Anda di halaman 1dari 89

SKENARIO 1 -

Delirium
Kelompok Tutorial 1
‫‪DOA MULAI BELAJAR‬‬

‫الر ِح ِمم‬
‫الر ْحم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
‫س ِم ه ِ‬
‫ِب ْ‬
DOA BELAJAR

‫ع ْقدَة ً ِّم ْن‬ ْ ‫ص ْد ِّري َويَ ِّس ْر ِّلي أ َ ْم ِّري َو‬


ُ ‫احلُ ْل‬ َ ‫ب ا ْش َر ْح ِّلي‬
ِّ ‫َر‬
‫سا ِّني يَ ْفقَ ُهوا قَ ْو ِّلي‬
َ ‫ِّل‬
Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’
Ya Allah, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah
kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”
(QS. Thoha: 25-28)
DOA BELAJAR
.‫ـي فَ ْه ًمـا‬
ْ ‫ن‬
ِّ ْ
‫ق‬ ُ
‫ز‬ ‫ر‬
ْ ‫ـاو‬
َ ‫م‬
ً ْ
‫ل‬ ‫ب ِّز ْد نِّ ْي ِّع‬
ِّ ‫َر‬
ِ ‫الله ُه هم ال س ْهل ِإاله ما جع ْلتهُ س ْهلا و أ ْْنَ ت ْجع ُل ا ْلح ْزن ِإذا‬
َْ‫شئ‬
‫س ْهلا‬
“Rabbi zidnii ‘ilman war zuqnii fahman”.
Allaahumma Laa Sahla Illaa Maa Ja’altahu Sahlaa Wa Anta Taj’alul Hazna Idza Syi’ta Sahlaa
“Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku pengertian yang baik”. (QS. Thaha : 114)
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Dan apabila Engkau
berkehendak, Engkau akan menjadikan kesusahan menjadi kemudahan.” (HR Anas bin Malik ra)
DOA BELAJAR
َ ‫اَللَّ ُه َّم ِّإنِّ ْي أ َ ْسأَلُ َك ِّع ْل ًما نَافِّعًا َو ِّر ْزقًا‬
‫ط ِّيبًا‬
ً‫ع َمالً ُمتَقَبَّال‬َ ‫َو‬
Allahumma inni as’aluka ilman naafi’an wa rizqon thoyyiban
wa ‘amalan mutaqobalan
Ya Allah aku mohon kepadamu berikanlah kepadaku ilmu yang
bermanfaat, rizki yang baik dan amalan yang diterima di sisi-Mu
(HR Ibnu Majah dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam Shahih Ibnu Majah no 762)
Skenario 1 - Delirium
“Adikku Bingung dan Ketakutan Tanpa Sebab”
Seorang laki-laki, 25 th, diantar kakaknya ke poliklinik dengan keluhan sejak 2 hari ini sering
tampak bingung dan ketakutan tanpa sebab. Ia sering tampak disorientasi, gelisah, bicara sendiri, dan
logorrhea, sambal berhalusinasi auditorik dan visual. Ia juga sering berilusi dengan menunjuk-nunjuk
ke kakaknya seolah tak mengenal : “Makhluk apa kamu.. Apa maumu.. Jangan sakiti kami..”, lalu
“dimana aku ini.. ”
Saat diajak bicara ia bisa merespon tapi tak lama kemudian menunjuk nunjuk lagi, kali ini ke
tempat kosong. Kadang-kadang ia bahkan tak menghiraukan lawan bicaranya dan tampak somnolens.
Perilaku kacaunya ini muncul terutama saat malam hari, sehingga ia mengalami insomnia dan
kemudian membaik saat siang hari, tapi saat siang banyak mengantuk.
Selama 2 minggu sebelumnya pasien badannya panas, mengeluh sakit perut, mual muntah
dan kadang diare, serta didapatkan typhoid tongue. Dokter mendiagnosis ia mengalami typhoid.
Insight pasien ini sangat buruk, diperlukan usaha yang keras untuk bisa membawanya
berobat.
Sehari setelah berobat tiba-tiba pasien mengalami tortikolis, hemiballismus, krisis okulogirik,
hipersalivasi dan tremor. Kakaknya sangat khawatir dan bingung apa yang terjadi pada adiknya.
Keywords
1. Laki laki 25 th tampak bingung (indah)
2. Ketakutan tanpa sebab (lailatun)
3. Disorientasi, gelisah, bicara sendiri (salsabila)
4. Logorrhea (Aulia wiraldi)
5. Halusinasi auditorik dan visual (Selvira)
6. Berilusi (Fauziyah)
7. Muncul saat malam hari, membaik saat siang hari (puteri)
8. Somnolens (Salsabila)
9. Typhoid (Nafia)
Kata Sulit dan Klarifikasi Istilah
1. Logorrhea : menunjukkan kata-kata yang berlebihan yang dimanifestasikan sebagai verbositas yang
tidak biasa sebagai tanda patologi neurologis atau psikiatri. J Treitzer et al, 2017. (Azizah)
2. Ilusi : suatu persepsi panca indra yang dsebabkan karena adanya rangsang panca indra yang
ditafsirkan salah  adanya interpretasi yang salah dari rangsang panca indra. Mala poter, 2016.
(Noorlita)
3. Halusinasi visual : persepsi pengelihatan keliru yag dapat berupa bentuk jelas atau orang ataupun
bentuk tidak jelas seperti kilatan cahaya sering kali terjadi pada gangguan medis umum. Buku ajar
psikiatri FK UI, 2017. (Fauziyah)
4. Insomnia : keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan memulai tidur, kesulitan
mempertahakan tidur, dan rasa tidak puas dengan tidurnya. Kaplan dan sadock, 2010. (Salsabila)
5. Typhoid Togue : Keadaan dimana lidah ditutupi oleh selaput atau bercak berwarna putih. Caludia
colomba, 2016. (Selvira)
6. Hemiballisumus : Kelainan gerakan hiperkinetik yang ditandai dengan gerakan involunter kasar yang
melibatkan ekstremitas. Hemiballismus journal, 2011. (Puteri)
