Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 4

CLARA MICHEL PRAKOSO (07)


FADILLA RIESTY (09)
FAIZ DZULFIKAR (10)
MUZHAFFAR HAMAS F. (23)
RAMADHANTIKA F. (26)
SUCI AISYAH H. H. (30)
THEODORA PRAMASITHA Y. (33)
TITANIA RIEFCHA A. (34)
GERAKAN REPUBLIK
MALUKU SELATAN
LATAR BELAKANG
• Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil, seorang mantan jaksa agung dari
Negara Indonesia Timur, tidak menyetujui terbentuknya NKRI dan tidak
menyetujui penggabungan daerah NIT kedalam wilayah kekuasaan NKRI.
Soumokil berusaha memisahkan wilayah Maluku Tengah dan NIT dari RIS.
• Para pejabat dan birokrat yang berasal dari daerah kemudian melakukan
provokasi terhadap masyarakat di daerah Ambon dimana mereka
mengatakan apabila penggabungan wilayah dari daerah Ambon masuk ke
dalam NKRI maka hal tersebut akan membawa lebih banyak bahaya yang
akan datang.
LATAR BELAKANG
• Pada tanggal 20 April 1950, diajukannya mosi tidak percaya terhadap
parlemen NIT sehingga mendorong kabinet NIT untuk meletakkan
jabatannya dan akhirnya kabinet NIT dibubarkan dan bergabung ke dalam
wilayah NKRI.
• Soumokil bersama para anggotanya tidak akan menyerah untuk
melepaskan Maluku Tengah dari wilayah Negara Kesatuan Republik
Indoneisa. Bahkan dalam perundingan yang berlangsung di Ambon
dengan pemuka KNIL beserta Ir. Manusaman, ia mengusulkan supaya
daerah Maluku Selatan dijadikan sebagai daerah yang merdeka
• Akhirnya, J. Manuhutu, kepala daerah di Maluku Selatan terpaksa hadir
pada rapat kedua di bawah ancaman senjata.
TUJUAN
• Melepaskan wilayah Maluku dari NKRI.
PERISTIWA
• Menjelang proklamasi RMS, Soumokil telah berhasil mengumpulkan
kekuatan dari masyarakat yang berada di Maluku Tengah.
• Sementara itu sekelompok orang yang menyatakan dukungannya terhadap
NKRI diancam dan dimasukkan ke penjara.
• Pada tanggal 25 April 1950, anggota RMS memprolakmasikan berdirinya
Republik Maluku Selatan dengan J.H Manuhutu sebagai presiden dan
Albert Wairisal sebagai perdana menteri.
• Para menterinya terdiri atas Mr. Dr. C. R. S. Soumokil, D.J. Gasperz, J. Toule,
S.J.H Norimarna, J.B Pattiradjawane, P.W Lokollo, H.F Pieter, A. Nanlohy, Dr.
Th. Pattiradjawane, Ir. J. A. Manusama, dan Z. Pesuwarissa
DAMPAK PEMBERONTAKAN
• Penyanderaan warga sipil
o 1975: perampasan kereta api dan penyanderaan 38
penumpang;
o 1978: penyanderaan ±70 warga sipil di gedung pemerintahan
Belanda di Assen-Wesseran
• Penangkapan aktivis RMS karena mengibarkan bendera RMS
o 2002: saat peringatan proklamasi RMS ke-15 dan pengibaran
bendera RMS, akibatnya 23 orang aktivis ditangkap
o Pengibaran bendera terus berlanjut hingga tahun 2004
• Pemberontakan RMS menyebabkan hilangnya persatuan dan kesatuan NKRI,
turunya stabilitas keamanan negara, rusaknya fasilitas negara, dan banyak
korban berjatuhan.
UPAYA PENUMPASAN
• Usaha damai yang dipimpin Dr. J. Leimena
o Ditolak oleh Soumokil
o Soumokil justru meminta bantuan, perhatian, dan pengakuan dari
negara lain (Belanda, Amerika Serikat, dan komisi PBB untuk
Indonesia).
• Ekspedisi militer dengan mengerahkan pasukan Gerakan Operasi Militer
(GOM) III yang dipimpin oleh Kolonel A. E. Kawilarang.
o 3 November 1950: Kota Ambon dapat dikuasai, tetapi dalam
perebutan Benteng Nieuw Victoria, Letnan
Kolonel Slamet Riyadi gugur.
o 12 November 1963: Soumokil berhasil ditangkap dan dihadapkan
pada Mahkamah Militer Luar Biasa dan
dijatuhi hukuman mati.
PEMBERONTAKAN
PRRI/PERMESTA
PENGERTIAN

Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan


PRRI) merupakan salah satu gerakan pertentangan antara pemerintah
daerah dengan pemerintah pusat (Jakarta) yang dideklarasikan pada tanggal
15 Februari 1958 dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang
dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein di Padang, Sumatera Barat,
Indonesia.
LATAR BELAKANG
• Gerakan ini bermula dari acara reuni Divisi Banteng di Padang pada
tanggal 20-25 November 1956. Dari pertemuan tersebut di hasilkan
perlunya Otonomi Daerah agar bisa menggali potensi dan kekayaan
Daerah dan disetujui pula pembetukan Dewan Banteng yang dipimpin
oleh Letkol Ahmad Husein komandan resimen IV dan tetorium I yang
berkedudukan di Padang. Namun upaya ini gagal.
• Pada tanggal 20 Desember 1956, Letkol Ahmad Husein merebut
kekuasaan Pemerintah Daerah dari Gubernur Ruslan Nuljohardjo.
Dalihnya Gubernur yang ditunjuk Pemerintah tidak berhasil menjalankan
pembangunan Daerah. Di samping itu di berbagai Daerah muncul pula
dewan-dewan lain yakni
LATAR BELAKANG
• Dewan Gajah di Sumatra Utara pimpinan Kolonel Maludin Simbolon (22
Desember 1956)
• Dewan Garuda di Sumatra Selatan pimpinan Letkol R. Barlian
(Pertengahan Januari 1957)
• Dewan Maguni di Sulawesi Utara pimpinan Letkol Ventje Sumual (17
Februari 1957)
• Dewan Banteng di Sumatra Barat pimpinan letkol Ahmad Husein (20
Desember 1956)
PERISTIWA
• Selanjutnya diadakan rapat raksasa di Padang. Letkol Ahmad Husein
selaku pimpinan mengeluarkan ultimatum yang isinya agar Kabinet
Juanda menyerahkan mandatnya kepada Presiden dengan waktu 5 X 24
jam dan Presiden diminta kembali kepada kedudukan konstitusionalnya.
• Ultimatum ini ditolak oleh Pemerintah Pusat, bahkan Ahmad Husein dan
kawan kawannya di pecat dari Angkatan Darat. Pada tanggal 15 Februari
1958 Letkol Ahmad Husein mengumumkan berdirinya Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia di Padang. Pemerintah tersebut
membuat Kabinet dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai Perdana
Menterinya
KABINET PRRI
• Mr. Sjafruddin Prawiranegara  Perdana Menteri merangkap Menteri Keuangan
• Mr. Assaat Dt. Mudo  Menteri Dalam Negeri
• Kol. Maludin Simbolon  Menteri Luar Negeri
• Prof. Dr. Soemitro D.  Menteri Perhubungan dan Pelayaran
• Muhammad Sjafei  Menteri PPK dan Kesehatan
• J.F. Warouw  Menteri Pembangunan
• Saladin Sarumpaet  Menteri Pertanian dan Perburuhan
• Muchtar Lintang  Menteri Agama
• Saleh Lahade  Menteri Penerangan
• Ayah Gani Usman  Menteri Sosial
• Kol. Dahlan Djambek  Menteri Pos dan Telekomunikasi
PERISTIWA
• Ultimatum yang dikeluarkan oleh ketua Dewan Banteng dalam kelompok
PRRI tidak ditanggapi oleh Kabinet Djuanda. Alhasil, KSAD Nasution
memecat Letnan Kolonel Ahmad Husein, Kolonel Simbolon, Kolonel
Dahlan Djambek, dan Kolonel Zulkifl Lubis. Karena mereka termasuk
kedalam kelompok pemberontakan tersebut.
• Pemberontakan PRRI ditumpas melalui jalan damai tetapi mengalami
kebuntuan. Kemudian, pemerintah terpaksa melakukan operasi militer
dengan tujuan menghancurkan kekuatan pemberontak dan mencegah
campur tangan asing. Seluruh operasi militer di Sumatera tersebut dapat
diakhiri setelah Ahmad Husein secara resmi menyerah pada tanggal 29
Mei 1958. Operasi penumpasan pemberontak Permesta sangat berat
karena persenjataan mereka yang modern serta bantuan dari pihak asing.
FAKTOR PENDUKUNG
• Berita proklamasi PRRI disambut dengan antusias oleh para tokoh masyarakat
Manado, Sulawesi Utara
• Karena kegagalan musyawarah dengan pemerintah :
1. Mereka mendukung PRRI
2. Mendeklarasikan Permesta
3. Memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat (Kabinet Juanda)
• Akibatnya, Pemerintah melakukan operasi militer untuk menindak pemberontak.
• Pemeberontokan mendapatkan dukungan secara diam-diam oleh Amerika Serikat
• AS ikut campur. Kekhawatiran jatuhnya Indonesia ke tangan komunis yang saat itu kian
menguat. Buktinya adalah ketika pesawat yang dikemudikan oleh pilot Allen Lawrence Pope
berhasil ditembak jatuh, ternyata pilot tersebut adalah pilot AS.
UPAYA PENUMPASAN
• Akhirnya, pemberontakan PRRI/Permesta baru dapat diselesaikan pada
bulan Agustus 1958.
• Pada tahun 1961 pemerintah membuka kesempatan bagi sisa-sisa anggota
Permesta untuk kembali Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai