Anda di halaman 1dari 159

(Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

Tujuan Pembelajaran
A.Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
melaksanakan pemicuan 5 Pilar STBM di komunitas.
B.Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Melakukan pra pemicuan,
2. Melakukan pemicuan,
3. Melakukan fasilitasi paska pemicuan,
4. Melakukan simulasi pemicuan STBM di komunitas,
5. Mampu mempraktikkan pemicuan di lapangan.
Pokok Bahasan
1) Pra Pemicuan,
2) Pemicuan,
3) Paska Pemicuan,
4) Simulasi Pemicuan STBM di Komunitas,
5) Praktek Pemicuan di Lapangan.
METODE
Ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, simulasi, bermain
peran, putar film, pemilihan kelompok secara partisipatif,
penugasan, praktik kerja lapang.

WAKTU
16 JP (T=4 JP, P=2 JP, PL=10 JP)
Pemicuan STBM

• Pemicuan STBM adalah kegiatan untuk memfasilitasi


masyarakat dalam melakukan analisis terkait perilaku
higienitas dan sanitasi.
• Tujuannya adalah agar masyarakat mau mengubah
perilaku higienitas dan sanitasinya menjadi lebih baik.
• Tiga kegiatan utama pemicuan STBM:
– Pra pemicuan
– Pemicuan
– Pasca Pemicuan
Kegiatan Pra Pemicuan
Informasi Kepemilikan
Informasi Kondisi
Pendidikan Sarana
Demografi & Pekerjaan Geografis Sanitasi
Observasi Kebiasaan
PHBS Masyarakat Sarana &
Aliran Sungai, Tradisi/ Program
Prasarana
Kolam, Rawa Budaya Masyarakat Sanitasi

Persiapan pemicuan & Koordinasi dengan pemerintah setempat


penciptaan suasana yang Pemilihan prioritas lokasi pemicuan
kondusif sebelum
pemicuan Menghubungi tokoh –tokoh setempat

Penyusunan jadwal pemicuan

Teknis
Persiapan teknis & Pemberangkatan Persiapan alat-
Tim Pemicu, alat pemicuan
logistik dll.
Komponen yang perlu Diketahui oleh
Pemerintah Setempat
• Tanggal kunjungan lapangan dan jumlah peserta.
• Kegiatan di lapangan yang meliputi pemberdayaan
masyarakat melalui perubahan perilaku secara
kolektif, keluaran yang diharapkan setelah praktek,
produk yang akan diserahkan kepada pemerintah
daerah untuk ditindak lanjuti.
• Peran dan tanggung jawab pemerintah daerah pada
waktu kegiatan dan tindak lanjutnya.
• Logistik yang disediakan.
Diskusi Pleno
Mari berbagi pengalaman…
1) Kapan terakhir kali Anda melakukan pemicuan?
2) Apa saja alat ( tools ) partisipatif yang Anda gunakan
saat melakukan pemicuan?
3) Bagaimana cara Anda menggunakan tools tersebut?
4) Apa saja hal-hal baru (inovasi) yang pernah
dilakukan saat pemicuan?
ALAT-ALAT UTAMA PARTISIPASI UNTUK
PEMICUAN

a. Pemetaan (Mapping),
b. Penelusuran Desa (Transect
Walk),
c. Alur Kontaminasi (Oral Fecal),
d. Simulasi Air yang telah
Terkontaminasi
e. Diskusi Kelompok Terfokus
(FGD/Focus Group Discussion)
Diskusi Kelompok
• Bagi peserta menjadi 5 kelompok (sesuai pilar STBM)
• Diskusikan di masing-masing kelompok 2 topik berikut:
1. Apa yang potensial untuk dijadikan elemen/faktor pemicu
perubahan perilaku higiene dan sanitasi (misalnya budaya atau
adat atau kepercayaan masyarakat atau tatanan yang dianut oleh
masyarakat, aturan agama yang wajib ditaati).  metaplan hijau
2. Apa saja faktor yang mungkin menghambat orang untuk
mengubah perilaku higiene dan sanitasi (5 pilar STBM)  metaplan
merah
• Satu lembar metaplan untuk satu pernyataan.
• Kelompokkan pada dua flipchart yang berbeda.
• Sajikan hasil diskusi kelompok & buat rangkuman hasil diskusi.
Diskusi Pleno
• Klarifikasi & lakukan pendalaman hasil diskusi
kelompok (agar tidak ada faktor-faktor yang
relevan namun tidak terungkap)
• Lakukan diskusi untuk merumuskan alat-alat
partisipatif yang tepat untuk digunakan dalam
pemicuan setiap faktor/elemen (mencakup 5 pilar
STBM).
ELEMEN PEMICU DAN
FAKTOR PENGHAMBAT
PEMICUAN
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PRILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

 TRANSECT WALK

 DIAGRAM ALUR:
SIMULASI AIR YANG
MENGANDUNG

RASA JIJIK TINJA/POLUTAN


SAMPAH/LIMBAH CAIR,
UNTUK DIGUNAKAN CUCI
MUKA, KUMUR-KUMUR,
SIKAT GIGI, CUCI PIRING,
CUCI PAKAIAN, CUCI
MAKANAN/BERAS, WUDLU
DLL.
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

 TRANSECT WALK (MENG-


EXPLORE PELAKU
BABS/BUANG
SAMPAH/LIMBAH CAIR)
RASA MALU
 PETA KONDISI SANITASI
LINGKUNGAN

 FGD (FOCUS GROUP


DISCUSSION) TERUTAMA
UNTUK PEREMPUAN
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

FGD:
 PERHITUNGAN JUMLAH TINJA,
SAMPAH DAN LIMBAH CAIR

PEMETAAN :
TAKUT SAKIT  PEMETAAN RUMAH WARGA
YANG TERKENA DIARE/
MALARIA/DEMAM
BERDARAH/PENYAKIT AKIBAT
KONDISI SANITASI YANG
BURUK (DENGAN DIDUKUNG
DATA PUSKESMAS).