7. Halusinasi auditorik : prsepsi suara tanpa diidentifikasi eksternal rangsangan juga didefinisikan
persepsi suara palsu. Shaid ali, 2011. (Lailatun)
8. Krisis okulogirik : gerakan involunter pada bola mata yang disebabkan oleh berbagai
macam etiologi yang ditandai dengan gerakan spasmodik bola mata pada salah satu
sisi. Biasanya mengarah ke sisi atas. Marianne, salberg and jeanette, 2017. (Deandra)
9. Tortikolis : kontraksi otot halus yang memicu kelainan gerakan pada leher dan
kepalan sehingga membuat condong ke salah satu sisi. Ekawati, 2013. (Indah)
10. Disorientasi : tdk mengetahui keadaan atau kondisi dari dirinya sendiri terhadap
tempat waktu dan orang lain. Maramis, 2009. i(Aulia wira)
11. Somnolen : tingkat kesadaran yang lebih rendah dari apatis dimana pasien tampak
atau cenderung menganuk dan perlu goncangan untuk membangunkannya. Ilham
oetama, 2017. (Salma)
12. Insight : penilaian dan penyikapan pasien terhadap penyakitnya dalam berbagai
stage  tida bisa dinilai sebagai predictor outcome psychosis tapi dilihat sbg progress
penyakit Reddy, 2016. (Nafia)
Rumusan Masalah
1. Mengapa pasien mengalami keluhan seperti dalam scenario? (Azizah)
2. Apakah keluhan tesebut berhuubungan dengan riwayat typhoid pasien ? (Puteri)
3. Mengapa setelah pasien berobat pasien megalami tortikolis, hemiballismus, krisi
okulo girik, hipersalivasi dan tremor? (Deandra)
4. Mengapa perilaku muncul terutama ada malam hari? (Selvira)
5. Bagaimana status psikiatri dari kasus ini? (Salma)
6. Ada diagnosis dan DD dari pasien? (Lailatun)
7. Bagaimana terapi yang sesuai dengan penyakit tersebut? (Indah)
8. Bagaimana Komplikasi dan prognosis dari penyakit ini? (Nafia)
1. Mengapa pasien mengalami keluhan
seperti dalam scenario?
(Fauziyah) : kasus ini termasuk Sindrom  penyebab adalah penyakit lain.
Hipotesis : Neurotransmiter  penurunan ach, aktivitas dopamine, serotonin
meningkat. Kortisol meningkat, adanya inflamasi dan mengeluarkan sitokin.
(Salma) : efeknya inflamasi  sitokin  mengganggu neurotransmitter.
(Selvira) : ada infeksi s. typhi  ach& norephinephrineturun, glutamate, sitokin,
krtisol & GABA meningkat
2. Apakah keluhan tesebut berhubungan
dengan riwayat typhoid pasien ?
(Salsabila) : ya.
Typhoid  gejala ada demam  bakteri merangsang pelepasan zat pyrogen  leukosit
melepas ke jaringan radang dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus 
dapat invasi ke jaringan otak  hipofusi di otak
Predisposisi dan presipitasi dari delirium  typhoid menjadi presipitasi dari delirium.
(Puteri) : sitokin proinflamasi  dapat menimulkan gejala delirium pada pasien rentan.
Typhoid  gejala tidak ditangani  bisa somnolen, delirium, koma.
(Aulia Wiradi) : ya
Kuman  invasi di usus  berkoloni dan tidak dapat dideteksi makrofag dapat menembus
PD  menyebar ke bag. Tubuh lain.  dapat menembus BBB, mikroglia, masuk ensefalon 
infeksi.
(Nisfi) : ya, ada.
Komplikasi  muncul > 2 minggu  septic syok dan ensefalopati.  delirium, turunke
sadaran akut, sampai koma.
3. Mengapa setelah pasien berobat pasien
megalami tortikolis, hemiballismus, krisis
okulo girik, hipersalivasi dan tremor?
(Noorlita) :
Haldol  dopamine 2 antagonis  penipisan dopamine di substansia nigra  terjadi
gejala ekstrapiramidal  adanya gejala diatas.
4. Mengapa perilaku muncul terutama ada
malam hari?
(Aulia wiraldi) :
Disorientasi  waktu
Malam  gelap / tidak terlihat apa-apa pasien gelisah  pasien akan terjaga  insomnia  Lelah pada
siang hari
(Lailatun):
Sun-down syndrome  Disebabkan karena perubahan irama sirkardian.
Orang sehat  dopamine turun dan melatonin naik, sedangkan
Orang dengan dementia atau delirium  gangguan produksi melatonin dan mengganggu neurotransmitter
lainnya.  gejala sesuai scenario
(Azizah) :
Melatonin  tinggi pada malam hari
Disrupption irama sirkadian  adanya insomnia dan mengigau.
(Nafia) :
Insomnia  inflamasi bertambah parah  sitokin meningkat  menambah parah delirium.
5. Bagaimana status psikiatri dari kasus ini?
(Indah) : Sesuai skenario
1. Kesan umum = gelisah, cemas, tidak focus, somnolen, kadang menjawab
2. Kontak/ komunikasi = Hilang timbul
3. Kesadaran = fluktuatif (Kesadaran naik turun)
4. Afek dan emosi = cemas dan ketakutan.
5. Psikomotor = melambat
6. Proses berfikir =
Bentuk pikiran = nonrealistic
Isi pikiran = waham paranoid
7. persepsi = halusinasi visual dan auditorik
8. insight = sangat buruk
6. Apakah diagnosis dan DD dari pasien?
(Salma)
- delirium
- demensia
- depresi

