Anda di halaman 1dari 31

PENGAMANAN

BARANG
CETAKAN
Bentuk-bentuk Barang Cetakan
Berdasarkan UU No. 4/PNPS/1963 pasal 2 ayat (3), yang dimaksudkan
sebagai barang cetakan mencakup:
 Buku-buku;
 Brosur-brosur;
 Buletin-buletin;
 Surat-surat kabar harian;
 Majalah-majalah;
 Penerbitan-penerbitan berkala;
 Pamflet-pamflet;
 Poster-poster;
 Surat-surat yang dimaksudkan untuk disebarkan atau dipertunjukkan
kepada khalayak ramai;
 Barang-barang lainnya yang dapat dipersamakan dengan jenis barang
cetakan yang ditentukan dalam pasal ini.
Catatan:
Dengan berlakunya UU No. 4 Tahun 1967 Jo UU No.40 Tahun 1999 tentang
Pers, maka sebagian kewenangan yang diatur di atas, yaitu buletin-buletin, surat-
surat kabar harian, majalah-majalah, penerbitan-penerbitan berkala menjadi
kewenangan Departemen Penerangan.
Barang Cetakan Secara
Umum

Tulisan-tulisan/gambar-gambar yang
diperbanyak dengan mesin atau alat-alat
kimia (Pasal 8 UU. No. 4/PNPS/1963).
Fungsi Barang Cetakan
Secara Umum

1. Sebagai media untuk mengeluarkan


pikiran dengan tulisan;
2. Sebagai media informasi.
Barang Cetakan Yang Menjadi
Wewenang Jaksa Agung R. I.
Adalah buku-buku, brosur-brosur, pers asing,
pamflet-pamflet, surat-surat yang
dimaksudkan untuk disebarkan atau
dipertunjukkan kepada khalayak ramai dan
serta barang-barang lainnya yang dapat
dipersamakan dengan jenis barang cetakan,
tulisan-tulisan, dan gambar-gambar yang
diperbanyak dengan mesin atau alat kimia.
Asal Barang Cetakan:

1. Kiriman Luar Negeri;


2. Terbitan Dalam Negeri.
Pintu Masuk Barang Cetakan
Kiriman Luar Negeri:
• Surat JAM Intel Kepada Dirjen
Melalui Bandar Udara
Bea & Cukai;
• Surat Direktur Pencegahan dan
Melalui Pelabuhan Laut Penyidikan Dirjen Bea & Cukai.

Melalui Kantor Pos SKB Dirjen Postel, JAM


Intelijen, dan Dirut PT. Pos
Tukar Indonesia
Barang Cetakan Yang
Dikirim Dari Luar Negeri
Dibedakan Atas:
1. Kategori Pengimpor:
 Diimpor Oleh Perusahaan (Swasta);
 Diimpor Oleh Kedutaan Asing dan
Pemerintah;
 Diimpor Oleh Perseorangan;
 Diimpor Oleh Yayasan/Organisasi
(Keagamaan, Sosial, Lingkungan Hidup,
Pendidikan).
2. Sifat/Tujuan:
 Komersial/Untuk Diperjualbelikan;
 Non-Komersial/Tidak Untuk
Diperjualbelikan;
 Hibah/Untuk Disumbangkan/Untuk
Kalangan Terbatas.
3. Jenis Barang Cetakan:
 Buku-buku;
 Brosur;
 Buletin/Majalah/Surat Kabar Asing;
 Pamflet/Poster;
 Barang Cetakan Lain Yang Dipersamakan
(VCD, DVD, CD, dsb.)
Bagaimana Penanganan
Barang Cetakan Yang
Dianggap Bermasalah?
Terhadap Barang Cetakan
Kiriman Luar Negeri
Dilakukan Tindakan Preventif yaitu:
 Dengan Mengamankan Barang Cetakan di
Pintu Masuk agar tidak masuk ke wilayah
hukum Republik Indonesia;
 Barang Cetakan disita untuk dijadikan
Barang Bukti;
 Dilakukan Pemanggilan terhadap pemilik
barang cetakan.
Terhadap Barang Cetakan
Terbitan Dalam Negeri
Dilakukan pemeriksaan terhadap Barang
Cetakan tersebut.
Sumber-sumber pemeriksaan tersebut:
Lapinsus yang dikirimkan oleh daerah;

Rekomendasi dari instansi lain;

Laporan dari masyarakat.

Dilakukan pembahasan oleh Tim Clearing


House Barang Cetakan Kejaksaan Agung R. I.
Clearing House
Kejaksaan Agung R. I.