DIAGRAM ALUR:
 ALUR KONTAMINASI
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

MENGUTIP KITAB SUCI


ATAU PENDAPAT AHLI
AGAMA YANG RELEVAN
ASPEK AGAMA DENGAN PERILAKU
MANUSIA YANG
DILARANG KARENA
MERUGIKAN DIRI
SENDIRI/ORANG LAIN.
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

FGD:
PRIVACY/  TERUTAMA
HARGA DIRI KAUM
PEREMPUAN
FAKTOR FAKTOR YANG BISA DIPICU UNTUK
MENDORONG PERUBAHAN PERILAKU

ALAT/TEKNIK YANG
FAKTOR YANG DIPICU DIGUNAKAN

MEMBANDINGKAN
KONDISI DI DESA
YANG BERSANGKUTAN
DENGAN MASYARAKAT
KEMISKINAN “TERMISKIN” SEPERTI
DI BANGLADESH,
INDIA ATAU DAERAH
MISKIN LAIN DI
INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT
PEMICUAN

Faktor Penghambat Solusi

Jelaskan dari awal


Kebiasaan dengan bahwa kita tidak punya
subsidi / bantuan apa-apa, kita tidak
membawa bantuan
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT
PEMICUAN

Faktor Penghambat Solusi


Faktor gengsi; malu untuk Gali model-model sarana
membangun sarana higienitas dan sanitasi
higienitas dan sanitasi menurut kemampuan
(sarana CTPS, jamban, masyarakat dan jangan
tempat sampah, dll.) yang memberikan 1 pilihan
sangat sederhana (ingin model/teknologi
sarana yang permanen)
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT
PEMICUAN

Faktor Penghambat Solusi


Munculkan natural
leader, jangan
Tidak ada tokoh mengajari dan biarkan
panutan masyarakat
mengerjakannya
sendiri
Langkah-Langkah
Pemicuan
1. Pekenalan, penyampaian maksud dan
tujuan,
2. Bina Suasana,
3. Identifikasi bahasa lokal (Penyebutan
BABS, Tinja, Sampah dan Limbah)
4. Analisis profil sanitasi secara partisipatif
dan komprehensif, menggunakan tehnik
PRA,
5. Momen/Puncak pemicuan,
6. Rencana Aksi oleh masyarakat,
7. Tindak lanjut.
Cara Memfasilitasi Proses Analisis Kondisi
Sanitasi secara Partisipatif
1. Perkenalkan diri anda beserta tim dan bangun
hubungan dengan masyarakat.

2. PENGANTAR PERTEMUAN
 Jelaskan tujuan keberadaan fasilitator
(Catatan: tujuannya adalah untuk belajar
tentang kebiasaan masyarakat yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan)
 Jelaskan bahwa fasilitator akan banyak
bertanya dan minta kesediaan masyarakat
yang hadir untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan dengan jujur.
 Jelaskan bahwa kedatangan fasilitator ke
sini bukan untuk memberikan bantuan dalam
bentuk apapun (uang, semen, bahan
material, dll), melainkan “untuk belajar”.
 Minta kesediaan masyarakat yang hadir
untuk mengikuti pertemuan sampai selesai.
Cara Memfasilitasi Proses Analisis Kondisi
Sanitasi secara Partisipatif
3. PENCAIRAN SUASANA
 Lakukan pencairan suasana untuk menciptakan
suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat
sehingga masyarakat akan terbuka untuk
menceritakan apa yang terjadi di kampung tersebut.
 Pencairan suasana bisa dilakukan dengan
permainan yang menghibur, mudah dilakukan oleh
masyarakat, melibatkan banyak orang dan ada
hubungannya dengan topik yang akan dianalisis.
 Sebagai upaya untuk menarik perhatian anggota
masyarakat yang masih di rumah untuk segera
hadir dalam pertemuan.
4. Fasilitator bisa memulai dengan pertanyaan : “Siapa yang
melihat atau mencium bau kotoran manusia atau sampah
atau air limbah pada hari ini?” “Di mana saja biasanya
masyarakat BAB, buang sampah dan membuang limbah
cair rumah tangga?”.
5. Sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan
kotoran manusia dengan bahasa setempat (misal “Berak”
untuk BAB dan “Tai“ untuk kotoran manusia). Sepakati
juga istilah untuk limbah cair dan sampah. Gunakan kata-
kata ini selama proses analisis.
Proses Pengantar dan Pencairan Suasana
Cara Memfasilitasi Proses Analisis Kondisi
Sanitasi secara Partisipatif
6. Beberapa metode/teknik PRA dapat digunakan untuk
memfasilitasi proses analisis. Urutan metode yang
digunakan tidaklah penting.

7. Ingat bahwa tugas fasilitator adalah membantu anggota


masyarakat untuk:
 menganalisis kondisi sanitasi;
 menyadari perilaku sanitasi mereka dan dampaknya
terhadap seluruh anggota masyarakat;
 membuat keputusan apakah mereka membutuhkan
perubahan atau tidak.

8. Tugas fasilitator bukan untuk mengajari atau memberikan


informasi atau menawarkan berbagai bentuk subsidi atau
mempromosikan sarana sanitasi, apalagi memaksa membuat
sarana sanitasi.
Bertujuan untuk
mengetahui/melihat peta
wilayah/lokasi-lokasi
tempat masyarakat BAB,
membuang sampah, air
limbah rumah tangga,
tempat genangan-
genangan air serta
sebagai alat monitoring
(pasca pemicuan,
setelah ada mobilisasi
masyarakat).
 Tanah lapang atau halaman.
 Semen/bubuk warna-warni digunakan sesuai
kesepakatan dengan masyarakat, misalnya:
Bubuk putih untuk membuat batas desa.
Bubuk biru untuk menggambarkan sungai/kolam.
Bubuk kuning untuk menggambarkan tinja.
Bubuk merah untuk menggambarkan genangan-
genangan air & air limbah RT.
Bubuk hijau untuk menggambarkan sampah.
 Potongan – potongan kertas untuk menggambarkan
rumah penduduk.
 Spidol.
 Kapur tulis untuk menggambar garis akses penduduk
terhadap sarana sanitasi
 Bahan-bahan tersebut bisa digantikan dengan bahan
lokal seperti: daun, batu, ranting kayu, dll.
 Untuk kepentingan masyarakat
dalam memonitor kondisi sanitasi
di wilayahnya sendiri, peta di atas
lahan “harus” disalin ke atas
kertas yang cukup lebar (flipchart
atau kartun manila).
 Peta akan digunakan untuk
pemicuan ulang pada saat RTL.
 Jika tempat tidak memungkinkan,
pemetaan bisa dilakukan dengan
menggunakan kertas yang cukup
besar.
1. Minta beberapa orang dari peserta pertemuan
(masyarakat) untuk menggambar peta
kampung/dusun mereka di atas tanah lapang
(tempat pemicuan berlangsung).

2. Mulai pembuatan peta dengan membuat batas


kampung/dusun, jalan desa, lokasi pemicuan,
lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, sekolah,
tempat ibadah, SPAL, tempat sampah, sumur,
sumber/mata air, kolam ikan, dll.

3. Bagikan potongan kertas metaplan kepada


semua warga masyarakat yang hadir dan minta
mereka menuliskan nama KK dan jumlah
anggota keluarga yang ada dalam KK tersebut.
Kemudian minta mereka untuk meletakkan
kertas tersebut di dalam peta sesuai dengan
letak rumah masing-masing.
4. Setelah semua rumah peserta yang
hadir masuk dalam peta, minta kepada
semua peserta untuk mengambil
bubuk/semen warna kuning, hijau dan
merah, kemudian minta mereka untuk
meletakkan bubuk/semen tersebut
sesuai dengan lokasi di mana mereka
biasa BAB (bubuk kuning), buang
sampah (bubuk hijau) dan membuang
limbah cair rumah tangga (bubuk
merah). Jika sudah di tempat yang
aman (jamban, lubang sampah dan
septic tank) maka bubuknya diletakkan
di atas kertas/simbol rumah.

5. Jika peta telah dianggap selesai dan


lengkap, beri apresiasi masyarakat
6. Minta masyarakat untuk mengamati
apa yang terjadi dengan
kampung/dusun mereka yang
terlihat di peta tersebut? Warna apa
yang paling dominan? Julukan apa
yang paling tepat bagi kampung
tersebut?
7. Ajukan pertanyaan kunci berikut :
 Bagaimana perasaan kita kalau
melihat kampung/dusun kita
seperti dalam peta (yang
dikelilingi oleh kotoran, sampah
dan genangan air limbah)?
 Apa dampaknya bagi masyarakat
setempat?
 Dan pertanyaan-pertanyaan
lainnya yang dapat memicu rasa
Tujuan :
 Untuk melihat dan mengetahui tempat
yang paling sering dijadikan tempat
BAB, tempat buang sampah
(sembarangan) & lokasi-lokasi
genangan air (limbah cair RT).
 Dengan mengajak masyarakat berjalan
ke sana dan berdiskusi di tempat
tersebut, diharapkan masyarakat akan
merasa jijik.
 Memicu rasa malu bagi orang yang
biasa BAB, buang sampah
sembarangan dan buang air limbah di
tempat tersebut.
1. Ajak semua peserta untuk berjalan-jalan mengelilingi
kampung/dusun mereka. Tujuan perjalanan adalah lokasi-
lokasi di mana masyarakat biasa BAB, membuang
sampah dan limbah cair rumah tangga (berdasarkan hasil
pemetaan).
2. Jika menemukan kotoran/sampah/limbah cair
RT, beri bendera warna
kuning dan ajukan pertanyaan –
pertanyaan berikut:
 Kotoran (tinja/sampah/air limbah) siapa ini?
 Siapa saja yang tadi malam atau tadi pagi
membuangnya disini?
 Berapa lama kebiasaan ini berlangsung?
 Bagaimana perasaan kita kalau melihat kotoran
yang berserakan seperti ini?
 Digunakan untuk apa saja tempat ini?
 Apakah besok akan melakukan hal yang sama?
Mengapa?
 Dan kembangkan ke pertanyaan-pertanyaan
berikutnya untuk memicu rasa jijik, malu, takut
sakit dll.
1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan
berikut:
 Mungkinkah tinja yang dibuang di
sembarang tempat masuk ke
mulut kita (termakan)?
 Melalui apa saja?
 Bagaimana dengan sampah?
 Lewat apa saja?
 Bagaimana dengan limbah cair
RT?
 Lewat apa saja?
Minta masyarakat
menuliskan/menggambarkan
alurnya atau gunakan gambar
peraga untuk menunjukkan alurnya.
2. Tegaskan bahwa ternyata kita telah
makan kotoran-kotoran yang kita
buang sendiri dengan berbagai
macam cara.

3. Lanjutkan dengan pertanyaan berikut:


 Apa dampak (penyakit) yang
ditimbulkan?
 Siapa saja yang terkena?
 Berapa biaya pengobatan yang
harus dikeluarkan?
 Bagaimana perasaan kita?
 Kembangkan pada pertanyaan-
pertanyaan berikutnya untuk
memicu rasa takut sakit?
Tools 4: Simulasi Air yang telah
Terkontaminasi
Tujuan :
• Mengajak masyarakat untuk melihat
bagaimana tinja/sampah/limbah cair
rumah tangga bisa masuk ke mulut
manusia.
Alat yang digunakan:
• Air minum atau Air Minum dalam
Kemasan.
• Ember yang diisi air (air
mentah/sungai atau air
masak/minum).
• Polutan air (tinja, sampah & limbah
cair rumah tangga).

Catatan;
• Bisa dilakukan saat transek,
pemetaan dan FGD.
Alternatif 1
1. Siapkan 2 gelas air minum (bisa
gunakan AMDK gelas yang masih
disegel).

2. Minta salah seorang peserta untuk


minum air tersebut dengan terlebih
dahulu menunjukkan bahwa air masih
tersegel. Fasilitator juga melakukan hal
sama (minum air mineral kemasan).
3. Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian
tempelkan rambut tersebut ke tinja/sampah/limbah cair RT
yang sudah diambil saat transect, celupkan rambut tersebut
ke air mineral yang tadi diminum oleh peserta.
4. Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang
telah dicelup dengan kotoran. Tawarkan juga peserta yang lain
untuk meminumnya.

5. Tunggu reaksinya, jika tidak ada yang bersedia meminumnya, ajukan


pertanyaan: Mengapa tidak yang ada mau/berani minum?

6. Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air yang kita


minum dari rumah, makan yang kita makan sama tercemarinya
seperti air tadi jika kita masih BAB, buang sampah dan limbah cair
RT di sembarang tempat.
Alternatif 2
1. Siapkan 1 ember air dari sumur milik warga atau dari
sungai yang bersih.

2. Minta salah seorang peserta untuk mencuci


muka/berkumur-kumur dengan air tersebut. Fasilitator
juga melakukan hal sama (mencuci muka/berkumur-
kumur).

3. Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta,


kemudian tempelkan rambut tersebut ke
tinja/sampah/limbah cair RT yang sudah diambil saat
transect, celupkan rambut tersebut ke air yang tadi
digunakan untuk mencuci muka/kumur-kumur oleh
4. Minta peserta yang telah mencuci muka/kumur-kumur
tadi untuk mencuci muka /kumur-kumur kembali dengan
air yang telah dicelup dengan kotoran. Tawarkan juga
kepada peserta yang lain untuk melakukannya.

5. Tunggu reaksinya, jika tidak ada yang bersedia


melakukannya, ajukan pertanyaan: Kenapa tidak
yang ada berani melakukan?

6. Ajukan pertanyaan lain untuk menguatkan bahwa air


yang kita minum dari rumah, makanan yang kita makan
sama tercemarinya seperti air tadi jika kita masih BAB,
buang sampah dan buang limbah cair RT di sembarang
Tools 5: Diskusi Kelompok Terfokus (Focus
Group Discussion/FGD)
Tujuan :
• Bersama-sama dengan masyarakat,
melihat kondisi yang ada dan
menganalisisnya sehingga diharapkan
dengan sendirinya masyarakat dapat
merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan
atau tidak dilakukan.