(Deandra)
- Skizofrenia

(Noorlita)
- Skizofrenia paranoid

(Salsabila)
Diagnosis :
Delirium  gangguan kesadaran, perubahan atensi & kognisi, disorientasi, berlangsung singkat dan fluktuasi, ada pemeriksaan fisik.
DSM IV-TR dan assessment untuk menentukan delirium.

(Fauziyah) : Delirium syndrome et cause typhoid fever


7. Bagaimana terapi yang sesuai dengan
penyakit tersebut?
(Azizah) :
Non farmakologi =
mengurangi kebisingan, disesuaikan jadwal tidur, mengenali gangguan, memeriksa orientasi pasien
Farmakologi =
1st line  Haldol  0,25 – 0,5 mg secara IM/ IV  MRS pilih IV (efek esktrapiramidalnya sedikit)
(Lailatun) :
Do : Pencahayaan yang baik
Donts : harus tidur malam hari
(Selvira) :
Beri melatonin eksogen dosis rendah  untuk mengurangi insomnia yang berefek membaiknya delirium
(Salsabila)
Non farmakologi : memeperbaiki lingkungan, familiar utk lingkungan dan caregivernya, pasien dijaga agar tidak melukai
dirinya
(Noorlita):
Haldol / 4 jam, reorientasi oleh caregiver (melatih daya ingat jangka pendek)
8. Bagaimana Komplikasi dan prognosis dari
penyakit ini?
(Deandra) :
Komplikasi sekunder  inkontinensi urine, immobilitas, sedasi berlebih dan gangguan fungsional tubuh.
(Puteri) :
Prognosis  bila penanganan tidak tepat dapat koma hingga kematian.
Menentukan delirium karena genetic atau kelainan otak.
(Aulia) :
Dilihat kausa  prognosis baik bila segera di terapi.
(Indah) :
Prognosis 
Ada peningkatan resiko meninggal  harus dijelaskan pada pasien.
(Salsabila) :
Usia dan lama waktu delirium mempengaruhi prognosis.
Sering diikuti depresi atau gangguan cemas.
Learning Objective (LO)
1. GMO (delirium, dementia, dll)
2. Skizofrenia
3. Perbedaan gangguan neurotik dan gangguan
psikotik
LO 1 – GMO (Gangguan Mental Organik)
Delirium
Definisi, Etiologi, Gejala klinis
Definisi Delirium
Delirium yang juga dikenal sebagai “Acute Confusional State”,
adalah sindroma klinis yang biasanya berkembang pada orang
tua, yang ditandai dengan perubahan kesadaran dan kognisi
serta berkurangnya kemampuan untuk fokus,
mempertahankan atau mengalihkan perhatian.

Ramirez, MdL.,Paul, M. 2018. Delirium. StatPearls Publishing


Etiologi Delirium
1. Penyakit pada sistem saraf pusat
2. Penyakit sistemik
3. Intoksikasi / Withdrawal obat-
obatan / zat toksik

Elvira, Sylvia D., Hadisukanto, Gitayanti. 2017. Buku Ajar Psikiatri. Ed 3. FK UI : Jakarta
Gejala Klinis
Gambaran utama : kesadaran berkabut tentang lingkungan
Gejala secara umum :
1. Onset akut diawali dengan perubahan pola tidur
2. Kelelahan yang sulit dijelaskan
3. Mood yang berfluktuasi
4. Fobia terhadap tidur
5. Gelisah
6. Cemas
7. Mimpi buruk yang sering muncul

Elvira, Sylvia D., Hadisukanto, Gitayanti. 2017. Buku Ajar Psikiatri. Ed 3. FK UI : Jakarta
1. Prodormal : mengeluh kelelahan, cemas
2. Gangguan kesadaran : kesadaran berkabut
3. Kewaspadaan : hiperaktivitas (berkeringat, takikardia, nausea) dan
hipoaktivitas (depresi)
4. Gangguan pemusatan perhatian : kesulitan mempertahankan, memusatkan dan
mengalihkan perhatian
5. Orientasi : orientasi waktu (ringan) dan orientasi tempat dan orang
(berat)
6. Bahasa dan Kognitif : terjadi inkoherensi
7. Persepsi : halusinasi visual dan auditorik, ilusi
8. Mood : marah, mengamuk, ketakutan tidak beralasan
9. Gangguan tidur bangun : sundowning
10. Gangguan neurologi : disfasia, tremor, asteriksis

Elvira, Sylvia D., Hadisukanto, Gitayanti. 2017. Buku Ajar Psikiatri. Ed 3. FK UI : Jakarta
Patofisiologi Derilium
1. Neuroinflamasi
Inflamasi perifer (akibat infeksi, operasi, atau trauma) dapat menginduksi sel
parenkim otak untuk melepaskan sitokin inflamasi. Akibatnya, terjadi disfungsi neuron
dan sinaps. Pada pasien delirium, ditemukan peningkatan kadar CRP, IL-6, TNF-α, IL-1RA,
IL-10, dan IL-8.

