Anda di halaman 1dari 70

PERATURAN DI BIDANG PANGAN

BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA

AMANKAN PANGAN
dan
BEBASKAN PRODUK
dari
BAHAN BERBAHAYA

BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA

Ir. David Simanjuntak, Msi.


Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan
PANGAN

PANGAN SEGAR PANGAN OLAHAN

RUMAH CATERING IRTP INDUSTRI


TANGGA RESTORAN
Bahan Pangan

• Bahan yang masih “hidup”


• Sangat mudah, hingga mudah rusak
• Berbagai penyebab kerusakan
KOMPOSISI BAHAN PANGAN

menentukan
sifat fisik,
kimia,
biologi,
Komponen utama :
maupun
atas air, protein,
fungsional
karbohidrat, lemak, teknologi
bahan
vitamin, serat dan
pangan
mineral Pangan yang
awet,
penampilan
menarik, aman,
enak, praktis
PANGAN
OLAHAN

KEMASAN
LABEL

1. PLASTIK 1. DALUARSA
2. ALUMIUM POIL 2. PERUSAHAAN
3. BOTOL 3. DLL
4. KARTUN
5. KALENG
Pangan
+ BTM KULIT
+ BAHAN
BERBAHAYA PERNAFASAN

Lambung Usus Besar, Usus 12 Jari

Darah Hati
Menguraikan PERUBAHAN
SEL
Jantung
Paru
KERACUNAN AKUMULASI KANKER
Organ lain
MAKANAN YANG SEHAT
(AMAN, BERMUTU BERGIZI)
KUALITAS Sejak dini
Nutrisi yang Sehat SDM
Bergizi dan Aman Sistematis

Berkelanjutan

KUALITAS BANGSA/
INVESTASI BANGSA

GENERASI
PENERUS BANGSA
7
AMAN KAH PANGAN YANG
KITA KONSUMSI ?

KEAMANAN PANGAN :

1. KIMIA
2. MIKROORGANISMA
3. FISIK
PANGAN

AMAN TIDAK AMAN

KERACUNAN

PERIKSA LABORATORIUM

BAWAAN PENAMBAHAN
PANGAN
PENAMBAHAN
1. SENGAJA
2. TIDAK SENGAJA

DIPROSES SECARA
HUKUM

DASAR HUKUM
PERATURAN YANG
BERLAKU
UU NO. 18, 2012 TENTANG PANGAN

UNDANG-UNDANG PANGAN TERDIRI DARI XVI


BAB

BAB I : KETENTUAN UMUM


PENGERTIAN
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan,
bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah Pangan
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia,
dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat
sehingga aman untuk dikonsumsi
Produksi Pangan adalah kegiatan atau
proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan,
mengemas, mengemas kembali,
dan/atau mengubah bentuk Pangan
Pangan Lokal adalah makanan yang
dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai
dengan potensi dan kearifan lokal.

Pangan Segar adalah Pangan yang belum


mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi
langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan
baku pengolahan Pangan.

Pangan Olahan adalah makanan atau minuman


hasil proses dengan cara atau metode tertentu
dengan atau tanpa bahan tambahan
Bahan Tambahan Pangan : Bahan yang ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara
lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal,
pemucat dan pengental.
Rekayasa Genetika dan Iradiasi Pangan : Rekayasa gentika
adalah suatu proses yang melibatkan pemindahan gen (pembawa
sifat) dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain yang berbeda
atau sama untuk mendapatkan jenis baru yang mampu
menghasilkan produk pangan yang lebih unggul.
Iradiasi Pangan adalah metoda penyinaran terhadap pangan baik
dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk
mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan serta
membebaskan pangan dari jasad renik patogen.
Kemasan Pangan : Bahan yang
digunakan untuk mewadahi
dan atau membungkus pangan,
baik yang bersentuhan
langsung dengan pangan
maupun tidak.
BAB II : ASAS, TUJUAN,
LINGKUP PENGATURAN
Psl 4. Penyelenggaraan Pangan bertujuan untuk:

a. meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara mandiri;


b. menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan
keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat;
c. mewujudkan tingkat kecukupan Pangan, terutama Pangan Pokok dengan
harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
d. mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat,
terutama masyarakat rawan Pangan dan Gizi;
e. meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas Pangan di pasar
dalam negeri dan luar negeri;
f. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang Pangan yang aman,
bermutu, dan bergizi bagi konsumsi
masyarakat;
g. meningkatkan kesejahteraan bagi Petani,
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku
Usaha Pangan; dan

h. melindungi dan mengembangkan kekayaan


sumber daya Pangan nasional.
BAB III : PERENCANAAN
Psl 7. Perencanaan Pangan harus memperhatikan:
a. pertumbuhan dan sebaran penduduk;
b. b. kebutuhan konsumsi Pangan dan Gizi;
c. daya dukung sumber daya alam, teknologi, dan
kelestarian lingkungan;
d. pengembangan sumber daya manusia dalam
Penyelenggaraan Pangan;
e. kebutuhan sarana dan prasarana Penyelenggaraan
Pangan;
f. potensi Pangan dan budaya lokal;
g. rencana tata ruang wilayah; dan
h. rencana pembangunan nasional dan daerah.
BAB IV : KETERSEDIAAN PANGAN
Pasal 12
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas
Ketersediaan Pangan.
(4) Penyediaan Pangan diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan dan
konsumsi Pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan
secara berkelanjutan.
5) Untuk mewujudkan Ketersediaan Pangan melalui Produksi Pangan
dalam negeri dilakukan dengan:
a. mengembangkan Produksi Pangan yang bertumpu pada sumber daya,
kelembagaan, dan budaya lokal;
b. mengembangkan efisiensi sistem usaha Pangan;
c. mengembangkan sarana, prasarana, dan teknologi untuk produksi,
penanganan pascapanen, pengolahan, dan penyimpanan Pangan;
d. membangun, merehabilitasi, dan mengembangkan prasarana Produksi
Pangan;
e. mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif; dan
f. membangun kawasan sentra Produksi Pangan.
BAB V : KETERJANGKAUAN PANGAN

PSL 46.

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


jawab dalam mewujudkan keterjangkauan Pangan bagi
masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan.
(2) Dalam mewujudkan keterjangkauan Pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan
Pemerintah Daerah melaksanakan kebijakan Pemerintah di
bidang:
a. distribusi;
b. pemasaran;
c. perdagangan;
d. stabilisasi pasokan dan harga Pangan Pokok; dan
e. Bantuan Pangan.
BAB VI : KONSUMSI PANGAN

Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban


meningkatkan pemenuhan kuantitas dan kualitas konsumsi
Pangan masyarakat melalui:
a. penetapan target pencapaian angka konsumsi Pangan per
kapita pertahun sesuai dengan angka kecukupan Gizi;
b. penyediaan Pangan yang beragam, bergizi seimbang,
aman, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat; dan
c. pengembangan pengetahuan dan kemampuan masyarakat
dalam pola konsumsi Pangan yang beragam, bergizi
seimbang, bermutu, dan aman.
BAB VII : KEAMANAN PANGAN

PSL 67

(1) Keamanan Pangan diselenggarakan untuk menjaga


Pangan tetap aman, higienis, bermutu, bergizi, dan tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat.

(2) Keamanan Pangan dimaksudkan untuk mencegah


kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia.
BAB VIII : LABEL & IKLAN

LABEL PANGAN

PSL 96

(1) Pemberian label Pangan bertujuan untuk memberikan


informasi yang benar dan jelas kepada masyarakat
tentang setiap produk Pangan yang dikemas sebelum
membeli dan/atau mengonsumsi Pangan.

(1) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terkait


dengan asal, keamanan, mutu, kandungan Gizi, dan
keterangan lain yang diperlukan.
BAB IX : PENGAWASAN
PSL 108

(1) Dalam melaksanakan Penyelenggaraan Pangan,


Pemerintah berwenang melakukan pengawasan.