Clearing House Kejaksaan Agung R. I.


dibentuk berdasarkan Keputusan Jaksa
Agung R. I. nomor: KEP-114/JA/10/1989
tanggal 28 Oktober 1989 dan diubah terakhir
dengan Keputusan Jaksa Agung R. I. nomor:
KEP-190/JA/3/2003 tanggal 25 Maret 2003.
Tugas Pokok Tim Clearing House:

 Melakukan pemeriksaan dan penilaian


terhadap barang cetakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
 Memberikan pendapat mengenai isi/materi
sesuatu barang cetakan;
 Melakukan tugas-tugas lainnya yang
berhubungan dengan tugas pokok atas
permintaan Jaksa Agung R. I.
Terhadap Hasil Pembahasan
Tim Clearing House
 Dituangkan dalam Berita Acara yang
ditandatangani oleh para anggota;
 Disampaikan kepada Jaksa Agung R. I.
melalui Jaksa Agung Muda Intelijen;
 Jaksa Agung R. I. dapat mengambil
langkah-langkah selanjutnya yang sesuai
dengan kewenangannya.
Beberapa Kemungkinan
Tindak Lanjut:
 Jaksa Agung Mengeluarkan Keputusan
Untuk Melarang barang cetakan yang isinya
dianggap dapat mengganggu ketertiban
umum;
 Jaksa Agung Muda Intelijen atas nama
Jaksa Agung R. I. mengeluarkan Distribusi
“W” Kepada Seluruh Kejaksaan
Tinggi/Negeri untuk tindakan pencegahan
secara tertutup.
Kesepakatan Bersama
Nomor: 1566/DIRJEN/2004, B-939/D/Dsp.2/09/2004,
77/DIRUTPOS/2004
Tanggal: 10 September 2004

Kesepakatan Bersama antara


Dirjen Pos & Telekomunikasi,
JAM Intelijen, dan
Dirut PT. Pos Indonesia (Persero)
adalah untuk meningkatkan kerja sama melalui
koordinasi dan kesamaan persepsi di antara
Para Pihak dalam pelaksanaan pemeriksaan
barang cetakan yang dikirim melalui pos.
Tujuan Kesepakatan

a) Tercapainya penanganan dan pengamanan barang


cetakan yang dikirim melalui pos secara optimal,
dalam rangka mencegah timbulnya ancaman dan
gangguan terhadap ketertiban umum;
b) Terwujudnya efisiensi dan efektifitas pemeriksaan
barang cetakan yang dikirim melalui pos, untuk
mengurangi keluhan pelanggan PT. Pos Indonesia
atas keterlambatan dan atau kerusakan;
c) Terbentuknya satu pola kerja terpadu, terarah, dan
terencana.
Dasar Hukum
a) Undang-undang No. 4/PNPS/1963 tentang Pengamanan Terhadap Barang
Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum (Lembaran Negara
R. I. No. 2533);
b) Undang-undang No. 6 Th. 1984 tentang Pos (Lembaran Negara R. I. Th. 1984
No. 28, Tambahan Lembaran Negara R. I. No. 36276);
c) Undang-undang No. 40 Th. 1999 tentang Pers (Lembaran Negara R. I. No. 166,
Tambahan Lembaran Negara R. I. No. 3887);
d) Undang-undang No. 16 Th. 2004 tentang Kejaksaan R. I. (Lembaran Negara R. I.
Th. 2004 No. 67, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4401);
e) Peraturan Pemerintah No. 37 Th. 1985 tentang Penyelenggaraan Pos;
f) Keputusan Presiden No. 86 Th. 1999 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kejaksaan R. I.;
g) Keputusan Jaksa Agung R. I. No. Kep-115/JA/10/1999 tanggal 20 Oktober 1999
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan R. I. sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Keputusan Jaksa Agung R. I. No.
Kep-558/A/JA/12/2003 tanggal 17 Desember 2003;
h) Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.91 Th. 2002 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
Kewenangan dan Tanggung Jawab
Kejaksaan R. I.
(Pasal 6)
1) Melakukan pemeriksaan dan atau pelarangan serta
penyitaan terhadap barang cetakan yang isinya dianggap
dapat mengganggu ketertiban umum;
2) Membatasi jenis-jenis barang cetakan dari luar negeri untuk
dimasukkan ke Indonesia;
3) Bertanggung jawab atas barang cetakan yang dikirim
melalui pos yang diserahkan oleh PT. Pos dalam rangka
pelaksanaan pemeriksaan, pelarangan, dan atau penyitaan;
4) Bertanggung jawab untuk memberitahukan kepada PT. Pos
terhadap pelarangan dan atau penyitaan atas barang
cetakan yang dikirim melalui pos, dengan tembusan kepada
si penerima melalui PT. Pos.
Kewenangan dan Tanggung Jawab
PT. Pos Indonesia
(Pasal 7)
1) Membuka kiriman pos yang berisi barang cetakan
untuk diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) Bertanggung jawab terhadap pemrosesan,
penyaluran, sampai dengan penyerahan kiriman
barang cetakan secara utuh kepada si penerima;
3) Melakukan konfirmasi atas proses pemeriksaan
barang cetakan yang telah melebihi jangka waktu
pemeriksaan yang ditetapkan dalam kesepakatan ini.
Objek Pemeriksaan
(Pasal 8)