2. Stres Oksidatif
Distres pada tubuh (misalnya: infeksi, sakit berat, atau kerusakan jaringan) akan
meningkatkan konsumsi oksigen sehingga ketersediaan oksigen dalam darah menurun.
Tubuh melakukan kompensasi dengan menurunkan metabolisme oksidatif di otak.
Akibatnya, terjadi disfungsi otak yang menimbulkan gejala delirium. Kondisi ini juga
memicu terbentuknya oksigen dan nitrogen reaktif yang memperparah kerusakan
jaringan otak. Kerusakan ini bersifat menetap dan menyebabkan komplikasi berupa
penurunan kognitif permanen.
3. Perubahan Neurotransmiter
Ketidakseimbangan neurotransmiter, terutama asetilkolin dan dopamin.
Asetilkolin
Kadar asetilkolin ditemukan menurun pada pasien delirium. Kadar ini
kembali normal setelah pasien tidak lagi delirium. Selain itu, obat-obatan
antikolinergik (penghambat asetilkolin) terbukti dapat menyebabkan delirium.
Dopamin
Dopamin dan asetilkolin memiliki hubungan resiprokal (berlawanan).
Terjadi peningkatan kadar dopamin pada delirium. Pemberian obat golongan
penghambat dopamin juga dapat mengurangi gejala delirium.

Neurotransmiter Lain
Serotonin meningkat pada ensefalopati hepatik dan delirium septik.
Agonis serotonin (obat golongan halusinogen) juga dapat menyebabkan delirium
Disregulasi Diurnal
Gangguan siklus sirkadian dapat memengaruhi kualitas dan fisiologi
tidur. Kekurangan tidur dapat memicu munculnya delirium, defisit memori,
dan psikosis.
Melatonin adalah hormon pengatur siklus sirkadian. Suatu studi
menunjukkan adanya hubungan antara kadar melatonin yang rendah dan
kejadian delirium. Studi lain mengatakan bahwa pemberian melatonin
eksogen pada pasien rawat inap mengurangi insiden delirium.
Terapi Derilium
•MRS
Farmakologi
•Antipsikotik inj Haloperidol 2x0,5 mg IV, ulang 3-4 jam
•Benzodeazepin inj Lorazepam 2x0,2 mg IV bolus pelan
•EPS inj Dipenhidramin 10 mg IM
•Antibiotic kloramfenikol
•Demam masih ada paracetamol 3x500 mg

Non farmakologi
•Ruangan cukup cahaya, tenang, harus ditunggu keluarga yg dikenal oleh px
•Reorientasi (kalender ,jam,identitas px)
Demensia
Definisi Demensia
Demensia adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan
kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat, menurunnya
kemampuan berpikir, memahami sesuatu, melakukan pertimbangan, dan
memahami bahasa, serta menurunnya kecerdasan mental. Sindrom ini
umumnya menyerang orang-orang lansia yang berusia di atas 65 tahun.
Etiologi Demensia
Neurodegenerative Non-neurodegenerative
• Alzheimer disease • Defisiensi vitamin
• Dementia with Lewy bodies • Hipotiroidisme
• Vascular dementia • Hidrosefalus tekanan normal
• Frontotemporal lobar degeneration • Penyalahgunaan alkohol kronis
• Parkinson disease • Disfungsi kognitif terkait kemoterapi
• Infeksi
• Massa intrakranial
• Cedera otak traumatis
• Psychiatric illness

Gale, S. A., Acar, D., & Daffner, K. R. (2018). Dementia. The American Journal of Medicine, Vol 131, No 10, October, 1161-1169.
Gejala Klinis Demensia
•Gangguan Memori
•Orientasi
•Afasia
•Apraksia
•Agnosia
•Gejala psikotik
•Perubahan kepribadian
Gale, S. A., Acar, D., & Daffner, K. R. (2018). Dementia. The American Journal of Medicine, Vol 131, No 10,
October, 1161-1169.
Patogenesis AD
Possible mechanisms Vascular Dementia
Vascular risk factors
Hypertension, hypercholesterolaemia,
diabetes mellitus, atherosclerosis,
hyperhomocystemia, ApoE 4 Vessel wall pathology

Hypoperfusion
Ischaemia

White matter lesions Alzheimer’s disease


Stroke
Host factors
Age
Education
Genetic factors
Cognitive impairment Premorbid brain size
Dementia
Terapi Demensia
•Penggunaan Ach esterase-selective inhibitor efektif pada kasus demensia Alzheimer
dan demensia vascular.
•Contoh obat adalah : galantamine
•Dosis yang biasa diberikan adalah 2 x 4 mg atau dosis max 2 x 12 mg per oral

•Pada kasus demensia vascular terapi yang utama ditujakan pada FR terjadinya
stroke thrombosis atau aterosklerosis sebagai dasar pencegahan, atau pengobatan.
Terapi yang dapat diberikan :
•Manitol : menurunkan edema otak
•Pentoksifilin : memperbaiki viskositas darah
•Aspirin : anti-trombotik

• Bahrudin. 2017. Neurologi Klinis. UMM Press : Malang.


GMP akibat Intoksikasi Zat
GMP akibat Intoksikasi Zat
Definisi
Merupakan gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat-zat kimia secara
berlebihan dan berlangsung lama.