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan terhadap pemenuhan:
a. ketersediaan dan/atau kecukupan Pangan Pokok yang
aman, bergizi, dan terjangkau oleh daya beli
masyarakat; dan
b. persyaratan Keamanan Pangan, Mutu Pangan, dan
Gizi Pangan serta persyaratan label dan iklan Pangan.
BAB X : SISTEM INFORMASI
PANGAN
PSL 114

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban membangun, menyusun, dan


mengembangkan sistem informasi Pangan yang terintegrasi.
(2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit digunakan
untuk:
a. perencanaan;
b. pemantauan dan evaluasi;
c. stabilitas pasokan dan harga Pangan; dan
d. sistem peringatan dini terhadap Masalah Pangan serta kerawanan Pangan dan
Gizi.
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban
mengumumkan harga komoditas Pangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengumuman harga komoditas Pangan diatur
dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan.
BAB XI : PENELITIAN &
PENGEMBANGAN PANGAN
Pasal 117

Penelitian dan pengembangan Pangan dilakukan


untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pangan serta menjadi dasar dalam merumuskan
kebijakan Pangan yang mampu meningkatkan
Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan
Ketahanan Pangan.
BAB XII : KELEMBAGAAN
PANGAN

Pasal 126
Dalam hal mewujudkan Kedaulatan Pangan,
Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan
nasional, dibentuk lembaga Pemerintah yang
menangani bidang Pangan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
 BADAN KETAHANAN PANGAN
BAB XIII : PERAN SERTA
MASYARAKAT

Pasal 130

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam mewujudkan


Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan
Pangan.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilakukan dalam hal:

a. pelaksanaan produksi, distribusi, perdagangan, dan


konsumsi Pangan;
LANJUTAN

b. penyelenggaraan Cadangan Pangan Masyarakat;


c. pencegahan dan penanggulangan rawan Pangan dan
Gizi;
d. penyampaian informasi dan pengetahuan Pangan dan
Gizi;
e. pengawasan kelancaran penyelenggaraan Ketersediaan
Pangan, keterjangkauan Pangan, Penganekaragaman
Pangan, dan Keamanan Pangan; dan/atau
f. peningkatan Kemandirian Pangan rumah tangga
BAB XIV : PENYIDIKAN
PSL 132

(1)Selain pejabat polisi negara Republik Indonesia, pejabat


pegawai negeri sipil tertentu yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang Pangan diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
dalam tindak pidana di bidang Pangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Hukum
Acara Pidana.

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau


keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang
Pangan;
LANJUTAN

b. melakukan pemanggilan terhadap seseorang untuk


didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau sebagai saksi
dalam tindak pidana di bidang Pangan;
c. melakukan penggeledahan dan penyitaan terhadap
barang bukti tindak pidana di bidang Pangan;
d. meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau
badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang
Pangan;
e. membuat dan menandatangani berita acara;
f. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup
bukti tentang adanya tindak pidana di bidang Pangan; dan
g. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang Pangan
BAB XV : KETENTUAN PIDANA

PSL 136
Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk
diedarkan yang dengan sengaja menggunakan:
a. bahan tambahan Pangan melampaui ambang batas
maksimal yang ditetapkan; atau
b. bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan
tambahan Pangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) dipidana


dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
Pasal 138

Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan


untuk diedarkan, yang dengan sengaja
menggunakan bahan apa pun sebagai Kemasan
Pangan yang dapat melepaskan cemaran yang
membahayakan kesehatan manusia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
Pasal 139
Setiap Orang yang dengan sengaja membuka kemasan
akhir Pangan untuk dikemas kembali dan
diperdagangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun atau denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
Pasal 141
Setiap Orang yang dengan sengaja memperdagangkan
Pangan yang tidak sesuai dengan Keamanan Pangan
dan Mutu Pangan yang tercantum dalam label Kemasan
Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah)
Pasal 142
Pelaku Usaha Pangan yang dengan sengaja tidak memiliki
izin edar terhadap setiap Pangan Olahan yang dibuat di
dalam negeri atau yang diimpor untuk diperdagangkan
dalam kemasan eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
91 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah).

