Anda di halaman 1dari 19

Presentasi Topik

Filariasis
Naufal Kamal Yurnadi
1102014189
Pembimbing :
dr. A. Haykal, Sp. KK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

PERIODE 29 JULI 2019 – 31 AGUSTUS 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI JAKARTA


Definisi

Filariasis

Terbagi menjadi 3 kelompok


berdasarkan lokasi infeksi :
Lymphatic, Cutaneous, & Body
Cavity
Filariasis limfatik
Epidemiologi
Filariasis limfatik biasanya disebabkan oleh W. bancrofti
(bancroftian filariasis),
dan B. malayi (Malayan filariasis), Infeksi yang disebabkan Brugia
timori jarang terjadi

Terjadi di banyak daerah rural dan urban pada


W. bancrofti menyebabkan 90% kasus daerah tropis dan subtropis
B. malayi menyebabkan 10% kasus Asia selatan, tenggara & timur, India, Amerika
Selatan
Etiologi

Disebabkan oleh W. bancrofti


(bancroftian filariasis), dan B. malayi (Malayan filariasis) & B.
timori

Terjadi pada individu yang datang ke daerah endemik &


Infeksi ditransmisikan lewat gigitan nyamuk

Sumber :
https://www.mcdinternational.org/filariasis
Etiopatogenesis
Periode inkubasi terjadi 5 sampai 18 bulan Jika terjadi pada anak – anak
dimana 1/3 populasi endemik
terinfeksi sebelum 5 tahun, gejala
muncul biasanya bertahun – tahun
setelah infeksi
dimana microfilariae akan bermigrasi ke sistem limfatik
Prevalensi meningkat setelah 20
tahun tinggal di wilayah endemik

Cacing dewasa biasanya hidup rerata


lalu akan menjadi cacing dewasa dan kembali melepaskan
10 sampai 15 tahun,
microfilariae (larvae)
dan pada microfilariae hidup 6 sampai
12 bulan

biasanya gejala akan muncul 3 bulan setelah paparan


Manifestasi Klinis
Dapat terjadi akut, kronik atau rekurens

Pada fase akut dapat terjadi lymphangitis, lymphadenitis, nyeri


pangkal paha (groin pain) , urtikaria,
dan peripheral eosinophilia.

Pada fase kronik telah terjadi obstruksi lymphatic


(lymphedema, elephantiasis, hydrocele, dan chyluria)
setelah 10 sampai 15 tahun setelah infeksi

Kulit yang terinfeksi dapat terjadi hipertrofi, verukous,


dan fibrotik dengan lipatan kulit yang berlipat – lipat.
Fissura, ulserasi, infeksi bakteri sekunder dan gangren juga dapat
terjadi.

Sumber : Fitzpatrick's Dermatology in


General Medicine. 9th ed.
Filariasis kutaneus
Epidemiologi
Filariasis kutaneus biasanya disebabkan oleh Loa loa, M. perstans,
M. streptocerca, and O. volvulus

Loa – loa terjadi di banyak daerah rural Mansonella perstans & streptocerca biasanya
afrika tengah dan barat. asimptomatik banyak terjadi di daerah
subsahara afrika dan amerika tengah dan
(3-13 juta penduduk) selatan
Etiologi

Disebabkan oleh Loa loa, M. perstans, M. streptocerca, and O.


volvulus

Loa loa is di transmisikan oleh lalat Chrysops yang menggigit siang


hari

Sedangkan Mansonella di transmisikan oleh lalat Culicoides

dan Onchocerca volvulus ditransmisikan oleh lalat hitam dari genus


Simulium

Sumber : https://www.mcdinternational.org/filariasis &


https://www.cdc.gov/dpdx/mansonellosis
Etiopatogenesis
Gejala pada loa – loa biasanya muncul 24 bulan setelah papatan,
tapi ditemukan juga 4 bulan sampai 10 tahun setelah infeksi.
Cacing dewasa dapat hidup 20 tahun pada manusia.

Seperti filariasis limfarik, infeksi Mansonella


Dapat terjadi saat anak – anak dan reinfeksi mungkin terjadi. Pada
daerah endemic prevalensinya bisa mencapai 80%.