Biasanya gejala dan perilaku terlihat pada pengguna dalam keadaan adiksi dan dalam
keadaan putus penggunaan.
GMP akibat intoksikasi zat bermula dari respon individu terhadap zat
yang digunakan, berikut tahapannya :
1. Coba-coba
2. Situasional atau bersenang-senang
3. Rekreasional atau instrumental
4. Habituasi
5. Tahap adiksi
Etiologi
Jenis zat yang dapat menyebabkan sifat adiksi dan GMP akibat intoksikasi zat
antara lain :
1. Alkohol
2. Opioid
3. Ganja
4. Kokain
5. Amfetamin
6. Benzodiazepin
7. Etc.
Substance Induced Mental
Disorder
(Intoksikasi Zat)
Terapi
1. Detox
2. Monitoring
3. Maintaining patient’s abstinent to addictive substance
4. Tapering over the medication
5. Family and group intervention
6. Safe housing
LO 2 – Skizofrenia
DEFINISI - Schizophrenia
Schizophrenia is a serious mental disorder that affects how a
person thinks, feels, and behaves. People with schizophrenia
may seem like they have lost touch with reality. They may hear
voices other people don’t hear. They may think other people are
trying to hurt them. Sometimes they don’t make any sense when
they talk

National Institute of Mental Health SCHIZOPHRENIA. NIH Publication No. TR 15-3517


Teori tentang ETIOLOGI Skizofrenia :
Teori Genetik
Teori Neurokimia : hipotesis dopamin
Hipotesis perkembangan saraf (Neurodevelopmental
hypothesis)

Sumber : Maramis W.F , Maramis A.A. 2012. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya. Airlangga University
Press (AUP).
PATOFISIOLOGI Skizofrenia
Patofisiologi dasar skizofrenia tetap tidak jelas
Studi farmakologis menunjukkan sistem neurotransmitter yang mungkin
terlibat
Studi pencitraan menunjukkan daerah otak yang mungkin terlibat

Sumber : Kaplan & Sadock’s. 2009. Comprehensive Textbook of Psychiatry. 9th edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Teori Neurotransmitter
Dopamin : diperkirakan bahwa aktivitas hyperdopaminergic
mungkin bertanggung jawab atas gejala positif pada
skizofrenia.
γ -Aminobutyric Acid (GABA)
Asetil Kolin

Sumber : Kaplan & Sadock’s. 2009. Comprehensive Textbook of Psychiatry. 9th edition. Lippincott Williams & Wilkins.
KLASIFIKASI SKIZOFRENIA
1. Skizofrenia Paranoid
2. Skizofrenia Hebefrenik
3. Skizofrenia Katatonik
4. Skizofrenia Undifrensiasi
5. Post-schizophrenic depression
6. Residual schizophrenia
7. Simple schizophrenia
NAME DEFINITION

1. Skizofrenia Paranoid Paranoid schizophrenia is dominated by relatively stable, often paranoid delusions,
usually accompanied by hallucinations, particularly of the auditory variety, and
perceptual disturbances. Disturbances of affect, volition and speech, and catatonic
symptoms, are either absent or relatively inconspicuous.

2. Skizofrenia Hebefrenik A form of schizophrenia in which affective changes are prominent, delusions and
hallucinations fleeting and fragmentary, behaviour irresponsible and unpredictable,
and mannerisms common. The mood is shallow and inappropriate, thought is
disorganized, and speech is incoherent. There is a tendency to social isolation.
Usually the prognosis is poor because of the rapid development of "negative"
symptoms, particularly flattening of affect and loss of volition. Hebephrenia should
normally be diagnosed only in adolescents or young adults
3. Skizofrenia Katatonik Catatonic schizophrenia is dominated by prominent psychomotor disturbances that
may alternate between extremes such as hyperkinesis and stupor, or automatic
obedience and negativism. Constrained attitudes and postures may be maintained for
long periods. Episodes of violent excitement may be a striking feature of the
condition. The catatonic phenomena may be combined with a dream-like (oneiroid)
state with vivid scenic hallucinations.
4. Skizofrenia Undifrensiasi Psychotic conditions meeting the general diagnostic criteria for schizophrenia but
not conforming to any of the subtypes, or exhibiting the features of more than one of
them without a clear predominance of a particular set of diagnostic characteristi

5. Post-schizophrenic depression A depressive episode, which may be prolonged, arising in the aftermath of a
schizophrenic illness. Some schizophrenic symptoms, either "positive" or
"negative", must still be present but they no longer dominate the clinical picture.
These depressive states are associated with an increased risk of suicide. If the patient
no longer has any schizophrenic symptoms, a depressive episode should be
diagnosed. If schizophrenic symptoms are still florid and prominent, the diagnosis
should remain that of the appropriate schizophrenic subtype
6. Residual schizophrenia A chronic stage in the development of a schizophrenic illness in which there has
been a clear progression from an early stage to a later stage characterized by long-
term, though not necessarily irreversible, "negative" symptoms, e.g. psychomotor
slowing; underactivity; blunting of affect; passivity and lack of initiative; poverty of
quantity or content of speech; poor nonverbal communication by facial expression,
eye contact, voice modulation and posture; poor self-care and social performance.

7. Simple schizophrenia A disorder in which there is an insidious but progressive development of oddities of
conduct, inability to meet the demands of society, and decline in total performance.
The characteristic negative features of residual schizophrenia (e.g. blunting of affect
and loss of volition) develop without being preceded by any overt psychotic
symptoms
SUMBER
National Institute of Mental Health SCHIZOPHRENIA. NIH Publication No. TR 15-3517
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th
Revision (ICD-10)-WHO Version for ;2016. Schizophrenia, schizotypal and delusional
disorders
(F20-F29)
Gejala Klinis Skizofrenia
Dibagi menjadi 2 kategori :

Gejala Positif  orang normal tidak ada, pasien ada (tampak


jelas sekali)
Gejala Negatif  lebih sulit untuk dikenali dari pada “gejala
positif” dan biasanya menjadi lebih jelas
setelah berkembang menjadi gejala positif.

