Anda di halaman 1dari 29

Mata Kuliah: Rekayasa Lingkungan

TEKNOLOGI PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR/AIR LIMBAH
DOSEN:

ADE WIDYA ISHARYATI, S.ST., M.ENG


2019

aisharyati@gmail.com
Pemantauan Kualitas Air

Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990


Golongan kualitas air berdasarkan peruntukannya:

a. Golongan A , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air


minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih
dahulu.
b. Golongan B , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku
air minum.
c. Golongan C , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan.
d. Golongan D , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik
tenaga air.
Tujuan Pemantauan Kualitas Air

Kualitas Air di Perairan: Kualitas Air pada saluran pembuangan limbah


industri dan badan air penerima limbah industri:
• Enviromental surveillance yakni tujuan
untuk mendeteksi dan mengukur pengaruh • Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair
yang ditimbulkan oleh suatu pencemar yang dihasilkan
terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui • Membandingkan kualitas limbah cair dengan
perbaikan kualitas lingkungan setelah baku mutu kualitas limbah industri, dan
pencemar tersebut dihilangkan. menentukan beban pencemaran menurut
• Establishing water-quality criteria yakni Kep.No.51/MEN-LH/10/1995
tujuan untuk mengetahui hubungan sebab • Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah
akibat antara perubahan variabel-variabel industri yang dioperasikan
ekologi perairan dengan parameter fisika dan • Memprediksi pengaruh yang mungkin
kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas ditimbulkan oleh limbah cair tersebut terhadap
air. komponen lingkungan lainnya.
• Appraisal of resources yakni tujuan untuk
mengetahui gambaran kualitas air pada suatu
tempat secara umum.
( Effendi,2003)
Pengelolaan Limbah Cair

1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah


tangga.
2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam
air. MEMENUHI SYARAT
3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-
vektor penyakit sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
TUJUAN 3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna
yang hidup di air di dalam penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang
menyebabkan penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

(Chandra,2006)
Pengolahan air limbah
A. Secara Alami
Pengolahan air limbah
secara alamiah dapat
dilakukan dengan
pembuatan kolam
stabilisasi.

Dalam kolam stabilisasi, air


limbah diolah secara alamiah
untuk menetralisasi zat-zat
pencemar sebelum air
limbah dialirkan ke sungai.
Kolam Anaerobik

limbah cair yang belum diolah sebelumnya masih mengandung banyak zat organik terlarut dan
bahan padatan yang mudah mengendap atau dapat dikatakan bahwa kecepatan pembebanan
organik &KPO masih sangat tinggi.

Proses Fisika: sedimentasi padatan di dalam air limbah menajdi sludge.


Proses Biokimia: proses degradasi senyawa organik di dalam lumpur dengan bantuan bakteri
anaerob untuk menghasilkan gas dan produk terlarut yang dibutuhkan di kolam selanjutnya

Proses penguraian sama dengan proses


penguraian alami.
Dibuat dengan kedalaman 2,5-5 m dengan
kemiringan 1:3. Waktu tinggal air limbah
selama 20-30 hari.
Luas untuk menampung air limbah satu
orang 1-3 m2, tergantung bebannya.
Kolam Fakultatif

memiliki kecepatan pembebanan organik yang lebih kecil


daripada KPO yang diterapkan di kolam anaerobik.
Kolam ini dibagi kedalam 2 lapisan, yaitu lapisan bawah
anaerobik dan lapisan atas aerobik. kemudian diantara
keduanya terdapat lapisan fakultatif.

Proses penguraian sama dengan proses


penguraian alami.
Dibuat dengan kedalaman 1,2-2,4 m dengan
kemiringan 1:3. Waktu tinggal air limbah
selama 5-10 hari.
Luas untuk menampung air limbah satu
orang 2-4 m2, tergantung bebannya.
Kolam Maturasi

• Kecepatan pembebanan organik


(KPO) pada kolam ini sangatlah
rendah.
• terjadi pembersihan terakhir air
limbah dari pencemar berupa padatan
tersuspensi, zat organik terlarut dan
yang utama adalah pengurangan
bakteri sebelum air limbah dibuang ke
badan air atau sungai.
Dibuat dengan kedalaman 30-45 cm
B. Secara Buatan

Dilakukan
pada Instalasi
Pengolahan
Air Limbah
(IPAL)
Preliminary & Primary treatment

Fungsi : untuk
memisahkan zat padat
dan zat cair dengan
menggunakan filter
(saringan) dan bak
sedimentasi.

Beberapa alat yang


digunakan adalah
saringan pasir lambat,
saringan pasir cepat,
saringan multimedia,
percoal filter,
mikrostaining, dan vacum
filter.
Penyaringan (Screening)

limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan


disaring menggunakan jeruji saring. Metode ini
disebut penyaringan. Metode penyaringan
merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar
dari air limbah.

