Anda di halaman 1dari 37

DEMAM TIFOID Reynardo Kurnia Hadiyanto Purba 1608010051

K e l o m p o k 7
Maria Chrsti Hala Tokan 1608010052
Handrianus Mayestus Buntanus 1608010053
Eliza Princila Utami Pakaenoni 1608010054
Yoseph Mariano Aprio Ngga 1608010055
Swidy Fransin Amelia Mullik 1608010056
Maria Yulia Rosari Saryono 1608010057
Verentika Putry Tanof 1608010058
Epidemiologi
Dunia
• 200.000 – 600.000 kematian setiap tahun
• Angka tertinggi terjadi di asia tengah selatan dan
asia tenggara
Indonesia
• Rata-rata angka kejadia 500/100.000 orang dengan
kematian antara 0,6-5 %

• Pada daerah endemik, lebih sering di daerah urban


dibandingkan rural
Etiologi
• Infeksi akibat salmonella thypi

Morfologi Sallmonela Typhii


• Bakter Gram (-)
• Berukuran 1-3µm
• Motil dengan flagella peritrichous
• Tidak membentuk spora dan kapsul
Daur hidup
Gejala Klinis
1. Demam
- Merupakan gejala utama
- Demam Intermitten pada awal sakit
- Pada minggu kedua biasanya demam kontinyu
- Disertai dengan nyeri kepala di daerah frontal, nyeri otot, pegal-pegal, insomnia, anoreksia,
mual dan muntah.
- Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat menimbulkan kejang

2. Gangguan Saluran Pencernaan


- Sering ditemukan bibir kering dan pecah-pecah karena demam yang lama
- Lidah kelihatan kotor dan ditutupi selaput putih, ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor
- Nyeri perut disertai nausea, dan mual muntah
- Pada awal sakit sering meteorismus dan kontipasi. Pada minggu selanjutnya kadang-kadang timbul diare

3. Gangguan Kesadaran
- Sering didapatkan kesadaran seperti berkabut
- Bila klinis berat, penderita bisa sampai somnolen dan koma dengan gejala-gejala psychosis (Organic Brain
Syndrome)
4. Hepatosplenomegali

- Hati dan atau limpa, ditemukan sering membesar


- Hati terasa kenyal dan nyeri tekan

5. Bradikardia relatif
- Merupakan peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi
- Tidak sering ditemukan

6. Gejala lainnya
- Rose Spot biasa ditemukan di regio abdomen atas
Faktor Resiko
1. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan.
2. Kebiasaan jajan makanan di luar rumah.
3. Sumber air bersih.
4. Riwayat sakit demam tifoid dari keluarga.
5. Kepemilikan jamban.
Pemeriksaan Klinis
Minggu pertama
• Gangguan GIT
• Batuk kering
• Sakit kepala
• Delirium
• Stupor-malaise
• Suhu badan 39-400C
• Rose spot appeareance
Minggu kedua
• Gangguan gastrointestinal meningkat
• Bradikardia
• Dicrotic pulse
Minggu ketiga
• Demam semakin meningkat
• Anoreksia
• Takipnea
• Distensi abdomen parah
• Pea soup diarrhea
• Apatis, tidak sadar diri, psikosis
• Peritonitis
• Toxemia, miokarditis, atau perdarahan intestinal dapat mengarah ke
kematian
Minggu keempat
• Jika pasien selamat hingga minggu keempat:
• Status mental, demam, distensi abdomen akan membaik seiring berjalannya
waktu
• Komplikasi intestinal dan neurologi masih bisa terjadi pada individu yang
selamat tapi tidak diterapi
• Hilang berat badan dan lemah masih bisa terjadi hingga berbulan-bulan
• Beberapa orang yang selamat menjadi karier S. typhii asimptomatik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Bakteriologis
Tatalaksana
Tatalaksana Diagnosis
A. Diagnosis Klinis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Mendapatkan sindrom klinis demam tifoid
Gejala Klinis demam tifoid
>>
Sesuai dengan kemampuan mendiagnosis dan tingkat perjalanan tifoid
saat diperiksa, maka diagnosis klinis tifoid dibagi atas 2:
a. Suspek demam tifoid (suspect case)
Dengan anamnesis, pemfis, didapatkan gejala demam, gang. Sal. Cerna
dan pertanda gang. Kesadaran. Belum ditemukan semua sindrom tifoid.
Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.
b. Demam tifoid klinisi (probable case)
Telah didapatkan gejala klinis yang lengkap atau hamper lengkap
didukung oleh gambaran lab yang menunjukkan tifoid.
Diagnosis Etiologik
Untuk mendeteksi basil salmonella dari dalam darah atau sumsum
tulang. Bila basl (+) = demam tifoid terkonfirmasi (Confirm case)
Ada 3 cara :
• Biakan salmonella typhi
• Pemeriksaan pelacak DNA Salmonella typhi dengan PCR
• Bila hasil biakan tidak tumbuh dapat dilakukan dengan hasil widal
dengan kenaikan titer 4 kali lipat pada pemeriksaan widal II, 5-7 hari
kemudian
Diagnosis Komplikasi
Dibantu oleh pemeriksaa penunjang seperti lab dan radiologi. Monior
selama perawatan harus baik, agar komplikasi dapat terdeteksi secara
dini.
• Tifoid toksik
• Syok septik
• Perdarahan dan perforasi
• Hepatitis tifosa
• Pankreatitis tifosa
• Pneumonia
Tatalaksana Pengobatan/Perawatan
• Perawatan Umum dan Nutrisi
Tujuan :
- Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan
- Observasi terhadap perjalanan penyakit
- Minimalisasi komplikasi
- Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap pencemaran dan atau
kontaminasi
>>>
1. Tirah baring
Untuh mencegah komplikasi (khususnya perdarahan dan perforasi).
Bila klinis berat  istirahat total
Penurunan kesadaran  posisi tidur diubah-ubah utk mencegah
pneumonia hipostatik dan decubitus.
Membaik  mobilisasi bertahap.
BAB dan BAK dibantu perawat.
Hindari pemasangan kateter urin tetap, kecuali ada idnikasi betul
>>>
2. Nutrisi
• Cairan
Harus cukup, bisa oral / parenteral
Parenteral khsuus sakit berat, komplikasi, penurunan kesadaran serta sulit
makan.
Dosis parentela sesuai kebutuhan cairat (tetesan rumatan).
• Diet
Harus mengandung kalori dan protein yang cukup.
Sebaiknya Rendah selulosa (serat)  mencegah perdarahan dan perforasi
Biasanya utk pasien demam tifoid: diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.
Kalau membaik  dimulai dengan diet cair/bubur dan diubah bertahap
sesuai tingkat kesembuhan
>>>
• Terapi simptomatik
Untuk perbaikan keadaan umum :
oRoboransia/vitamin
oAntipiretik
oAntipiretik untuk kenyaman penderita, terutama utk anak2
oAnti emetic
oBila pasien muntah hebat
>>>
3. Kontrol dan Monitor dalam Perawatan
• Suhu tubuh (status demam) dan TTV. Diukur secara serial
• Keseimbangan cairan
Yang masuk dan yang keluar harus seimbang
• Deteksi dini komplikasi
• Adanya koinfeksi dan atau komorbid dengan pernyakit lain
• Efek samping dan atau efek toksik obat
• Resistensi anti mikroba
• Kemajuan pengobatan secara umum
• Evaluasi perubahan terapi/penghentian
• Program mobilisasi
• Program diet
• Induksi pulang perawatan
Anti Mikroba
• Segera diberikan bila diagnosis klinis telah ditegakkan, baik diagnosis konfirmasi, probable atau
suspect.
• Sebelum pemberian antimikroba, harus diambil specimen darah atau sumsung tulang lebih dulu,
utk pemeriksaan biakan kuman, kecuali baiakan betul2 tidak ada atau tidak bsa dilakukan
• Antimikroba yang dipilih harus dipertimbangkan :
1. Telah dikenal sensitif dan potensial utk tifoid
2. Mempunyai sifat farmakokinetik yang dapat berpenetrasi dengan baik ke jaringan serta
mempunyai afinitas yang tinggi menuju organ sasaran
3. Berspektrum sempit
4. Cara pemberian yang mudah dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien termasuk anak dan
ibu hamil
5. Efek samping minimal
6. Tidak mudah resisten atau efektif mencegah karier
Pilihan antimikroba
Piliha antimikroba
Strategi Pemberian
• Segera setelah diagnosis
• Pemberian antimikroba lini pertama :
Kloramfenikol
Ampisilin atau amoxicillin (aman utk ibu hamil)
Trimetroprim-sulfametokzasol
• Jika lini pertama tidak efektif, diganti ke lini kedua:
Seftriakson (utk dewasa dan anak)
Cefixim (efektif pada anak)
Quinolone (tdk utk anak < 18 thn, krna menggangu pertumbuhan
tulang)
>>>
• Bila klinis berat sampai toksik atau syok septik, diberikan antimikroba
parenteral dan ganda (2 macam) dan terapi utk komplikasi
• Bila pendertia riwayat tofoid dan predisposisi utk carier. Pengobatan
pertama adalah quinolone dan terapi utk carier
Komplikasi
Pada minggu ke dua atau lebih, sering timbul komplikasi demam tifoid
mulai yang ringan sampai berat, bahkan kematian.
1) Tifoid Toksik (Tifpoid Enselopati)
2) Syok Septik
a. Perdarahan dan perforasi intestinal
b. Peritonitis
c. Hepatitis Tifosa
d. Pankreatitis Tifosa
e. Pneumonia
3) Komplikasi Lain
- Osteomielitis, artritis
- Miokarditris, perikarditis, endokarditis
- Pielonefritis, orkhitis
- Serta peradangan-peradangan di tempat lain.
Pencegahan
1. Mengobati secara sempurna pasien dan karier tifoid
2. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap
rantai penularan
3. Perlindungan dini agar tidak tertular
kegiatan dalam aspek pencegahan dan pengendalian
tifoid :
1. Langkah-langkah strategis pencegahan karier, relaps
dan resistensi tifoid
2. Perbaikan sanitasi lingkungan
3. Peningkatan higiene makanan dan minuman
4. Peningkatan higiene perorangan
5. Pencegahan dengan imunisasi
6. Surveilans
7. Definisi kasus
8. Sistem pencatatan dan laporan
9. Penanggulangan KLB
Sumber

• Jurnal berita kedokteran masyarakat, vol.25, no.4, Faktor-Faktor yang resiko yang berpengaruh terhadap
kejadian demam tifoid pada orang dewasa.
• Pedoman Pengendalian Demam Tifoid , Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2006

Anda mungkin juga menyukai