• Pembahasan meliputi:
• FGD untuk menghitung volume/jumlah
tinja, sampah dan limbah cair rumah
tangga dari masyarakat yang BAB di
tempat terbuka, dari masyarakat yang
buang sampah sembarangan dan dari
masyarakat yang limbah cair rumah
tangganya belum dikelola dengan benar
selama 1 hari, 1 bulan, dalam 1 tahun
dst.,
• FGD tentang harga diri/privacy, agama,
kemiskinan dll.
1. Menghitung volume tinja:
 Ada berapa orang yang masih
BAB di sembarang tempat?
 Berapa kali setiap orang
biasanya BAB dalam sehari?
 Berapa banyak (kg) dalam
sekali BAB?
 Hitung jumlah tinja dalam
sehari, seminggu, sebulan,
setahun dst.
 Konversikan jumlah tinja
dalam ukuran karung beras,
berapa karung dan berapa
tinggi jika ditumpuk seperti
2. Menghitung sampah:
 Ada berapa jumlah rumah di Dusun
ini?
 Berapa banyak (kg) setiap rumah
membuang sampah dalam sehari?
 Hitung jumlah sampah dalam
seminggu, sebulan, setahun dst.

3. Menghiitung limbah cair RT:


 Berapa banyak (liter/kubik) setiap
rumah membuang limbah cair dalam
sehari?
 Kalikan dengan jumlah rumah
4. Ajukan pertanyaan:
 Bagaimana perasaan kita jika melihat tinja, sampah
dan limbah cair sebanyak itu?
 Lari ke mana saja kotoran-kotan tersebut?
 Dampak apa yang ditimbulkan?
 Kembangkan ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya
untuk memicu rasa jijik, takut sakit, rasa nyaman, rasa
berdosa dll.
a. Proses FGD untuk memicu rasa “jijik” dan
“takut sakit”

 Jika pada saat melakukan diskusi alur penularan


penyakit (oral fecal) ada masyarakat yang berpendapat
bahwa lalat adalah salah satu media yang dapat
menghantarkan tai/sampah/air limbah ke mulut, lakukan
probing tentang lalat, misalnya:
Berapa jumlah kaki lalat?
Bagaimana alur/caranya lalat bisa menjadi media
yang menghantarkan kotoran sampai ke mulut
manusia?
Apakah ada yang bisa menjamin bahwa makanan
dan minuman di kampung kita terbebas dari
dihinggapi lalat? Bagaimana cara memastikannya?
dsb.
Proses FGD untuk memicu rasa “jijik” dan
“takut sakit”
 Tanyakan kepada peserta, apa yang terkandung dalam
tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga? Apa yang
terjadi jika kotoran tersebut masuk ke tubuh manusia?
Jenis penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan?
 Ajak peserta untuk melihat kembali peta, tanyakan
rumah mana saja yang anggota keluarganya pernah
menderita diare, malaria atau demam berdarah (dalam 1
tahun ini)? Berapa kali dalam setahun mereka terkena
penyakit tersebut? Berapa biaya yang dikeluarkan
untuk berobat? Adakah penderita yang meninggal?
Siapa yang paling sering terkena penyakit tersebut dan
siapa yang meninggal akibat penyakit tersebut?
Bagaimana perasaan anggota keluarga tersebut?
 Tanyakan: Apa yang akan dilakukan esok hari ? Apakah
akan tetap melakukan kebiasaan yang sama?
b. Proses FGD untuk memicu rasa “malu dan hal-hal
yang bersifat pribadi

Ajukan pertanyaan-pertanyan berikut:


 Berapa banyak perempuan yang biasa BAB di tempat
terbuka dan apa alasan mereka melakukannya?
 Bagaimana perasaan kaum perempuan ketika BAB di tempat
terbuka sehingga apa yang dilakukannya dapat dilihat oleh
orang lain/banyak orang?
 Bagaimana perasaan kaum laki-laki ketika istri, anak
perempuan atau ibunya melakukan BAB di tempat terbuka
dan dapat dilihat oleh siapa saja baik sengaja maupun tidak
sengaja.
 Apa yang dilakukan perempuan ketika harus BAB (di tempat
terbuka padahal dia sedang mendapat haid. Apa yang
dirasakan?
 Apa yang akan dilakukan esok hari ? Apakah akan tetap
melakukan kebiasaan yang sama?
c. FGD menyangkut “kemiskinan”

 FGD ini dilakukan ketika masyarakat sudah terpicu dan ingin


berubah namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk
membuat sarana sanitasi.
 Proses:
 Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun sarana
higienitas dan sanitasi (jamban, sarana CTPS, tempat
sampah, SPAL, dll.) perlu biaya besar, fasilitator menanyakan
: “Apakah benar membangun sarana higienitas dan sanitasi
itu harus mahal ? Tanyakan kepada peserta lain, siapa yang
pernah melihat atau punya ide tentang bentuk sarana HS
yang harganya terjangkau atau bahkan tanpa biaya?
 Apabila masyarakat masih mengharapkan bantuan, tanyakan
kepada masayarakat: Sebenarnya tanggung jawab siapa
masalah higienitas dan sanitasi ini? Apakah untuk urusan
higienitas dan sanitasi saja kita harus menunggu diurus oleh
pemerintah dan pihak luar lainnya?
1. Ajukan pertanyaan penguat:
 Sampaikan kembali jawaban-jawaban warga atas setiap
pertanyaan kunci yang diajukan saat melakukan analisis
partisipatif pada masing-masing tools.

 Tanyakan, apakah BAB, buang sampah dan buang limbah cair


RT di sembarang tempat itu lebih banyak mendatangkan
manfaat atau lebih banyak kerugiannya?

 Apa saja kerugiannya? (lakukan pendalaman untuk memperoleh


jawaban yang diinginkan dan masyarakat merasa yakin bahwa
semua ini adalah masalah besar bagi mereka)

 Apakah kita mau begini terus? Kalau tidak harus bagaimana?


Bagaimana caranya agar kotoran tidak sampai ke mulut
manusia?

 Apa yang akan kita lakukan setelah ini? (lakukan pendalaman


hingga diperoleh solusi yang mengarah pada 5 pilar STBM dari
2. Minta masyarakat yang mau berubah
(membuat jamban/tempat cuci
tangan/tempat sampah/bak peresapan
untuk limbah cair RT dan mengelola
makanan dan minuman di tingkat RT)
untuk ke depan dan berikan apresiasi
dengan tepuk tangan.

3. Minta mereka (yang mau berubah)


untuk menanda tangani ‘kontrak sosial’
(komitmen pembuatan sarana sanitasi)

4. Buat kesepakatan waktu pertemuan


dengan masyarakat untuk membuat
Rencana Aksi.

5. Tutup pertemuan dengan ucapan


JENIS SARANA
TANGGAL TANGGAL TANDA
NO. NAMA WARGA SANITASI YANG
MULAI SELESAI TANGAN
AKAN DIBUAT
Pleno Masyarakat

Tujuan :
1. Memicu kembali antar RT untuk memastikan target perubahan
perilaku yang lebih luas dan kongkrit
2. Mengkonsolidasikan RTL antar RT sehingga menghasilkan RTL di
tingkat kelurahan
3. Meningkatkan motivasi masyarakat dan RT untuk melaksanakan
rencana kegiatan yang disusun
Pleno Masyarakat
RW 1 RW 2
NO ASPEK KATEGORI

RT 1 RT 2 RT 3 RT 1 RT 2 RT 3

Mengharap Bantuan dari


1
Pihak Luar (Subsidi)

Jumlah warga yang


2
terpicu

3 Adanya tim komite

Rencana tindak lanjut


4
dan strategi

5 Target 5 Pilar STBM


CATATAN PENTING PADA SAAT PEMICUAN
• Pada setiap akhir penggunaan alat PRA, picu rasa jijik,
rasa malu, rasa bersalah/takut berdosa, harga
diri/privacy, takut sakit, takut digigit binatang, dll.