Sadock B, Sadock V. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC.
Gejala positif  mengacu pada perilaku yang tidak tampak pada
individu yang sehat / normal meliputi:

Distorsi persepsi (Halusinasi)


Distorsi pikiran (Waham/delusi)
Kacau dalam berpikir dan berbicara
Perilaku kacau / terdisorganisasi (Perilaku aneh)

Sadock B, Sadock V. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC.
Gejala negatif
Respons emosional yang ganjil, seperti ekspresi wajah dan nada bicara yang
tidak berubah (monoton)  ekspresi wajah yang datar
Sulit untuk merasa senang atau puas.
Penarikan sosial: menjadi tertutup, dingin, egois, terasing dari orang lain, dll.
Kehilangan minat dan motivasi pada berbagai aktivitas terhadap hal-hal
disekitarnya
Pola tidur yang berubah.
Tidak nyaman berada dekat orang lain, dan tidak mau memulai percakapan.
Tidak peduli pada penampilan dan kebersihan diri
Berpikir dan bergerak secara lambat.
Sadock B, Sadock V. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC.
Terapi Skizofrenia
Medikamentosa
• Antipsikotik tipikal (1st gen)
 Tablet atau IM  Haloperidol 2-100mg/hari

• Antipsikotik atipikal (2nd gen) ES lebih sedikit, memperbaiki fungsi


kognitif lebih baik daripada 1st gen
Tablet atau IM  Clozapine 25-400mg/hari
Farmako UI, 2013
Non medikamentosa (psikososial)
a. Family education
b. Illness management skills
c. Cognitive behavioral therapy (CBT)
d. Rehabilitation
e. Self-help groups
f. Treatment for drug and alcohol misuse

Terapi elektrokonvulsif (ECT)

Schizophrenia Treatment & Management available at https://emedicine.medscape.com/article/288259-treatment#d29


Diagnosis banding Skizofrenia
1. Dellirium
2. Schizopreniform disorder
3. Delusional disorder
PROGNOSIS
Selama periode 5-10 tahun setelah rawat inap psikatrik :
• 10 – 20% pasien memiliki hasil akhir yang baik
• > 50% pasien memiliki hasil akhir yang buruk
(rawat inap berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood mayor dan
percobaan bunuh diri)

20 – 30% dari semua pasien skizofrenia mampu menjalani kehidupan


kurang lebih normal
40 – 60% pasien tetap mengalami hendaya yang signifikan
PROGNOSIS BAIK PROGNOSIS BURUK
Awitan lambat (gej >30th) Awitan muda
Ada faktor predisposisi yang jelas Tidak ada fakor predisposisi
Awitan akut Awitan insidius
Riwayat sosial, seksual dan Riwayat sosial, seksual dan
pekerjaan pramorbid baik pekerjaan pramorbid buruk
Gejala gangguan mood (terutama Perilaku autistik, menarik diri.
gangguan depresi) – mendadak dan
gej. Positif
Menikah Lajang, cerai
Riwayat keluarga dengan gangguan Riwayat keluarga dengan
mood (no skizophrenia) skizophrenia.
Sistem pendukung baik (keluarga- Sistem pendukung buruk
teman)
Sumber
Sadock B, Sadock V. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC.
Kaplan, 2009. Comprehensive textbook of psychiatry. 9 ed.
LO 3- Perbedaan Gangguan Neurotik dan
Gangguan psikotik
PERBEDAAN
GANGGUAN PSIKOTIK
& NEUROTIK
DEFINISI
GANGGUAN PSIKOTIK NEUROTIK

Mengacu pada kondisi mental apapun yang


merusak pikiran, persepsi, dan penilaian yang
Berupa ketidakseimbangan mental yang
tidak disebabkan oleh perubahan sistem saraf.
menyebabkan penderitaan. Secara umum,
Menunjukkan adanya halusinasi, delusi, atau
DEFINISI tidak mengganggu atau fungsi normal sehari-
sejumlah kecil kelainan perilaku yang parah,
hari, melainkan menciptakan gejala depresi,
seperti kegembiraan dan aktivitas berlebihan,
kecemasan, atau stres yang sangat umum.
keterbelakangan psikomotorik yang ditandai,
dan perilaku katatonik.

Rupali Chandola. 2016. Personality Difference between


Kelleher I, Cannon M. 2014. Whither the psychosis-
Psychotics & Neurotics: A Clinical Analysis. The
Sumber neurosis borderline. Schizophrenia Bulletin. Vol. 40 No. 2.
International Journal of Indian Psychology. Vol. 3, Issue 3,
pg 266–8.
No. 10
GEJALA KLINIS
GANGGUAN PSIKOTIK NEUROTIK
Delusi, halusinasi.
Psikologis dan somatic.
Mengganggu fungsi kerja,
Depresi, cemas, stress.
Gejala Klinis keluarga dan sosial.
Jarang / tidak membahayakan
Mengalami kesehatan fisik yang
dirinya / orang lain.
lebih buruk.
Tenório, Fernando. 2016. Psychosis and
Devillé, C. , C Moeglin, and O. Sentissi. 2014.
schizophrenia: effects of changes in
Dissociative Disorders: Between Neurosis and
Sumber psychiatric classifications on clinical and
Psychosis. Case Report in Psychiatry. Vol.
theoretical approaches to mental illness.
2014. pg 1-6.
Vol.23, No. 4.
GANGGUAN PSIKOTIK GEJALA KLINIS
Idiopathic Pimary Psychoses
Delusi, halusinasi (terutama auditori), berpikir
Skizofrenia & Gangguan skizoafektif
disorganisasi, tingkah laku disorganisasi / abnormal
Gangguan Bipolar dg Psikotik, Gangguan Depresi
Delusi, halusinasi.
Mayor dg Psikotik, & Psikotik Postpartum
Gangguan Delusi Delusi
Gangguan Skizofreniform
Delusi, halusinasi, berpikir disorganisasi, tingkah laku
&
disorganisasi / abnormal
Gangguan Psikotik Akut
Toxic Psychoses
Psychosis induced by recreational substances Delusi, halusinasi.
Psychosis induced by toxins Delusi, halusinasi.
Iatrogenic Psychosis Delusi, halusinasi.
Psychoses due to medical conditions
Neurologic, endocrine, metabolic, and other
Delusi, halusinasi.
conditions
Jeffrey A. Lieberman, M.D., and Michael B. First, 2018. Psychotic Disorders. The New England Journal of Medicine. Vol. 379
No. 3. pg 270-80
Patofisiologi Neurotik
Patofisiologi neurotik kemungkinan merupakan kombinasi dari kecenderungan
genetik yang dikombinasikan dengan faktor lingkungan anak usia dini dan
disfungsi neurobiologis.
Kelainan dapat dilihat di lobus frontal, temporal, dan parietal. Kelainan ini
dapat disebabkan oleh cedera perinatal, ensefalitis , trauma, atau genetika.
Gangguan kepribadian juga terlihat dengan berkurangnya monoamine oksidase
(MAO) dan kadar serotonin.
Disregulasi serotonin mengurangi sensitivitas reseptor 5HT-1A dapat
berkontribusi pada gangguan kepribadian. Meningkatnya tingkat gangguan
belajar, gangguan perhatian-defisit / hiperaktif, dan defisit neurokognitif.
Herpertz, S. C., & Bertsch, K. (2015). A New Perspective on the Pathophysiology of Borderline
Personality Disorder: A Model of the Role of Oxytocin. American Journal of Psychiatry
Patofisiologi Psikotik
Lieberman, J. A., & First, M. B. (2018). Psychotic Disorders. New England Journal of Medicine,
379(3), 270–280.
Perbedaan Orientasi
Faktor Psikosis Neurotik
Orientasi Penderita sering Penderita jarang
mengalami disorientasi mengalami orientasi
waktu, tempat, dan
orang
Perbedaan psikosis dan
neurosis (terapi dan
personality)
Terapi
PSIKOSIS NEUROSIS

Penderita memerlukan perawatan dirumah Tidak begitu memerlukan


sakit. Kesembuhan seperti keadaan semula perawatan dirumah sakit.
dan permanen sulit dicapai Kesembuhan seperti semula
dan permanen sangat mungkin
untuk dicapai
Somatoterapi : Neuroleptika Anxiolitikum, Antidepresant,
Neuroleptika, anti-panic anti-
insomnia

Psikoterapi : Psikoterapi suportif dan psikoterapi wawasan

Kondisi Lingkungan fisik, lingkungan sosial


lingkungan :
Personality
PSIKOSIS NEUROSIS

• Insight buruk • Insight baik


• Kehilangan sense of • Masih sadar dengan
reality reality
• Kehilangan relasi dan • Masih dapat
limity mengontrol diri
Sumber
Sadock BJ, Kaplan HI. Kaplan – Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara
Peta Konsep Gangguan Amnesia

Gangguan Dementia
Mental Organik Menurut DSM-IV-TR diubah menjadi Gangguan Kognitif
(GMO) Delirium

Definisi: Epidemiologi: Etiologi: Patofisiologi: Gejala Klinis: Terapi:


merupakan • 10-15% pasien • Penyakit pada Ketidakseimbanga • Cemas 1. Anti Psikosis
gejala yang rawat bedah SSP n • Iritabel 
ditandai • 15-25% pasien • Penyakit neurotransmitter • Tidur haloperidol
gangguan rawat inap Sistemik terutama terganggu 2. Insomnia 
kesadaran • 30% pasien • Intoksikasi acetylcholine • Halusinasi lorazepam
dan kognisi bedah ICU obat-obatan pada daerah visual dan
• 40-50% pasien formatio auditorik
ICCU reticularis. • Onset cepat
• Akatisia, Distonia akut, Parkinson  turunkan dosis, berikan obat antikolinergik, ganti
obat antipsikotik ke golongan APG-II Efek samping neurologis: Akatisia,
• Sindroma Neuroleptik Maligna: gawat darurat, antipsikotik dihentikan, terapi
Distonia akut, Parkinson, Sindroma
simptomatik, observasi vital sign, berikan dantrolene (relaksasi otot) dan
bromocriptine (gejala ekstrapiramidal)
Neuroleptik Maligna, Tardif diskinesia
POMR
DOA SELESAI BELAJAR
ٍ ‫ع ْوذُ ِّب َك ِّم ْن ِّع ْل ٍم الَ يَ ْنفَ ْع َو ِّم ْن قَ ْل‬
َ ‫ب الَ يَ ْخ‬
‫ش ْع َو ِّم ْن‬ ُ َ ‫اَللَّ ُه َّم ِّإنِّ ْي أ‬
ُ ‫نَ ْف ٍس الَت َ ْشبَ ْع َو ِّم ْن دَ ْع َوةٍ الَ ُيْست َ َج‬
ُ‫اب لَه‬
Allahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa aw ,’ayshkay aal nibloq nim aw ,’
’ad nimaw ,’abysat aal nisfannimwatin laa yustajaabulaha