Klasifikasi Screen
Pengolahan Awal (Pretreatment)

limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki


atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel
padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar.

Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit


chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga
partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki
sementara air limbah terus dialirkan untuk
proses selanjutnya.
Pengendapan (Sedimentation)

Setelah melalui tahap pengolahan awal,


limbah cair akan dialirkan ke tangki atau
bak pengendapan. Metode pengendapan
adalah metode pengolahan utama dan
yang paling banyak digunakan pada
proses pengolahan primer limbah cair.
Di tangki pengendapan, limbah cair
didiamkan agar partikel – partikel padat
yang tersuspensi dalam air limbah dapat
mengendap ke dasar tangki. Enadapn
partikel tersebut akan membentuk
lumpur yang kemudian akan dipisahkan
dari air limbah ke saluran lain untuk
diolah lebih lanjut. Selain metode
pengendapan, dikenal juga metode
pengapungan (Floation).
Pengapungan (Floation)

Fungsi : untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak.

Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat


yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara
berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara
tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan
lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat
disingkirkan
Secondary treatment

Proses pengolahan secara


biologis, yaitu dengan
melibatkan mikroorganisme
yang dapat mengurai/
mendegradasi bahan organik.
Mikroorganisme yang
digunakan umumnya adalah
bakteri aerob. Terdapat tiga
metode pengolahan secara
biologis yang umum digunakan
yaitu metode penyaringan
dengan tetesan (trickling filter),
metode lumpur aktif (activated
sludge), dan metode kolam
perlakuan (treatment ponds /
lagoons)
Metode Trickling Filter

bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi


bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan
media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau
plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m.
limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan
media dan dibiarkan merembes melewati media
tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik
yang terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh
bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar
lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah
penampung dan kemudian disalurkan ke tangki
pengendapan. Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami
proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat
tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan
yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah
lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan
atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih
diperlukan
Metode Activated Sludge

limbah cair disalurkan ke sebuah tangki


dan didalamnya limbah dicampur dengan
lumpur yang kaya akan bakteri aerob.
Proses degradasi berlangsung didalam
tangki tersebut selama beberapa jam,
dibantu dengan pemberian gelembung
udara aerasi (pemberian oksigen).

Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri


dalam mendegradasi limbah.
Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki
pengendapan untuk mengalami proses
pengendapan, sementara lumpur yang
mengandung bakteri disalurkan kembali
ke tangki aerasi. Seperti pada metode
trickling filter, limbah yang telah melalui
proses ini dapat dibuang ke lingkungan
atau diproses lebih lanjut jika masih
dperlukan.
Metode Treatment ponds/ Lagoons

merupakan metode yang murah namun


prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada
metode ini, limbah cair ditempatkan dalam
kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh
dipermukaan kolam akan berfotosintesis
menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut
kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk
proses penguraian/degradasi bahan organik
dalam limbah. Pada metode ini, terkadang
kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi
di kolam, limbah juga akan mengalami proses
pengendapan. Setelah limbah terdegradasi
dan terbentuk endapan didasar kolam, air
limbah dapat disalurka untuk dibuang ke
lingkungan atau diolah lebih lanjut.
Tertiary treatment/ Advanced Treatment

dilakukan jika setelah pengolahan primer dan


sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah
cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
masyarakat.

Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya


pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat
yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya
zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui
proses pengolahan primer maupun sekunder adalah
zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan
garam- garaman.

Contoh metode pengolahan tersier yang dapat


digunakan adalah metode saringan pasir, saringan
multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter,
penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi
dan mangan, dan osmosis bolak-balik
Desinfeksi (Desinfection)

Fungsi: untuk membunuh atau


mengurangi mikroorganisme
patogen yang ada dalam limbah cair.

Meknisme desinfeksi dapat secara


kimia, yaitu dengan menambahkan
senyawa/zat tertentu, atau dengan
perlakuan fisik.

• penambahan klorin (klorinasi),


• penyinaran dengan
ultraviolet(UV),
• ozon (Oз).
Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Endapan lumpur hasil pengolahan


limbah biasanya akan diolah
dengan cara diurai/dicerna secara
aerob (anaerob digestion),
kemudian disalurkan ke beberapa
alternatif, yaitu dibuang ke laut
atau ke lahan pembuangan
(landfill), dijadikan pupuk kompos,
atau dibakar (incinerated).
KARAKTERISTIK KUALITAS LIMBAH CAIR
DOMESTIK

KARAKTERISTIK KUANTITAS
LIMBAH CAIR DOMESTIK :
LEBIH KURANG 60 – 80 % DARI
RERATA PENGGUNAAN AIR
BERSIH (Sumber : Metcalf & Eddy Inc., 1988)
Baku mutu Air Limbah Industri

Anda mungkin juga menyukai