• Lanjutkan dengan mengajukan pertanyaan kepada


warga: Bagaimana perasaan ibu/bapak terhadap kondisi
ini?

• Jika ada warga yang mengatakan ingin berubah,


tanyakan apa yang akan mereka lakukan untuk
mengubah kondisi tersebut ? Jika ada diantara mereka
yang menjawab misalnya dengan jawaban “membuat
jamban atau membuat tempat sampah atau membuat
SPAL”, tarik tangan mereka dan ajak maju ke depan.
CATATAN PENTING PADA SAAT PEMICUAN

 Katakan kepada semua warga: “Bapak-bapak dan ibu-ibu, inilah


saudara-saudara kita yang ingin berubah dan tidak mau tetap
dalam kondisi seperti saat ini. Mereka inilah yang menjadi
pelopor perubahan di desa/kampung ini. Berikan tepuk tangan
atas tekad dan niat baik saudara-saudara kita ini”.

 Tanyakan lagi kepada warga lainnya: “Siapa lagi yang ingin


mengikuti jejak Bapak-Bapak dan Ibu-ibu ini?”. Kemudian tarik
tangan mereka untuk maju ke depan.

 Minta semua orang yang menyatakan ingin berubah untuk


menuliskan nama, kapan mereka ingin memulai membuat sarana
sanitasi, kapan selesai dan membubuhkan tanda tangan.
CATATAN PENTING PADA SAAT PEMICUAN
 Pada akhir pemicuan, fasilitator meyampaikan kesimpulan atas analisis yang
telah dilakukan oleh masyarakat. Tegaskan kembali Jika masyarakat
senang/”merasa nyaman-nyaman saja” dengan kondisi sanitasi mereka,
artinya mereka tidak mau berubah dengan berbagai macam alasan (padahal
semua alat dan metode sudah dilakukan), sampaikan hal-hal berikut :
 “Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk mempelajari tentang
kesehatan lingkungan di desa Bapak/ibu, silahkan Bapak/ibu meneruskan
kebiasaan ini dan Bapak/ibu adalah satu-satunya kelompok masyarakat
yang masih senang membiarkan masyarakatnya saling mengkonsumsi
kotoran.”

 “Karena ini adalah masalah masyarakat di sini, sepenuhnya menjadi


tanggung jawab masyarakat jika di kemudian hari banyak kejadian yang
diakibatkan oleh kebiasaan warga di sini, karena yang melakukan adalah
masyarakat di sini tentu yang menanggung semuanya bukan masayarakat
di desa/kampung lain.”

 “Dengan senang hati kami akan menyampaikan hasil pembelajaran ini


kepada Bapak Bupati dan Camat, bahwa di wilayah kerja mereka masih
terdapat masayarakat yang mau bertahan dengan kondisi sanitasi seperti
ini.”
Tahapan Pemicuan STBM

Pra Pemicuan: Pemicuan : Pasca Pemicuan :


1. Membangun Ulang
1. Observasi PHBS di lapangan 1. Perkenalan
Komitmen
(Identifikasi baseline data 2. Penyampaian maksud dan 2. Monitoring dan Evaluasi
demografi dan 5 Pilar Tujuan Hasil Pemicuan sampai
3. Bina Suasana Desa tersebut SBS, CTPS,
STBM)
4. Identifikasi Bahasa Lokal PAMM, PS, PL.
2. Advokasi Toma dan Toga (penyebutan BABS, sampah, 3. Pilihan Teknologi 5 Pilar
Persiapan Logistik limbah dan penyebutan Tinja) STBM
3. Penentuan Waktu, Lokasi 4. Membangun Jejaring
5. Pemetaan 5 Pilar STBM
Layanan 5 Pilar STBM
Pemicuan, lokasi Pleno 6. Hitung Tinja, Sampah, Limbah 5. Menggali Media Promosi
4. Penentuan Peserta 7. Alur Penularan Penyakit untuk Perubahan Perilaku
/Komunitas Pemicuan 8. Transect Walk yang Berkelanjutan
5. Menyiapkan Alat bantu 9. Kontaminasi Air 6. Perluasan Dusun RT
10. Puncak Pemicuan (FGD Target Pemicuan
fasilitasi pemicuan (Bahan 7. Verifikasi Desa SBS, CTPS,
Menggunakan Elemen
Lokal/tepung terigu, tali Pemicuan) PAMM,PS,PL, STBM
rafia, kertas plano, dll) 8. Deklarasi Desa SBS CTPS,
11. Kontrak Sosial PAMM,PS,PL, STBM
6. Pembentukan Tim 12. Komitmen Kapan Semua 9. Pendampingan desa pasca
Pemicuan(Persiapan Diri Terbebas dari Masalah 5 Pilar SBS, CTPS, PAMM,PS,PL,STBM
desa (minimal 2 tahun u/ keg.
Pemicu/Fasilitator/sanitaria STBM Peningkatan Kualitas Sarana
n) 13. Membentuk Komite/ Natural dan Pemeliharaan Perilaku)
7. Pemahaman Budaya Lokal Leader 10. Pembelajaran Horizontal
11. Pemberian Reward
14. RTL
69
15. Pleno Masyarakat
YANG HARUS DILAKUKAN &
DIHINDARI OLEH FASILITATOR STBM
JANGAN LAKUKAN LAKUKAN
 MEMICU KEGIATAN
SETEMPAT.
MENAWARKAN
SUBSIDI  KATAKAN DARI AWAL
BAHWA TIDAK AKAN
PERNAH ADA SUBSIDI
DARI KEGIATAN INI. JIKA
MASYARAKAT BERSEDIA
MAKA KEGIATAN BISA
DILANJUTKAN, JIKA TIDAK
HENTIKAN PROSES.

MENGAJARI MEMFASILITASI
YANG HARUS DILAKUKAN &
DIHINDARI OLEH FASILITATOR STBM

JANGAN LAKUKAN LAKUKAN

MENYURUH MEMBUAT  MEMFASILITASI


MASYARAKAT UNTUK
JAMBAN, SARANA DAN MENGANALISIS KONDISI
PRASARANA SANITASI, LINGKUNGAN MEREKA, YANG
MEMICU RASA JIJIK DAN
ATAU MEMERLIHATKAN MALU SERTA MENDORONG
CONTOH-CONTOH TIPE ORANG DARI BERPERILAKU
JAMBAN/SARANA HIGIENITAS DAN SANITASI
YANG BURUK MENJADI BAB
SANITASI LAINNYA DI TEMPAT YANG TETAP DAN
SELAMA PROSES TERTUTUP, MENGELOLA
PEMICUAN. SAMPAH DAN LIMBAH CAIR
DENGAN BENAR SERTA
MEMPRAKTEKKAN CTPS DAN
PENGELOLAAN AIR MINUM
DAN MAKANAN RUMAH
TANGGA.
YANG HARUS DILAKUKAN &
DIHINDARI DALAM STBM
JANGAN LAKUKAN LAKUKAN

MEMBERIKAN ALAT- MELIBATKAN


ALAT ATAU MASYARAKAT
PETUNJUK KEPADA DALAM SETIAP
ORANG PERORANGAN PENGADAAN ALAT
UNTUK PROSES
FASILITASI

MEMBERITAHUKAN  MEMBIARKAN
APA YANG BAIK DAN MEREKA
YANG BURUK MENYADARINYA
SENDIRI
YANG HARUS DILAKUKAN &
DIHINDARI DALAM STBM
JANGAN LAKUKAN LAKUKAN

MENJADI PEMIMPIN,  FASILITATOR HANYA


MENDOMINASI MENYAMPAIKAN
PROSES DISKUSI “PERTANYAAN
(SELALU SEBAGAI
MENUNJUKKAN DAN PANCINGAN” DAN
MENYURUH BIARKAN
MASYARAKAT MASYARAKAT YANG
MELAKUKAN INI DAN BERBICARA/
ITU PADA SAAT DISKUSI LEBIH
MEMFASILITASI). BANYAK
(MASYARAKAT YANG
MEMIMPIN).
YANG HARUS DILAKUKAN &
DIHINDARI DALAM STBM
JANGAN LAKUKAN LAKUKAN

LANGSUNG  KEMBALIKAN SETIAP


MEMBERIKAN PERTANYAAN DARI
JAWABAN TERHADAP MASYARAKAT
PERTANYAAN- KEPADA
PERTANYAAN MASYARAKAT
MASYARAKAT. SENDIRI, MISALNYA:
“JADI BAGAIMANA
SEBAIKNYA
MENURUT BAPAK/
IBU?”
Diskusi Pleno
• Agar proses pemicuan dapat berjalan
dengan baik, kondusif dan
terdokumentasi dengan baik,
bagaimana sebaiknya komposisi tim
pemicu?
• Peran apa saja yang diperlukan?
TIM PEMICU
Peran Tugas
Lead facilitator Fasilitator utama, yang menjadi motor
(1 orang) utama proses fasilitasi, biasanya 1 orang.
Co – facilitator Membantu fasilitator utama dalam
(2 atau 3 orang) memfasilitasi proses sesuai dengan
kesepakatan awal atau tergantung pada
perkembangan situasi.
Content recorder Perekam proses, bertugas mencatat
(1 atau 2 orang) proses dan hasil untuk kepentingan
dokumentasi/ pelaporan program.
TIM PEMICU
Peran Tugas
Process Penjaga alur proses fasilitasi, bertugas mengontrol agar
facilitator proses sesuai alur dan waktu, dengan cara
(1 orang) mengingatkan fasilitator (dengan kode-kode yang
disepakati) bilamana ada hal-hal yang perlu dikoreksi.
Environment Penata suasana, menjaga suasana ‘serius’ proses
Setter fasilitasi, misalnya dengan:
(2 orang)  mengajak anak-anak bermain agar tidak mengganggu
proses, sekaligus juga bisa mengajak mereka terlibat
dalam kampanye sanitasi (menyanyi bersama,
meneriakkan slogan, dsb.),
 mengajak berdiskusi, memisah partisipan yang
mendominasi atau mengganggu proses dari kelompok,
dsb.
CURAH PENDAPAT

1) Setelah kegiatan pemicuan, apa yang harus dilakukan


selanjutnya agar dapat mencapai status desa STBM?

2) Apa yang dilakukan jika tidak ada orang yang terpicu?

3) Apa saja hal-hal baru (inovasi) yang pernah dilakukan saat


pasca pemicuan?

Catat semua jawaban pada flipchart.


Paska
Pemicuan

?
Paska Pemicuan
Membangun ulang komitmen (kapan &
melalui forum apa saja?)
Opsi teknologi sanitasi untuk 5 pilar
STBM  Pelatihan apa yg
dibutuhkan?
Membangun jejaring layanan penyediaan
sanitasi (kebutuhan kloset  kemana?,
sampah hasil pemilahan  dengan pihak man

Pendampingan & Monitoring

Pengembangan media promosi untuk


perubahan perilaku yang berkelanjutan
 Tujuan: meningkatkan motivasi masyarakat untuk melaksanakan rencana
kegiatan yang telah mereka susun sesuai dengan komitmen yang mereka
berikan pada saat kegiatan pemicuan sebelumnya.
 Biasa dilakukan dalam bentuk pertemuan pleno masyarakat (pertemuan
rencana tindak lanjut pemicuan) yang dihadiri terutama oleh orang-orang
yang menandatangani kontrak sosial dan warga masyarakat lain yang
berminat hadir.
 Agenda yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah:
 Memicu ulang masyarakat & penguatan komitmen untuk melakukan perubahan,
 Pembahasan 5 pilar & Prinsip-prinsip STBM,
 Diskusi tentang opsi teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM,
 Pembentukan tim/komite sanitasi dan tugas-tugasnya,
 Penguatan komitmen untuk menjadi dusun/desa STBM & target waktunya serta
diskusi tentang strategi untuk mencapainya,
 Penyepakatan jadwal monitoring dan pertemuan evaluasi rutin.
1) Sampaikan tujuan pertemuan, yaitu:
menindaklanjuti pemicuan.
2) Picu ulang dengan cara mereview hasil pemicuan:
hasil pemetaan, transek, penghitungan volume
kotoran, alur kontaminasi, simulasi air, dll.
Kuatkan kembali komitmen masyarakat untuk
melakukan perubahan.
3) Bahas 5 Pilar STBM & prinsip-prinsipnya.
Sampaikan kembali bahwa untuk memenuhi
kebutuhan sarana sanitasi tersebut adalah
menjadi tanggung jawab setiap rumah tangga.
4) Putar film CLTS (Maharasthra, India) atau film
tentang pengelolaan sampah (jika diperlukan).
5) Diskusikan apa yang terjadi di daerah yang ada dalam film
tersebut. Mampukah kita melakukan hal yang sama?

6) Kuatkan komitmen mereka untuk menjadi kampung/desa STBM


dengan membandingkan desa/daerah yang ada dalam film atau
daerah lainnya.

7) Diskusikan opsi teknologi yang paling cocok dengan kemampuan


masyarakat dan yang paling sesuai dengan kondisi geografis.
Lakukan analisis untuk melihat kekurangan dan kelebihan dari
masing-masing pilihan teknologi. (Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat dapat memilih pilihan teknologi yang paling baik).