Pasal 143 Setiap Orang yang dengan sengaja menghapus,


mencabut, menutup, mengganti label, melabel kembali,
dan/atau menukar tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa
Pangan yang diedarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
99 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah).
UNDANG – UNDANG N0 36
TAHUN 2009 TENTANG
KESEHATAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah
satu unsur kesejahteraan yangharus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalamPancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Pasal 110

Setiap orang dan/atau badan hukum yang


memproduksi dan mempromosikan produk
makanan danminuman dan/atau yang diperlakukan
sebagai makanan dan minuman hasil olahan
teknologi dilarangmenggunakan kata-kata yang
mengecoh dan/atau yang disertai klaim yang tidak
dapat dibuktikan
kebenarannya.
Pasal 111
(1) Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk
masyarakat harus didasarkan pada standar
dan/atau persyaratan kesehatan.
(2) Makanan dan minuman hanya dapat diedarkan setelah
mendapat izin edar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib
diberi tanda atau label yang berisi:
a. Nama produk;
b. Daftar bahan yang digunakan;
c. Berat bersih atau isi bersih;
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukan makanan dan minuman
kedalam wilayah Indonesia; dan
e. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa
SANKSI TENTANG PELANGGARAN
KEAMANAN PANGAN DALAM
UNDANG-UNDANG KESEHATAN
TIDAK DIATUR
PERMENKES 33 TAHUN 2012
TENTANG BAHAN TAMBAHAN
PANGAN

Pengawet (Presentativel adalah bahan tambahan pangan untuk


mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman,
Penguraian, dan pengrusakan lainnyya terhadap pangan yang
disebabkan oleh mikroorganisme.

1. Kalium hidrogen karbonat (Potassiunt hidrogen carbonate)


s0I6i)
2. Amonium karbonat so3(i)
BAHAN YANG DIIARANG DIGUNAKAN SEBAGAI
BTP

1. Asam borat dan senyawanya (Boricacid)


2. Asam salisilat dan garamnya ( acid and, its salt/
3. Dietilpirokarbonat (Dethylpgrocarbo nate, DEpC)
4. Dulsin
5. Formalin
6. Kalium bromat (potassiurn brcmate)
7. Kalium ldorat (potassiuzlt cltlotfie)
8. Kloramfenikol (Cltlommplwnicot)
naad ueget;ile oits)
LANJUTAN

9. Nitrofu razon (Nitrofurazone)


10. Dulka+ara (Dtlcamam)
11. Kokain (Comine)
12. Nitrobenzen (Nitrcbenzatw)
13. Sinamil arrtrarlilat /Ct nnamgl anttvanitate)
14. Dihidro safr ol (Dihg dros afrote)
15. Biji tonka (lontea bean)
16. Minyak kala:nus (Calamus oit)
17. Minyat< tansi fiansy oill
18. Minyak sasafras (Sasa"ftas oill
19. Minyak nabati yg bromisasi
Permenkes Rl No.239/MENKES/PER/V/85
tentang Zat Warna Berbahaya

• Auramine* • Fast Yellow AB • Orange GGN


• Alkanet • Guinea Green B* • Orange RN
• Butter Yellow* • Indanthrene • Orchid and
• Black 7984 Blue RS Orcein
• Burn Umber • Magenta* • Ponceau 3R*
• Chrysoidine* • Metanil Yellow* • Ponceau SX*
• Crysoine • Oil Orange SS* • Ponceau 6R
• Citrus Red No.2* • Oil Orange XO* • Rhodamin B*
• Chocolate • Oil Orange AB* • Sudan I*
Brown FB • Oil Yellow OB* • Scarlet GN
• Fast Red E • Orange G • Violet 6B

45
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan
Konsumen;
TANGGUNGJAWAB KEAMANAN PANGAN

• Pemerintah
- Menyusun peraturan di bidang pangan
- Memberikan masukan dan bimbingan
pada pelaku usaha
- Edukasi masyarakat tentang keamanan
pangan
- Melakukan pengumpulan informasi
dan penelitian keamanan pangan
- Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
terkait dengan bidang kesehatan
• Konsumen
- Memperoleh informasi tentang keamanan pangan
- Berperilaku selektif dalam memilih produk
- Melaksanakan praktek penanganan pangan secara baik dan benar
- Membangun partisipasi masyarakat
- Membangun kelompok konsumen yang aktif

• Pelaku Usaha
- Cara yang baik dalam pengolahan, penyimpanan dan distribusi
pangan
- Pengendalian dan jaminan mutu pangan olahan
- Teknologi dan pengolahan pangan
- SDM pangan yang profesional dan terlatih
- Pelabelan yang informatif dan pendidikan konsumen
LABEL PANGAN

Label pangan wajib mencantumkan antara lain :


• Nama Produk
• Bahan yang digunakan
• Berat bersih atau isi bersih
• Nama dan Alamat produsen atau importer
• Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa.

Jika menggunakan BTM wajib mencantumkan :


– Tuliasn “Bahan Tambahan Makanan atau Food Additive
– Nama BTM
– Nama Golongan BTM
– Nomor Pendaftaran Produsen
– Nomor Pendaftaran Produk, untuk BTM yang harus didaftarkan.
HAK KONSUMEN

• Hak atas kenyamanan, keamanan dan


keselamatan dalam menggunakan atau
memanfaatkan dan mengkonsumsi barang;
• Hak untuk didengar pendapat atau keluhan
atas barang yang digunakan;
• Hak untuk informasi yang jelas dan
transparan atas barang;
KEWAJIBAN KONSUMEN
Kewajiban konsumen adalah:

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur


pemakaian atau pemanfaatan barang
dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang


dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan


konsumen secara patut.
HAK PELAKU USAHA
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai
tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa
konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak
diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kewajiban pelaku usaha adalah:
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa
tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. memberi kmpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang

diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian .


PEMBERDAYAAN KONSUMEN
Gerakan Konsumen Cerdas (Koncer)

• Pelaku Usaha Bertanggung


Jawab Atas Produknya
• Produk Barang atau Jasa di
Pasar Dalam Negeri Memenuhi
Persyaratan K3L
TELITI SEBELUM • PELAJAR • Pelaku Usaha berhati hati
MEMBELI • PKK Dalam Menjalankan
PERHATIKAN LABEL •KARANG TARUNA Usahanya
DAN MASA
KEDALUARSA • KELUARGA
PASTIKAN PRODUK
BERTANDA JAMINAN
• TOKOH
SNI MASYARAKAT
BELI SESUAI
KEBUTUHAN BUKAN
KEINGINAN

57
Tanggung jawab pelaku usaha pangan :
• Bertanggung jawab atas keamanan pangan yang
diproduksi terhadap kesehatan orang lain yang
mengkonsumsi pangan tersebut. (UU No.7/1996)
• Bertanggung jawab memberi ganti rugi, jika
terbukti konsumen tergganggu kesehatannya atau
meninggal. (UU No.7/1996)
• Menjamin mutu barang yang diproduksi dan atau
diperdagangkan sesuai standar mutu yang berlaku.
(UU No. 8/1999)
PERATURAN/KEPUTUSAN MENTERI

Peraturan Perundang-undangan di bidang pangan yang telah


ditetapkan antara lain :