1) Objek Pemeriksaan adalah buku-buku, brosur-brosur,


pers asing, pamflet-pamflet, poster-poster, surat-surat
yang dimaksudkan untuk disebarkan atau
dipertunjukkan kepada khalayak ramai dan barang
cetakan yang berupa tulisan-tulisan dan gambar-
gambar yang diperbanyak dengan mesin atau alat-alat
kimia yang dianggap/diduga dapat mengganggu
ketertiban umum;
2) Selain barang cetakan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Kejaksaan R. I. dapat menetapkan jenis
barang cetakan lainnya yang dapat dipersamakan
dengan jenis barang cetakan sebagai Objek Pemeriksaan.
Tata Cara Pemeriksaan
(Pasal 10)
1) Petugas pos menyerahkan barang cetakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8, untuk dilakukan pemeriksaan oleh
petugas Kejaksaan R. I. dengan bukti tanda terima, sesuai
dengan contoh Lampiran I;
2) Untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengamanan barang
cetakan yang dikirim melalui pos, Kejaksaan R. I. akan
menunjuk petugas Kejaksaan R. I. dengan Surat Perintah
dari Jaksa Agung Muda Intelijen dan atau Kepala
Kejaksaan Tinggi atau Kepala Kejaksaan Negeri setempat;
3) Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (2), PT. Pos membantu memberikan
fasilitas yang diperlukan.
(Pasal 11)

1) Barang cetakan yang telah diperiksa harus diberi tanda


bukti pemeriksaan pada bagian depan sampul atau
barang cetakannya oleh petugas Kejaksaan R. I.;
2) Tanda bukti pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat
(1) berupa teraan cap “Telah Diperiksa oleh Kejaksaan
R. I.”, yang disertai dengan:
a) Tanggal pemeriksaan;
b) Paraf, nama, Nomor Induk Pegawai (NIP) petugas
Kejaksaan R. I.
(Pasal 12)

1) Terhadap barang cetakan yang telah diperiksa oleh


petugas Kejaksaan R. I. dan tidak dilakukan
pelanggaran harus diserahkan kembali kepada PT. Pos
disertai dengan bukti tanda terima, sesuai contoh
Lampiran II;
2) Pelaksanaan pemeriksaan barang cetakan oleh petugas
Kejaksaan R. I. dilakukan di tempat yang disediakan di
lokasi Kantor PT. Pos;
3) Dalam hal dipandang perlu, pemeriksaan barang
cetakan dapat dilakukan di tempat lain.
(Pasal 13)

Barang cetakan yang berdasarkan hasil


pemeriksaan oleh petugas Kejaksaan R. I.
dilarang dan disita, dibukukan dalam buku
catatan tentang barang sitaan disertai Berita
Acara Penyitaan yang dibuat oleh petugas
Kejaksaan R. I., sesuai dengan contoh
Lampiran III.
Waktu Pemeriksaan
(Pasal 14)
1) Dalam rangka menjamin mutu layanan barang cetakan yang
dikirim melalui pos, waktu pemeriksaan barang cetakan oleh
petugas Kejaksaan R. I. adalah paling lama 2x24 jam setelah
diterima dari petugas PT. Pos;
2) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal yang
dianggap/diduga dapat mengganggu ketertiban umum, atau
dalam keadaan tertentu, batas waktu tersebut pada ayat (1)
dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan;
3) Petugas Kejaksaan R. I. wajib memberitahukan secara tertulis
tentang pelarangan dan penyitaan barang cetakan kepada PT.
Pos dengan tembusan kepada si alamat penerima, dalam jangka
waktu secepatnya, atau paling lama 2x24 jam sejak keputusan
pelarangan diterbitkan.
Pembinaan
(Pasal 16)
1) Dalam rangka pembinaan terhadap penyelenggaraan
pos, Ditjen Postel melakukan pengawasan dan evaluasi
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
pemeriksaan barang cetakan yang dapat dikirim
melalui pos, agar kiriman dapat sampai secepat
mungkin kepada penerima;
2) Dalam rangka pengawasan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan pemeriksaan barang cetakan, yang dikirim
melalui pos, PT. Pos wajib menyampaikan laporan
hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas
Kejaksaan kepada Ditjen Postel secara berkala, tiga
bulan sekali.
Atas perhatiannya,
kami ucapkan Terima Kasih…

Anda mungkin juga menyukai