8) Untuk mempercepat pencapaian tujuan menjadi kampung/desa


STBM, sepakati pembentukan tim/komite (Tentukan nama komite
yang terbentuk serta ketua dan anggotanya). Sepakati tugas-
tugas/fungsi-fungsi komite tersebut dalam ‘gerakan masyarakat
sadar sanitasi’.
 Nama Tim/komite : Komite Kesehatan Lingkungan
Ketua : Joko Sukarman
Anggota : Dodi, Budi, Arif, Galih, Joni
 Masing-masing anggota tim memiliki kelompok kerja sendiri yang terdiri dari
para kepala keluarga yang belum memiliki sarana sanitasi/belum
mempraktekkan 5 pilar STBM (lakukan pendataan), seperti bagan berikut:

Dodi Budi Arif Galih Joni

Charles Fery Ardi Johan


Dominggus
Frans Anton Ferdi Supardi
Chirstian
Alex Emanuel Dedi Philipus
Felix
9) Diskusikan dan tetapkan target, kapan
kampung/dusun mereka dapat menjadi
kampung/dusun STBM.
10) Lakukan curah pendapat : “Bagaimana
strategi tim untuk mencapai target di
tersebut”.
11) Sepakati jadwal monitoring dan
pertemuan untuk melakukan evaluasi
rutin.
12) Penutup.
 Pencapaian Desa/Kelurahan STBM dengan kondisi sanitasi total yang
mencakup 5 pilar STBM akan diikuti dengan pencapaian akses sarana dan
prasarana sanitasi di masyarakat.
 Pilihan teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM ini berprinsip harus sesuai
dengan standar kesehatan, mudah dan terjangkau oleh masyarakat.
 Pemilihan opsi teknologi sanitasi yang ada di masyarakat harus memahami
tangga sanitasi untuk 5 pilar STBM.
 Tangga sanitasi (sanitation ladder) merupakan tahap perkembangan
sarana sanitasi yang digunakan masyarakat, dari sarana yang sangat
sederhana sampai sarana sanitasi yang sangat layak dilihat dari aspek
kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya.
 Adanya tahapan sarana sanitasi bukan berarti bahwa proses
pengembangan harus dimulai dari tingkat paling dasar ke tingkat-tingkat
berikutnya secara berurutan.
 Pengembangan sarana sanitasi bisa dimulai dari tahapan mana pun sesuai
dengan kemampuan masyarakat  Pemahaman ini yang harus ditanamkan
kepada masyarakat untuk mematahkan anggapan bahwa sarana sanitasi
adalah sebuah bangunan yang kokoh, permanen dan membutuhkan biaya
besar
Tujuan memberikan informasi opsi teknologi untuk pilar
pertama STBM adalah:
 Memberikan informasi sarana jamban yang
meminimalkan atau membatasi terjadinya
kontaminasi.
 Membantu masyarakat dalam mengenali sarana
jamban yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan masyarakat.
 Sebagai alat bantu komunikasi dalam pemilihan
teknologi sarana jamban.
 Untuk pilar 1 STBM (Stop BAB Sembarangan), jenis
pilihan teknologi sanitasi yang bisa ditawarkan ke
masyarakat adalah jamban sehat.
 Kriteria jamban sehat:
1. Tidak mencemari air (badan air, air tanah),
2. Tidak mencemari tanah permukaan (air resapan),
3. Bebas dari serangga,
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan,
5. Aman digunakan oleh pemakainya,
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya,
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.
PERLUNYA MEMPERHATIKAN BANGUNAN BAGIAN BAWAH
Merupakan tempat penampung
kotoran manusia yang sengaja
dibuat untuk mengamankannya,
dengan tujuan:
 Mencegah terjadinya
penyebaran langsung bahan-
bahan yang berbahaya bagi
manusia akibat pembuangan
kotoran manusia.
 Mencegah vektor pembawa
untuk menyebarkan penyakit
pada pemakai dan lingkungan
sekitarnya
FAKTOR PERTIMBANGAN

Pemilihan bangunan Faktor pertimbangan lain:


bagian bawah dipengaruhi  Kemampuan ekonomi
oleh: dan keinginan pemakai;
 Ketinggian air tanah  Kemudahan dalam
 Daya resap tanah konstruksi,
 Jarak sumber air bersih pengoperasian dan
 Ketersediaan lahan
pemeliharaan oleh
pemakai
 Kepadatan penduduk

Pahami Hidrogeologi
CUCI TANGAN PAKAI SABUN
CONTOH PILIHAN TEKNOLOGI CTPS SEDERHANA
CONTOH: TIPY TAP…..
CONTOH SARANA CTPS
CONTOH SARANA CTPS RUMAH TANGGA
CONTOH SARANA CTPS RUMAH TANGGA
CONTOH SARANA CTPS RUMAH TANGGA
CONTOH SARANA CTPS RUMAH TANGGA
PENGELOLAAN AIR MINUM & MAKANAN RUMAH TANGGA

Skema Pengolahan awal dan pengolahan air Minum Rumah Tangga

Air Baku

Air Keruh Air Jernih

Pengendapan Penyaringan Pengendapan


Gravitasi dengan kain dengan Bahan Kimia

Pengolahan air minum rumah tangga

Air Minum
PENGELOLAAN AIR MINUM RUMAH TANGGA
Pengelolaan air minum rumah tangga, meliputi:
1. Pengolahan Air Baku
Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal. Pilihan teknologinya
meliputi:
 Pengendapan dengan gravitasi alami,

 Penyaringan dengan kain,

 Pengendapan dengan bahan kimia/tawas.

2. Pengolahan Air Minum Rumah Tangga


Merupakan kegiatan mengolah air untuk kebutuhan sehari-hari dengan cara:
 Mengolah air minum yang saniter,

 Menyimpan air minum yang aman, 111


 Filtrasi/Penyaringan:
 Biosand filter
 Keramik filter
 Khlorinasi:
 Khlorin cair
 Khlorin tablet
 Penggumpalan dan
Disinfeksi
 Sodis
(Solar Water Disinfection)
 Merebus

112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
MODIFIKASI WADAH PENYIMPANAN
AIR MINUM

131
Lanjutan Pilar 3: Apakah jika sudah di-treatment akan aman?

TIDAK AMAN! Penelitian WHO menyimpulkan 60% air yang telah


diolah masih tidak sehat karena wadah penyimpanannya kotor
atau jari tangan kotor

GELAS HARUS CERET/TEKO CUCI TANGAN


SELALU BERSIH! HARUS SELALU DENGAN SABUN !
BERSIH!
CARA: DICUCI CARA: CUCI
BERSIH, DAN DI CARA: DICUCI DAN TANGAN SEBELUM
JEMUR DIBAWAH DIJEMUR SETIAP MAKAN, SETELAH
MATAHARI SAMPAI 3-7 HARI SEKALI B.A.B
KERING
Kode wadah plastik
untuk minuman dan
makanan

Simbol wadah makanan


dan minuman
6 Prinsip Higiene Sanitasi Pangan

1) Pemilihan bahan pangan


2) Penyimpanan bahan pangan
3) Pengolahan pangan
4) Penyimpanan pangan masak
5) Pengangkutan pangan
6) Penyajian pangan

134
Menyimpan peralatan pengolah pangan Mencuci bahan pangan dengan
dengan aman dan menjaga air minum/air higine sanitasi
kebersihannya. yang mengalir 135
Cuci Tangan Pakai Sabun Menutup makanan yang
dan Air mengalir sebelum disajikan dengan baik dan benar
mengolah bahan pangan 136
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
 Mengurangi sampah mulai dari sumbernya:
 Mengurangi sampah liar,
 Mengurangi sampah yang masuk ke TPA

 Pemilahan sampah; antara sampah basah dan


sampah kering.
 Mengolah sampah:
 Sampah basah diolah menjadi kompos,
 Sampah kering dijual kepada pemulung atau
dijadikan bahan daur ulang.
PENTINGKAH KITA MENGENAL JENIS-JENIS SAMPAH?

Jenis sampah dan lama


hancur secara alami:
a. Sampah organik (1-6
bulan)
b. Sampah gelas/beling
(ratusan tahun)
c. Sampah kaleng (80-100
tahun)
d. Sampah plastik (50-80
tahun)
e. Sampah styrofoam (tidak
hancur)
f. Sampah kertas (2-5
bulan)
g. Sampah Bahan
Berbahaya dan Beracun
(termasuk B3)
DENGAN MENGENAL JENIS SAMPAH
MASYARAKAT DAPAT MELAKUKAN 3R

3R ARTINYA:
REDUCE : KURANGI,
REUSE : PAKAI
ULANG,
RECYCLE: DAUR
ULANG.
MENGAPA HARUS DAUR ULANG?
1. Daur ulang mengurangi kebutuhan akan bahan alam
mentah seperti logam, kayu dan minyak. Karena itu daur
ulang dapat mengurangi dampak kerusakan lingkungan
2. Secara keseluruhan daur ulang dapat mengurangi jumlah
pembuangan gas pabrik yang mencemari udara. Karena
daur ulang memerlukan energi yang lebih sedikit
dibandingkan dengan pembuatan material baru.
3. Daur ulang menguntungkan secara materi dibandingkan
dengan pembakaran dan penimbunan sampah.Misalnya
hasil daur ulang sampah dapat dijual dan memberikan
keuntungan
4. Daur Ulang membantu menciptakan kelestarian
lingkungan. Daur ulang tidaklah sulit, kita dapat
memulainya dari sampah yang ada di rumah kita.
KUNCI DAUR ULANG ADALAH MEMILAH
SAMPAH, SULITKAH?

PEMILAHAN TIDAK SULIT ASAL ADA KEMAUAN


BIOPORI
PENGOLAHAN SAMPAH KERANJANG SAKTI MODEL TAKAKURA
PENGOLAHAN SAMPAH KERANJANG SAKTI MODEL TAKAKURA
PENGOMPOSAN SKALA KAWASAN
PEMANFAATAN PLASTIK KEMASAN
PEMILAHAN DAN PENGOMPOSAN DENGAN KOMPOSTER

Sampah organik Masukan ke komposter


yg mudah busuk sampai penuh
Lakukan pemilahan Biarkan 2-3 bulan
mulai dari rumah jaga kelembabannya

Sampah yang tidak


bernilai buang ke TPS Setelah 3 bulan kompos
Gunakan kompos untuk
Sampah anorganik siap digunakan
tanaman pot di rumah
berikan ke pemulung
KONSEP BANK SAMPAH
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA
CONTOH PILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH
CAIR RUMAH TANGGA

Lubang ke drainase… Lubang ke sumur resapan


untuk tanaman …
CONTOH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RT
CONTOH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RT
CONTOH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RT
CONTOH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RT
BAK SALURAN

Sumber: Kementerian Negara Riset & Teknologi


Saluran Air Bekas ke Bak

Sumber: Kementerian Negara Riset & Teknologi


Sumber: Kementerian Negara Riset & Teknologi
Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci

Sumber: Kementerian Negara Riset & Teknologi


Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci.

Sumber: Kementerian Negara Riset & Teknologi


MEMBANGUN JEJARING LAYANAN
PENYEDIAAN SANITASI

 Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation) harus


diikuti dengan penyediaan sarana sanitasi (supply).
 Tidak semua masyarakat memiliki akses dan kemampuan
keuangan untuk menyediakan sarana sanitasi yang
dibutuhkannya  perlu mengundang wirausaha sanitasi
(untuk menyediakan pilihan sarana sanitasi dengan
proses pembiayaan sesuai kemampuan masyarakat).
 Perlu dibangun jejaring layanan penyediaan sanitasi untuk
mensinergikan potensi-potensi yang ada di masyarakat
dalam percepatan pencapaian rencana yang sudah disusun
oleh masyarakat. Hal ini bisa juga dilakukan dan dibantu
oleh wirausaha sanitasi yang ada dan muncul di masyarakat.
Pendampingan dan Monitoring
Alur dan proses pendampingan masyarakat

Pemicuan: untuk Membangun Verifikasi dan


Evaluasi
membangkitkan komitmen deklarasi
Monitoring terhadap
rasa butuh dengan Kampung/Desa
terhadap rencana tindak
masyarakat masyarakat STBM untuk
progress yang lanjut dan
terhadap sarana terhadap menyatakan
telah dicapai dilakukan
sanitasi melalui rencana tindak bahwa wilayah
oleh pemicuan
perubahan lanjut yang tersebut telah
masyarakat. ulang bila
perilaku secara telah menerapkan 5
diperlukan.
kolektif. disepakati. pilar STBM.
Alat Partisipasi dalam Proses
Monitoring
1. Pemetaan & Skoring
Pemetaan  melihat akses
masyarakat terhadap sarana
sanitasi (sebelum dan
sesudah).
2. Rating Scale atau Convinient
 Melihat dan mengetahui
apa yang dirasakan masyarakat
(sebelum & sesudah) dan
mengetahui apa yang
masyarakat rasakan dengan
sarana sanitasi yang dimiliki
pada saat itu.
Pengembangan Media Promosi untuk Perubahan
Perilaku yang Berkelanjutan

• Tujuan promosi perubahan perilaku yang


berkelanjutan adalah agar praktik perilaku hidup
bersih dan sehat terus membudaya di masyarakat
dan mencegah agar masyarakat tidak kembali ke
praktik semula.
• Promosi perubahan perilaku dapat dilakukan
melalui:
– Iklan,
– Penyebaran media komunikasi,
– Kegiatan-kegiatan formal,
– Kegiatan-kegiatan informal.
Beberapa Contoh Media Komunikasi STBM

Anda mungkin juga menyukai