. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
Penyebab Distres Spiritual
Pengkajian Fisik
Abuse
• Pengkajian Psikologis
Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan
kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Otis-Green, 2002).
• Pengkajian Sosial Budaya
Dukungan sosial dalam memahami keyakinan
klien (Spencer, 1998).
Pengkajian Spiritual
1. F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah
saudara memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang
spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
2. I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam
kehidupan saudara). Apa pengaruhnya terhadap
bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri
sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi
perilaku selama sakit?
3. C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah
komunitas spiritual atau religius?) Apakah komunitas
tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah
ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-
benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
4. A: Adress bagaimana saudara akan mencintai saya
sebagai seorang perawat, untuk membantu dalam asuhan
keperawatan saudara?
5. Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang
mengkarakteristikan distres spiritual,
mendengarkan berbagai pernyataan penting
seperti :
a. Perasaan ketika seseorang gagal
b. Perasaan tidak stabil
c. Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
d. Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal
penting dalam kehidupan
e. Perasaan hampa
Faktor Predisposisi :
• Gangguan pada dimensi biologis akan
mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi
dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi
transfer pengalaman yang pentingbagi
perkembangan spiritual seseorang.

• Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia,


gender, pendidikan, pendapattan, okupasi,
posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan,
politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
Faktor Presipitasi :
• Kejadian Stresful
kehilangan hubungan dengan orang yang
terdekat karena kematian, kegagalan dalam
menjalin hubungan baik dengan diri sendiri,
orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.

• Ketegangan Hidup
ketegangan dalam menjalankan ritual
keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual
baik dalam keluarga, kelompok maupun
komunitas.
Sumber Koping
• Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring,
memfokuskan pada kepentingan orang lain.
• Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri
atas ekspresi positif thingking, mendorong atau
setuju dengan pendapat orang lain.
• Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental
yaitu menyediakan pelayanan langsung yang
berkaitan dengan dimensi spiritual.
• Tipe keempat adalah dukungan informasi
yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus
berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.

• Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan


network menyediakan dukungan kelompok
untuk berbagai tentang aktifitas spiritual.
Diagnosa :
• Distters Spritual
Kriteria hasil:
• Individu :
1. Klien dapat melakukan spiritual yang tidak
mengganggu kesehatan
2. Klien dapat mengekspresikan pengguguran
perassaan bersalah dan ansietas
3. Klien dapat mengekspresikan kepuasan
dengan kondisi spiritual.
POHON MASALAH

Resiko mencedarai diri sendiri dan lingkungan

Resiko peribahan persepsi senssori: halusinasi

Deficit perawatan diri Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Penurunan aktifitas motoric Isolasi social:menarik diri Kerusakan komunikasi


verbal

Gangguan konsep diri

Ketidak efektifan koping individu Ketidak efektifan koping keluarga

Distress spiritual

Distress masa lalu


Intervensi :
Sp. 1-P :
1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
2. kaji faktor penyebab distress spiritual pada
pasien
3. bantu pasien mengungkapkan perasaan dan
pikiran terhadap agama yang diyakininya
4. bantu klien mengembangkan kemampuan
untuk mengatasi perubahan spritual dalam
kehidupan.
Sp. 2-P :
1. Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai
keyakinan klien,
2. fasilitas klien untuk menjalankan ibadah
sendiri atau dengan orang lain
3. bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan
keagamaan.
Tindakan keperawatan
• Tujuan intervensi keperawatan untuk pasien:
1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan
perawat
2. Mamapu mengungkapkan penyebab distres spritual
3. Mampu mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang
kyakinannya
4. Mempu mengembangkan kemampuan mengatasi
masalah dan perubahan keyakinannya.
5. Mampu melakukan kegiatan keagamaan
6. Tindakan keperaawatan untuk pasien distres spiritual
7. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
8. Kaji faktor penyebab distres spritual pada pasien
9. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran
tentang keyakinanya
• Bantu klien mengembangkan keterampilan
untuk mengatasi perubahan spiritul dalam
kehidupan
• fasilitasi pasien dengan alat alat ibadah
seseuai agamanya
• fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah
sendiri atau dengan orang lain
• bantu passien untuk ikut serta dalam keadaan
keagamaan
• bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah
melakukan kegiatan keagamaan
Strategi Pelaksanaan
Fase kerja
SP 1-P:
• Bina hubungan saling percaya dengan pasien
• kaji faktor penyebab distres spritual pada pasien
• bantu pasien mengungkapkan perasaan dan
fikiran terhadap agama yang diyakini
• bantu pasien mengembangkan kemampuan
mengatasi perubahan spiritual dalam kehidupan
Orientasi
• selamat pagi pak, nama saya suster. . . suka
dipanggil. . nama bapak siapa? Suka di panggil
apa? Saya perawat disini yang akan merawat
bapak saya akan datang secara berkala
kerumah bapak. Bagaimana perasaan bapak
hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang masalah yang bapak alami, kita
ngobrol selama 30 menit yaa? Dimana
tempatnya? Mari pak kalau begitu.
• SP 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan
pasien
Fase Kerja
• Apa masalah yang bapak rasakan saat ini coba
bapak sampaikan apa menyebabkan bapak tidak
aktif solat dan pengajian yang di adakan di masjid
seperti dulu. Oh ya
• Pak masi adakah faktor lain yang menyebabkan
bapak tidak aktif lagi
• Apa saja kegiatan ibadah dan sosial yang dapat
bapak jalankan
• Mana yang kira-kira ingin bapak jalankan? Bagus
sekali. Mari bapak coba ya.
Terminasi
• Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-
bincang?
• Tampaknya bapak semangat menjawab
pertanyaan suster ya?
• Coba bapak ulangi apa yang udah kita diskusikan
ya bagus sekali selain itu bapak juga telah
mengungkapkan perasaan dan pikiran bapak
tentang agama yang bapak bisa lakukan seminggu
lagi kita bertemu untuk mengetahui manfaat
kegiatan yang bapak lakukan
SP 2-P : Fasilitasi klien dengan alat-alat ibadah sesuai
keyakinannya fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah
sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut
serta dalam kegiatan keagamaan
Orientasi
• Selamat pagi pak bagaimana keadaan bapak saat ini?
Sudah dicoba melakukan ibadah? Bagaimana perasaan
bapak setelah mencobanya? Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang persiapan alat-alat solat dan
cara-cara menjalankan solat baik sendiri maupun
berjamaah bersama orang lain. Bagaimana kalau kita
ngobrol selama 30 menit? Dimana bapak mau
ngobrolnya? Bagaimana kalau disini saja?
Kerja
• Pak, sepengetahuan bapak apa saja persiapan solat
baik alat maupun diri kita. Bagus sekali menyiapkan
kopiah, sejdah dan sarung. Dan sebelum solat bapak
harus mandi dulu dan berwudhu. Coba bapak sebutkan
solat lima waktu sehari semalam solat subuh jam
berapa? Bagaimana ucapannya, sampai dengan solat
isa. Selain itu, bapak dapat melakukan solat berjamaah
dirumah. Bagaimana kalau kita buat tempat solat
dirumah bapak ini. Setujukan pak? Baik, kalau begitu
kamar depan ini bapak siapkan untuk tempat solat lima
waktu nanti dan dapat bersama-bersama. Mulai hari ini
bapak sudah bisa melakukan solat dan berdoa secara
teratur agar diberikan ketenangan oleh tuhan dalam
menghadapi masalah ini. Pada hari jumat nanti bapak
bisa pergi bersama dengan warga lain untuk solat
jumat di masjid. Bagaimana pak?
Terminasi
• Bagaimana perasaan bapak setelah diskusi
tentang cara-cara menyiapkan alat solat dan
mengerjakan solat dirumah berapa kali sehari
bapak mencobanya? Mari kita buat jadwalnya,
kalau sudah dilakukan, beri tanda ya! Tiga hari
lagi,saya akan datang untuk mendiskusikan
tentang perasaan bapak dalam melakukan
solat serta membahas kegiatan ibadah yang
lain. Kalau begitu saya permisi dulu. Samai
jumpa. Selamat pagi.
Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga
pada pasien distres spritual, agar keluarga
mampu:
• mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam
merawat pasien dengan masalah spiritual
• mengetahui terjadinya masalah spiritual yang
dihadapi oleh pasien
• mengetahui cara merawat keluarga yang
mengalami masalah spiritual
• melakukan rujukan pada tokoh agama apabila
diperlukan
• tindakan keperawatan untuk keluarga:
• mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam
merawat pasien
• jelaskan proses terjadinya masalah spiritual yang
dihadapi pasien
• jelaskan pada keluarga cara merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah spiritual
• bantu keluarga untuk membantu pasien
melaksanakan kegiatan spiritual
• beri pujian bila keluarga mampu melakukan
kegiatan yang pasitif
• SP 1-K : Bantu keluarga mengidentifikasi masalah
yang dihadapi dalam merawat pasien, bantu
keluarga untuk mengetahui proses
terjadinya masalah spiritual yang dihadapi dan
perawatannya.
• Orientasi
Selamat pagi, pak. Bagaimana keadaan anak
bapak, hari ini? Hari ini kita akan mendiskusikan
tentang masalh yang bapak hadapi dalam
merawat atau membantuanak bapak, selama 30
menit. Di sini saja ya, pak.
• Kerja
Menurut bapak apa masalah yang bapak
hadapi dalam merawat atau membantu anak
bapak? Jadi A malas sholat dan tidak mau
mengikuti pengajian?
Apakah hal tersebut terjadi setelah gempa
atau akibat dari stunami yang lalu. Oh, jadi
masalah yang bapak hadapi adalah susah
memberi tahu dan mengajak A untuk sholat
lima waktu ya?
Evaluasi Soap
S : 1. klien mengatakan sudah mulai paham tentang keagamaan
O : 1. Klien dapat melakukan spiritual yang tidak mengganggu
kesehatan
2. Klien dapat mengekspresikan pengguguran perassaan bersalah
dan ansietas
3. Klien dapat mengekspresikan kepuasan dengan kondisi
spiritual.

A : SP 1- Bina hubungan saling percaya dengan pasien

P : SP 2 Fasilitasi klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinannya


fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang
lain, bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan

Anda mungkin juga menyukai