Pada Onchocerca Microfilaria dapat hidup 2-3 tahun,


Larva infektif dapat menjadi dewasa di jaringan fibrosa dan menetap sedangkan cacing dewasa selama 10 –
pada nodul di jaringan subkutan dan fascia jaringan penyambung. 20 tahun.

Inkubasi terjadi biasanya 1 – 2 tahun, walaupun microfilariae dapat


muncul 3 sampai15 bulan setelah paparan.
Manifestasi Klinis
Pada Loa – loa dapat ditemukan Calabar-like swellings biasanya
pada telapak tangan,

Area fokal dengan angioedema disebabkan oleh migrasi cacing


dewasa lewat jaringan subkutan. Dapat juga ditemukan cacing
dewasa di daerah bulbar.

Calabar swellings biasanya muncul bertahun – tahun setelah


infeksi,
Berlangsung 2 – 4 hari, disertai pruritus dan nyeri. Bervariasi
dalam diameter antara 2 – 20 cm.

Sumber : Fitzpatrick's Dermatology in


General Medicine. 9th ed.
Manifestasi Klinis
Pada Mansonelliasis dapat ditemukan Calabar-like swellings
biasanya pada lengan bawah, telapak tangan, disertai pruritus,
dengan atau tanpa bercak papular

Pruritus, lesi berpapul, hypopigmentasi, hyperpigmentasi, atau


makula dengan likenifikasi, biasanya juga dapat ditemukan pada
dada

Sumber : Fitzpatrick's Dermatology in


General Medicine. 9th ed.
Manifestasi Klinis
Pada Onchocerca dapat terjadi akut dan kronik onchodermatitis,
likenifikasi, atrofi, depigmentasi, dan nodul onchocercal.

Dapat terjadi berbarengan dan 1 pola berevolusi menjadi pola lain

Pada fase akut biasanya mengenai wajah, ekstremitas, dan trunkus


juga terjadi pruritus, papul, vesikel
Dan pustul, biasanya denan eritem dan edema

Sedangkan pada fase kronik terjadi makula dan papul serta


likenifikasi disertai pruritus dan hiperpigmentasi.
Daerah predileksi biasanya bokong, bahu dan pinggul.

Sumber : Fitzpatrick's Dermatology in


General Medicine. 9th ed.
Diagnosa Filariasis
Dx 
o Penemuan Mikrofilaria dalam temuan darah tepi
untuk semua filariasis terutama limfatik
o Khusus pada W. bancrofti pemeriksaan harus DD :
dilakukan saat malam hari o Bacterial lymphangitis
o Bisa juga dilakukan pemeriksaan Skin Snips pada o Sporotrichosis
Mansonella dan Onchocerca o Leishmaniasis
o Foto thorax : ditemukan infiltrat o Postinflammatory hypopigmentation or
o USG inguinal : Filarial dance sign depigmentation.
o Eosinophilia tinggi, peningkatan IgE level
o Biopsi nodus limf tidak dianjurkan
o Serologi (Inspesifik)
Sumber : https://www.mcdinternational.org/filariasis &
https://www.cdc.gov/dpdx/mansonellosis
Tata Laksana
1. Shampoo dengan kandungan obat anti Malassezia
2. Mencuci wajah berulang dengan sabun lunak
3. Asam salisilat atau sulfur  menipiskan skuama
4. Kortikosteroid topikal potensi sedang atau
Takrolimus/Pimekrolimus
5. Metronidazol topikal + siklopiroksolamin + talkasitol + benzoil
peroksida + salep litium suksinat 5%
6. Terapi UV-B + Itrakonazole 100 mg/hari (jika terapi konvensional
tidak membaik)
7. Prednisolon 30mg/hari  jika tidak membaik
Prognosis
• Self-limited dengan prognosis yang lebih baik pada infant
dibandingkan dengan pasien dewasa yang cenderung kronik
dan relaps
• Tidak ada bukti bahwa riwayat dermatitis seboroik pada masa
kecil bisa berulang saat dewasa

Anda mungkin juga menyukai