Anda di halaman 1dari 32

PENDAHULUAN

 Penyebab defisiensi imun ini adalah suatu virus yang


kemudian dikenal dengan nama human
immunodeficiency vitus tipe-1 (HIV-1),
 Dapat tanpa gejala hingga gejala yang sangat berat
dan progresif, dan umumnya berakhir dengan
kematian.
 Masalah ini pertama kali dilaporkan di Amerika pada
tahun 1982 sebagai suatu sindrom defisiensi imun
tanpa diketahui penyebabnya.
DEFINISI
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah

sejenis virus yang menyerang sistem

kekebalan tubuh manusia dan dapat

menimbulkan AIDS (Acquired

Immunodeficiency Syndrome).
EPIDEMIOLOGI
 CDC Amerika, 13% kasus AIDS pada anak adalah
penerima transfusi darah atau komponennya,
5% terinfeksi dalam pengobatan hemophilia atau
gangguan pembekuan darah yang lain.
CARA PENULARAN
 Penularan umumnya sering akibat infeksi
perinatal (sekitar 50-80%) baik intrauterine,
melalui plasenta, selama persalinan melalui
pemaparan dengan darah atau secret jalan lahir,
maupun yang terjadi setelah lahir (pasca natal)
yaitu melalui air susu ibu (ASI).
 Pada anak atau remaja penularan terjadi sama
seperti pada orang dewasa, seperti perilaku
seksual yang menyimpang (terlampau aktif,
homoseksual atau biseksual), penyalahgunaan
obat dengan suntikan dan lain-lainnya.
ETIOLOGI
 Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu
virus RNA dari famili Retrovirus dan
subfamili Lentiviridae.

 Terdapat 2 serotype
PATOFISIOLOGI

HIV

Gejala Mukosa

sel
Viremia
dendritik

sampai
replikasi
jaringan
HIV
lymphatic
TRANSMISI

 Kontak seksual
 Tranfusi

 Jarum yang terkontaminasi

 Transmisi vertikal (perinatal)


FAKTOR RISIKO PENULARAN

 Faktor ibu
 Faktor bayi

 Faktor cara penularan


TRANSMISI HIV DAN MENYUSUI
 Transmisi HIV bisa terjadi selama kehamilan,
melahirkan, atau melalui menyusui.

 Cara terbaik untuk mencegah penularan infeksi HIV


secara umum, terutama pada ibu hamil dan mencegah
kehamilan tidak terencana pada ibu dengan HIV positif.

 Resiko tambahan terhadap penularan HIV melalui


pemberian ASI antara 5 – 20 %. HIV dapat ditularkan
melalui ASI selama proses laktasi, sehingga tingkat
infeksi pada bayi yang menyusu meningkat seiring
dengan lamanya menyusui
MANIFESTASI KLINIS
 Bervariasi antara bayi, anak-anak dan remaja.
 Pada kebanyakan bayi pemeriksaan fisik biasanya
normal.
 Gejala inisial dapat sangat sedikit, seperti
limfadenopati, hepatosplenomegali, atau yang
tidak spesifik seperti kegagalan untuk tumbuh
diare rekuren atau kronis, pneumonia interstitial.
 Di Amerika dan Eropa sering terjadi gangguan
paru-paru dan sistemik, sedangkan di Afrika lebih
sering terjadi diare dan malnutrisi
DIAGNOSIS

 Anamnesis
 Lahir dari ibu resiko tinggi atau terinfeksi HIV
 Lahir dari ibu pasangan resiko tinggi atau terinfeksi HIV
 Penerima transfusi darah atau komponennya dan tanpa
uji tapis HIV
 Penggunaan obat parenteral atau intravena secara keliru
(biasanya pecandu narkotika)
 Kebiasaan seksual yang keliru, homoseksual atau
biseksual.
DIAGNOSIS LABORATORIUM INFEKSI HIV
TES KETERANGAN
HIV DNA PCR Uji disukai untuk mendiagnosis infeksi HIV 1
subtipe B pada bayi dan anak-anak muda dari 18
bulan usia, sangat sensitif dan spesifik dengan 2
minggu usia dan TERSEDIA, dilakukan pada sel
mononuklear darah perifer. Negatif palsu dapat
terjadi pada non-B subtipe HIV-1 infeksi

HIV culture Mahal, tidak mudah tersedia, membutuhkan


hingga 4 minggu untuk melakukan tes, tidak
dianjurkan
HIV RNA PCR Kurang sensitif dibandingkan PCR DNA untuk
pengujian rutin bayi, karena hasil negatif tidak
dapat digunakan untuk mengecualikan infeksi HIV
definitif. Beberapa tes disukai untuk
mengidentifikasi infeksi HIV-1 non-B subtipe.
PENATALAKSANAAN HIV PADA ANAK
 Gambaran klinis infeksi HIV pada anak sangat
bervariasi. Beberapa anak dengan HIV (+)
menunjukkan keluhan dan gejala terkait HIV
yang berat pada tahun pertama kehidupannya.

 Anak dengan HIV (+) lainnya mungkin tetap


tanpa gejala atau dengan gejala ringan selama
lebih dari setahun dan bertahan hidup sampai
beberapa tahun.
 Infeksi HIV pada anak, menurut WHO, dibagi menjadi beberapa
stadium, yaitu :
1. Stadium 1.
2. Stadium 2.
3. Stadium 3.
4. Stadium 4.

 Penatalaksanaan HIV disertai dengan pemberian obat Antiretroviral


(ARV), yang kini tersedia makin meluas dan mengubah dengan cepat
perawatan HIV/AIDS.

 Obat ARV tidak menyembuhkan HIV, tetapi dapat menurunkan


kesakitan dan kematian secara dramatis, serta memperbaiki kualitas
hidup pada orang dewasa maupun anak.
 Kapan mulai pemberian ARV

Sekitar 20 % dari bayi yang terinfeksi HIV di Negara berkembang akan


menjadi AIDS atau meninggal sebelum umur 12 bulan (dengan kontribusi
nyata dari infeksi PCP pada bayi < 6 bulan yang tidak mendapat
Pengobatan dengan kotrimoksasol).

Pengobatan secara dini (walaupun dalam periode terbatas) pada masa


infeksi primer pada bayi mungkin bisa memperbaiki perjalanan penyakit.
Di Negara berkembang, keuntungan pengobatan dini ARV pada anak,
diimbangi dengan masalah yang akan timbul seperti ketaatan berobat,
resistensi dan kesulitan diagnosis. Keuntungan klinik yang nyata
dibuktikan dengan uji klinis dibutuhkan sebelum merekomendasikan
pengobatan dini ARV
TINDAK LANJUT JANGKA PANJANG

 Petugas medis harus melakukan kontrol anak


minimal setiap 3 bulan
 Petugas non medis (yang ideal adalah pemberi
obat ARV, seperti ahli farmasi, yang akan menilai
kepatuhan pengobatan dan member konseling
agar patuh) harus melihat anak setiap bulan.
 Anak harus lebih sering diperiksa, lebih baik oleh
seorang petugas klinis, jika secara klinis tidak
stabil.
EFEK SAMPING SPESIFIK OBAT ARV
Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI)
Obat Efek samping Komentar
Lamivudine 3TC Sakit kepala, nyeri perut, Mudah ditoleransi
pancreatitis
Stavudine D4T Sakit kepala, nyeri perut, Suspense dalam jumlah
neuropati besar, kapsul dapat dibuka.

Zidovudine ZDV (AZT) Sakit kepala, anemia Jgn gunakan dgn d4T (efek
ART antagonis)

Abacavir ABC Reaksi hipersensitivitas Tablet dapat digerus


demam, mukositis, ruam :
hentikan pengobatan

Didanosine Ddl Pancreatitis, neuropati Beri antacid pada lambung


perifer, diare dan nyeri perut yang kosong
EFEK SAMPING SPESIFIK OBAT ARV
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI)
Efavirens EFV Mimpi aneh, Minum pada
mengantuk, ruam malam hari,
hindari obat
dengan makanan
berlemak.
Nevirapine NVP Ruam, keracunan Pemberian
hati bersamaan dengan
rifampisin,
tingkatkan dosis
NVP hingga 30%,
atau hindari.
EFEK SAMPING SPESIFIK OBAT ARV

Protease Inhibitors (PI)


Lopinavir/ritonav LPV/r Diare, mual Minum bersama
ir NFV Diare, muntah, makanan, rasa

Nelfinavir ruam pahit


SQV
Sequinavir Minum bersama
Diare, rasa tidak
makanan
enak di perut
Minum dalam
waktu 2 jam
setelah makan
TABEL DEFINISI KLINIS DAN CD4 UNTUK
KEGAGALAN ART PADA ANAK

Kriteria Klinis Kriteria CD4

 Tidak adanya atau penurunan  Kembalinya CD4% jika < 6 tahun


pertumbuhan pada anak dengan (% atau hitung CD4 jika umur ≥ 6
respon pertumbuhan awal terhadap tahun) pada atau dibawah data
ARV dasar sebelum terapi, tanpa ada

 Hilangnya neurodevelopmental penyebab yang lain.

milestones atau mulainya gejala  CD4% turun ≥ 50% dari puncak


ensefalopati jika < 6 tahun (% atau nilai

 Keadaan pada stadium klinis 4 absolute jika umur ≥ 6 tahun),

yang baru atau kambuh tanpa ada penyebab yang lain.


OBAT PERLU DIGANTI DENGAN YANG
LAIN BILA TERDAPAT :
 Keadaan toksik seperti, sindrom Stevens
Johnson, keracunan hati berat, perdarahan
yang berat.
 Interaksi obat (pengobatan tuberculosis
dengan rifampicin mengganggu NVP atau PI)
 Kemungkinan ketidak-patuhan pasien jika dia
tidak dapat mentoleransi rejimen obat
KAPAN MENGUBAH KE LINI KEDUA?