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak
khusu’od nad ,saup hanrep kadti gnay usfan ,’a yang tidak dikabulkan”
DOA SELESAI BELAJAR
ً‫اطال‬ ِّ َ‫عه ُ َوأ َ ِّرنَا ْالب‬
ِّ َ‫اط َل ب‬ َ ‫ا‬ َ ‫ب‬ ‫ـ‬ ‫ات‬
ِّ ‫َا‬ ‫ن‬ ْ
‫ق‬ ُ
‫ز‬ ‫ار‬
ْ ‫و‬ ‫ا‬ًّ
َ َ َ ‫ق‬‫ح‬ َّ
‫ق‬ ‫ح‬ ْ
‫ال‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ر‬ َ ‫أ‬ ‫م‬‫ه‬َّ
ِّ َّ ُ ‫اَلل‬
ُ‫اجتِّنَابَه‬ ْ ‫ار ُز ْقنَا‬ ْ ‫َو‬
Allahumma arinal_haqqo _haqqon warzuqnat tibaa’ahu wa arinal baathila baa-thilan
warzuqnaj tinaabahu
“Ya Allah Tunjukkanlah kepada kami kebenaran sehinggga kami dapat mengikutinya
Dan tunjukkanlah kepada kami kejelekan sehingga kami dapat menjauhinya”
PEMBAHASAN
Pembahasan
Pasien mengalami typhoid, yang toksinnya menyebabkan terjadi reaksi inflamasi dan
menginduksi terjadinya ketidakseimbangan neurotransmitter.
Ketidakseimbangan neurotransmitter menyebabkan Delirium yaitu gejala yang
ditandai gangguan kesadaran dan kognisi
Delirium pada kasus ini kemungkinan diberikan obat antipsikotik golongan I (APG-I)
yang dapat menyebabkan efek samping reaksi distonia akut
Reaksi distonia akut diatasi dengan turunkan dosis APG-I, berikan obat antikolinergik
(triheksifenidil, benztropine, diphenhydramine), ganti obat antipsikotik ke golongan
APG-II (Quetiapine)
Perbedaan Antara Delirium dan
Dementia
Awitannya, delirium awitannya tiba-tiba, sedangkan demensia berjalan perlahan.

Gambaran Klinis Delirium Dementia


Gangguan daya ingat +++ +++
Gangguan proses pikir ++ +++
Gangguan daya nilai +++ +++
Kesadaran berkabut +++ -
Gangguan siklus tidur- ++ +
bangun
Insight/tilikan ++ +
Awitan akut/subakut ++ -
Tanya jawab
Pertanyaan :
(Selvira) bertanya : untuk skizofren apakah perlu dispesifikkan untuk skizofren jenis
apa?
(Salsabila) menambahkan : untuk keluarga pada edukasi untuk keluarga dan initial
diagnosis untuk EPS a.c anti psychotic drug
(Aulia) menambahkan : terapi nonfarmakologis rehidrasi dan nutrisi pasien
(lailatun Nisfi) menjawab : peratnyaan selvira menjadi skizofren paranoid
(Puteri) bertanya : apakah terapi non farmakologis berupa nutrisi perlu diatmbahkan
di edukasi pada keluarga?
(aulia) menjawab : boleh diberikan edukasi kepada keluarganya
(Fauziyah) pertanyaan : delirium adalah emergensi  lebih baik tidak ditidurkan, pada kasus
ini apakah boleh ditidurkan?
(Indah) pertanyaan : haloperidol apakah dapat memberikan dampak EPS dalam sehari
(seperti dalam kasus)?
(Deandra) pertanyaan : dengan adanya gejala EPS apakah masih perlu Haldol di POMR?
(Salma) jawab : boleh diberikan karena ada penyeimbang dari EPS yaitu lorazepam
(azizah) mengomentari POMR : clue and cue dan planning diagnosis
(Aulia) jawab : tes widal  perlu untuk memastikan secara laboratorium
(nafia ) mengusulkan : initial diagnosis diganti menjadi acute psychotic disorder saja
(Salsabila ) menjawab indah dan dea : karena respon setiap individu berbeda beda dengan
obat yang sama, maka bias saja respon terjadi dalam sehari.
Bisa diturunkan dosis Haldol atau pemberian obat anti cholinergic
Haldol diagnti ke obat psikotik 2nd generation
(Fauziyah) bertanya : difenhidramin dapat mengurangi efikasi Haldol. Apa perlu diberikan?
(deandra) ?? : bedanya skizofren simplex dan residual ?
(lalilatun) jawab :
simplex  bertahun-tahun dan jadi gelandangan. Tidak ada halusinasi
Residual  kambuh skizofren
(Salma) jawab : tidak perlu diberikan difenhidramin
(Aulia) ?? : sebenarnya difenhidramin kerja dimana bila diberikan sbg anti psikotik?
Jawab : difenhidramine tidak perlu diberikan
(nafia) jawab : difenhidramine perlu diberikan untuk membantu lorazepam mengurangi EPS
(Indah) jawab : jangan ditidurkan, obati underlying cause
(azizah) ?? : apakah psikotik dan neurotic bias berlangsung secara bersamaan?
(salsabila) jawab :
neurotic  tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi psikotik
Jadi bukan bersamaan tapi progress
?? : delirium dan dementia lalu diagnosisnya bagaimana cara membedakan?
(nafia) jawab :
Indah : sebenarnya boleh diberikan obat sedasi berdasar kasus karena underlying causenya sudah diketahui
Salsabila :
(salma) jawab : pertanyaan ena

Anda mungkin juga menyukai