1. Produksi dan Peredaran Pangan


• Permenkes RI No. 329/MenKes/Per/XII/76 tentang Produksi
dan Peredaran Makanan
• Keputusan Menkes RI No. 23/MenKes/SK/I/78 tentang
Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Makanan
• Keputusan DirJen POM No. 026665/B/SK/VIII/91 tentang
Cara Produksi Makanan Bayi dan Anak
2. Pendaftaran Pangan
• Permenkes RI No. 382/MenKes/Per/IV/89 tentang Pendaftaran
Makanan
• Keputusan Dirjen POM No. 02608/B/VIII/1987 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Permenkes No. 382, yang menetapkan tata cara
untuk mendaftarkan makanan
• Instruksi Dirjen POM No. HK.00.06.1.00121 tentang Pendaftaran
OT, Suplemen Makanan dan Pengendalian Periklanannya
3. Label dan Periklanan Pangan
• Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 1999 tentang Label Dan Iklan
Pangan
• Permenkes RI No. 79/MenKes/Per/III/78 tentang Label dan
Periklanan Makanan
• Keputusan Dirjen POM No. 02240/B/SK/VII/91 tentang
Pedoman Persyaratan Mutu Serta Label dan Periklanan Makanan
4. Bahan Tambahan Pangan
Permenkes RI No. 33 Than 2012 tentang Bahan Tambahan
Makanan
Keputusan Dirjen POM No.02592/B/SK/VIII/91 tentang
Penggunaan Bahan Tambahan Makanan
Keputusan Dirjen POM No. 02593/B/SK/XII/91 tentang Tata Cara
Pendaftaran Produsen Keputusan Dirjen POM No dan Produk
Bahan Tambahan Makanan
Keputusan Dirjen POM No. 02594/B/SK/VIII/91 tentang Impor
Bahan Tambahan Makanan
Keputusan Dirjen POM No. 01415/B/SK/IV/91 tentang Tanda
Khusus Pewarna Makanan
Permenkes RI No. 208/MenKes/Per/IV/85 tentang Pemanis
Buatan
Permenkes RI. No. 239/MenKes/Per/V/85 tentang Zat Warna
Tertentu yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya
Keputusan Dirjen POM No. 00386/C/SK/II/90 tentang
Perubahan Lampiran Permenkes No. 239
5. Minuman Beralkohol
• Keputusan Presiden No.3 Tahun 1997 tentang Pengawasan
dan Pengendalian Minuman Beralkohol
• Keputusan Menkes RI No. 282/MenKes/SK/II/1998 tentang
Standar Mutu Produksi Minuman Beralkohol
• Keputusan Menperindag No. 359/MPP/Kep/10/1997 tentang
Pengawasan dan Pengendalian Produksi Impor, Pengedaran
dan Penjualan Minuman Beralkohol.
6. Penganti Air Susu Ibu (PASI)
Permenkes RI 273/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran
Pengganti Air Susu Ibu
Keputusan Dirjen POM No. 02664/91 tentang Persyaratan Mutu
Penganti Air Susu Ibu
Keputusan Dirjen POM No. 02665/91 tentang Cara Produksi
Makanan Bayi dan Anak
7. Garam Beryodium
• Permenkes RI No.110/Menkes/Per/XI/75 tentang Iodisasi
Garam Konsumsi
• Keputusan Menkes RI No. 165/Menkes/Per/SK/II/86 tentang
Persyaratan Garam Beryodium
• Surat Keputusan Dirjen POM No. 02942/B/SK/IX/1986
tentang Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengawasan Mutu Garam
Beryodium di Tingkat Distribusi/Konsumen
8. Makanan Iradiasi
• Ketentuan mengenai makanan iradiasi telah diatur pada
Undang-undang tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah
sebagai pelaksanaannya.
• Permenkes RI No. 826/Menkes/Per/XII/76 tentang Makanan
Iradiasi

9. Makanan Impor
• Keputusan Menkes RI No. 00474?B/II/87 tentang Keharusan
Menyertakan Sertifikat Kesehatan dan Sertifikat Bebas Radiasi
Untuk Makanan Impor
10. Ikan
• Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990 tentang Penyederhanaan
Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar dan Ikan Beku Untuk
Ekspor
• Keputusan Menkes RI No. 397/Menkes/SK/VIII/1990 tentang
Pelaksanaan Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri
Kesehatan dan Menteri Perdagangan
11. Batas Maksimum Cemaran
• Keputusan Dirjen POM No. 03726/B/SK/VII/89 tentang
Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Makanan
• Keputusan Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/89 tentang
Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan
12. Makanan Kadaluarsa
• Permenkes RI No. 180/Menkes/Per/IV/85 tentang
Makanan kadaluarsa
• Surat Keputusan Dirjen POM No. 01323/B/SK/1985
tentang Petunjuk Pelaksanaan Permenkes RI No. 180
• Surat Keputusan Dirjen POM No. 02591/B/SK/VIII/91
tentang Perubahan Lampiran Permenkes RI No. 180

Anda mungkin juga menyukai