 Jika tidak tersedia CD4 rutin atau pemeriksaan virology,


keputusan tentang kegagalan pengobatan harus dibuat
berdasarkan kemajuan klinis dan penurunan CD4
sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel diatas.
 Pada umumnya, pasien harus menerima ART selama 6
bulan atau lebih dan masalah kepatuhan harus diatasi
sebelum menentukan kegagalan pengobatan dan
mengubah rejimen ARV.
 Keadaan memburuk karena immune reconstitution
syndrome (IRIS), bukan merupakan alasan untuk
mengubah pengobatan.
PENANGANAN LAINNYA UNTUK ANAK
DENGAN HIV-POSITIF

 Imunisasi
 Pencegahan dengan Kotrimoksazol

 Nutrisi
TATALAKSANA KONDISI TERKAIT HIV
1. Tuberkulosis
 Obati tuberculosis pada anak infeksi HIV dengan
obat Anti TBC yang sama seperti pada anak tanpa
infeksi HIV, tetapi gantikan Tioasetazon dengan
antibiotic lain. Tioasetazon dihubungkan dengan
resiko tinggi terjadinya reaksi kulit yang berat dan
kadang-kadang fatal pada anak dengan infeksi
HIV ini.
 Reaksi ini dapat dimulai dengan gatal, tetapi
berlanjut menjadi reaksi yang berat.
2. PNEUMOCYSTIS JIROVECI (CARINII) PNEUMONIA
(PCP)

 Segera beri Kotrimoksazol (Trimetoprim (TMP)


secara oral atau lebih baik secara IV dosis
tinggi, 8 mg/KgBB/dosis. Sulfametoksazol
(SMZ) 40 mg/KgBB/dosis, 3 kali sehari selama
3 minggu).
 Jika terjadi reaksi obat yang parah pada anak,
ganti dengan Pentamidin (4 mg/KgBB, dosis
tunggal) melalui infuse selama 3 minggu.
3. LYMPHOID INTERSTITIAL PNEUMONITIS (LIP)

 Beri percobaan pengobatan antibiotic untuk pneumonia


bacterial sebelum mulai dengan pengobatan
Prednisolon. Mulai pengobatan dengan steroid, hanya
jika ada temuan foto toraks yang menunjukkan LIP
ditambah salah satu gejala berikut : napas cepat atau
sukar bernapas, sianosis, pulse oxymetri menunjukkan
saturasi oksigen < 90%
 Beri Prednison oral, 1-2 mg/KgBB/hari selama 2
minggu. Kemudian tappering off selama 2-4 minggu
bergantung respons terhadap pengobatan.
4. INFEKSI JAMUR

 Obati bercak putih di mulut (thrush) dengan


larutan nistatin (100.000 unit/ml).
 Tersangka Kandidiasis esophagus jika
ditemukan kesulitan atau nyeri saat muntah
atau menelan, tidak mau makan, saliva
berlebihan atau menangis saat makan. Jika
tidak ditemukan thrush, beri pengobatan
percobaan dengan Flukonazol (3-6 mg/KgBB
sekali sehari).
5. MENINGITIS KRIPTOKOKUS

 Diagnosis pasti melalui pewarnaan tinta india


pada cairan serebro spinal (CSS)
 Obati dengan Amfoterisin B 0,5-1,5
mg/KgBB/hari selama 14 hari, kemudian
dengan Flukonazol selama 8 minggu.
7. TATALAKSANA ANOREKSIA, MUAL, DAN
MUNTAH.

 Jika terjadi mual dan muntah yang sangat, beri


Metaklopramid secara oral (1-2 mg/KgBB) setiap
2-4 jam, sesuai kebutuhan.
 Perawatan mulut: Setiap usai makan, mulut
dibersihkan. Jika timbul luka pada mulut,
bersihkan mulut minimal 4 kali sehari dnegan
menggunakan kain bersih yang digulung seperti
sumbu dan dibasahi dengan air bersih atau
larutan garam. Bubuhi Gentian Violet 0,25% atau
0,5% pada setiap luka.
PROGNOSIS

 Infeksi HIV pada umumnya berjalan progresif


akibat belum ditemukannya cara yang efektif
untuk menangulanginya, maka pada umumnya
penyakit berjalan progresif hingga prognosisnya
umumnya buruk
PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE
BAYI
 Program untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari
ibu ke bayi, dilaksanakan secara komprehensif dengan
menggunakan empat prong, yaitu:
 Prong 1 : Mencegah terjadinya penularan HIV pada
perempuan usia reproduktif;
 Prong 2 : Mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan pada ibu HIV positif;
 Prong 3 : Mencegah terjadinya penularan HIV dari
ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya;
 Prong 4 : Memberikan dukungan psikologis, sosial
dan perawatan kepada ibu HIV positif beserta bayi dan
keluarganya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai