Kelompok 1
Jurnal 1
Judul Jurnal : MANAJEMEN KASUS LANSIA DEMENSIA KONFUSI KRONIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
MODEL ADAPTASI
Jurnal : Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Volume dan Halaman : Volum 2, No 1 Halaman 25-40
Tahun : 2019
Penulis : Missesa1, Novy Helena Catharina Daulina2, Yossie Susanti Eka
Tujuan Penelitian : Tujuan karya ilmiah akhir ini melaporkan penerapan manajemen kasus spesialis keperawatan
jiwa terhadap lansia konfusi kronis di ruang Saraswati RSMM Bogor dengan pendekatan Model Adaptasi Roy
melalui intervensi keperawatan jiwa secara generalis, terapi kelompok Reminiscence dan Family
Psychoeducation (FPE).
Subjek Penelitian : Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Metode Penelitian : Proses keperawatan jiwa pada lansia demensia dengan
konfusi kronis terdiri dari 5 (lima) langkah kegiatan, yaitu proses pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan. Model Adaptasi Roy memandang manusia
sebagai sistem yang adaptif dan holistik maka pengkajian yang dilakukan
harus konfrehensif diawali pengkajian stimulus, baik dari lingkungan internal
dan eksternal, proses koping sesuai dengan adaptasi mode.
Hasil : Distribusi karakteristik lansia dengan konfusi kronis pada Tabel 1
menunjukkan bahwa lansia usia 60 – 64 tahun lebih banyak yakni 6 orang
(50%), berjenis kelamin perempuan 8 orang (66,7%), tingkat pendidikan
rendah setara SD memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu 6 orang (50%).
Klien sebagian besar riwayat pekerjaaan yaitu tidak bekerja (ibu rumah
tangga dan geladangan) 5 orang (41,7%). Sebagian besar status perkawinan
klien yaitu janda/duda 7 orang (58,3%),belum menikah yaitu 2 orang
(16,7%). Frekuensi masuk RS (dirawat) 1 x adalah 7 orang (58,3%). Lansia
yang tidak memiliki pengasuh (caregiver) ada 2 orang (16,7%), sebagian
besar menganut agama Islam yaitu 10 orang (83,3%) dan Sunda adalah suku
bangsa terbanyak yaitu 9 orang (75%)
• Kesimpulan : Hasil evaluasi pelaksanaan terapi Kelompok Reminiscence dan
Family Psycoeducation (FPE) yang memberikan efek positif pada klien dan
keluarga yaitu penurunan tanda dan gejala, peningkatan kemampuan klien
dan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah konfusi kronis.
Terapi generalis dan Reminiscence tepat diberikan pada lansia demensia
dengan diagnosa keperawatan konfusi kronis yang dominan tanda dan
gejala pada aspek sosial. Terapi generalis, Reminiscence dan FPE tepat
diberikan pada lansia demensia dengan diagnosa keperawatan konfusi
kronis yang dominan tanda dan gejala pada aspek afektif.
Jurnal 2
Judul Jurnal : STUDI KORELASI DEMENSIA DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN
LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING
Jurnal : Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto, STIKES Dian Husada
Mojokerto
Volume dan Halaman : Halaman 41-48
Tahun :
Penulis : Ninik Murtiyani1), Reny Haryani2)
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan
antara demensia dengan ketergantungan dalam pemenuhan Activities of Daily
Living (ADL).
Subjek Penelitian : Jurnal Keperawatan
Metode Penelitian : Desain penelitian ini menggunakan desain Non –
Experimental (penelitian analitik korelasi) karena bertujuan untuk
menjelaskan suatu hubungan demensia dengan tingkat ketergantungan
dalam pemenuhan Activities of Daily Living (ADL) pada lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan di Pandaan. Pendekatan yang
digunakan adalah analitik Cross Sectional, dimana subjek penelitian ini
adalah lansia dengan demensia dan lansia dengan ketergantungan dalam
pemenuhan Activities of Daily Living (ADL) yang diukur pada saat bersamaan.
Populasi target pada penelitian ini adalah 107 lansia dan populasi terjangkau
sebanyak 38 lansia yang ditentukan dengan kriteria penelitian. Besar sampel
dari penelitian ini sebanyak 34 lansia demensia dengan ketergantungan
Activities of Daily Living (ADL). Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan Probability Sampling dengan teknik Simple Random Sampling.
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Demensia
dan Activities of Daily Living (ADL).
Hasil Penelitian :
• Berdasarkan tabel 1 hampir setengahnya usia lansia berumur 60-68 tahun ada 13 responden (38,2%).
• Berdasarkan tabel 2 setengahnya lansia yang menempuh pendidikan dasar sebanyak 17 responden (50%)
dan sebagian kecil lansia menempuh pendidikan menengah sebanyak 8 responden (23,5%).
• Berdasarkan tabel 3 sebagian besar lansia beragama islam ada 25 responden (73,5%) dan sebagian kecil
beragama kristen 2 responden (5,9%)
• Berdasarkan tabel 4 sebagian besar dari lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 responden (61,8%)
dan sebagian kecil laki-laki sebanyak 13 responden (38,2%).
• Berdasarkan tabel 5 hampir setengahnya lansia berasal dari pasuruan sebanyak 10 responden (29,4%) dan
sebagian kecil dari lain-lain sebanyak 2 responden (5,9%).
•
• Berdasarkan tabel 6 hampir setengahnya lansia mengalami gangguan kognitif sedang sebanyak 15
responden (44,1%), dan sebagian kecil tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 6 responden (17,6%).
•
• Berdasarkan tabel 7 hampir setengahnya lansia mengalami ketergantungan moderat sebanyak 16 responden
(47,1%), dan sebagian kecil mengalami ketergantungan berat sebanyak 5 lansia (14,7%).
• Hasil tabulasi silang pada tabel 8 dari 34 responden menunjukkan sebagian besar responden (44,1%) yaitu
sebanyak 15 responden mengalami gangguan kognitif sedang dan mengalami ketergantungan moderat
sebanyak 10 responden (62,5%).
• Dari tabel 9 diatas diketahui bahwa N atau jumlah data penelitian adalah 34, nilai signifikan antara Demensia
dengan Ketergantungan ADL dengan Uji korelasi dari Spearman didapatkan value = 0.022, < maka H0 ditolak
dan H1 diterima yang artinya bahwa ada hubungan antara Demensia dengan Ketergantungan ADL. Kekuatan
hubungan dari data di atas adalah 0,393 yang berarti interpretasi koefisien korelasi rendah.
Kesimpulan :
Dibutuhkan peran keluarga sebagai support system dalam menjaga serta membantu
memenuhi kebutuhan dasar manusia pada lansia demensia oleh keluarga di
posyandu lansia kelurahan tembalang. Bagi keluarga sebaiknya membantu serta
memberikan dukungan kepada lansia agar masing-masing kebutuhan dapat
terpenuhi, misal untuk pemenuhan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan, dapat
dilakukan dengan cara keluarga lebih memperhatikan kondisi lingkungan yang aman
untuk lansia, untuk kebutuhan aktualisasi diri keluarga dapat memantau
perkembangan aktualisasi diri
Jurnal 5
Metode penelitian yang di gunakan yaitu deskriptif analitik dengan rancangan cross
sectional yaitu suatu penelitian yang diukur secara simultan, sesaat atau satu kali
saja dalam satu kali waktu (Setiadi, 2013). Tempat Penelitian telah dilakukan di desa
Tumpaan Baru Kecamatan Tumpaan Amurang Minahasa Selatan. Waktu penelitian
dilaksanakan pada tanggal 28 November - 9 Desember 2016. Populasi dalam
penelitian ini adalah lansia di desa Tumpaan Baru Kecamatan Tumpaan Amurang
Minahasa Selatan. sampel dalam penelitian ini yaitu 71 responden. Sampel diambil
dengan teknik pengambilan purposive sampling. Instrument penelitian yang
digunakan, yaitu kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner Mini Mental State
Examination (MMSE). Prosedur pengolahan data yang dilakukan melalui tahap
editing, coding, entry data dan cleaning dan data dianalisis melalui prosedur analisis
univariat dan analisis bivariat dengan menggunkan uji pearson chi-square dengan
tingkat kemaknaan 95 % (α ≤ 0,05) yang berarti bahwa p < 0,05. Etika dalam
penelitian ini sebagai berikut: peneliti melakukan beberapa hal yang berhubungan
dengan informed Consent (lembar persetujuan), anonimit dan confidentially
Hasil :
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di Puskesmas Tumpaan Kecamatan Tumpaan data
cakupan pelayanan kesehatan lanjut usia menurut jenis kelamin di Puskesmas Tumpaan tahun 2015
didesa Tumpaan Baru sebanyak 170 lansia berjenis kelamin laki-laki dan 187 lansia berjenis kelamin
perempuan dengan jumlah lansia didesa Tumpaan Baru sebanyak 357 jiwa lansia dan lansia yang
memperoleh pelayanan kesehatan hanya sebanyak 172 jiwa lansia. Berdasarkan hasil wawancara
singkat yang dilakukan peneliti dengan salah satu lansia perempuan di desa Tumpaan Baru, terdapat
indikasi beresiko demensia, dimana tidak dapat menyebutkan tanggal dan kesulitan mengeja kata
dunia dari akhir keawal. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti saat berada di puskesmas
Tumpaan di poli lansia, dari 9 orang lansia yang datang berobat ke poli lansia, 7 orang lansia datang ke
puskesmas tanpa di dampingi keluarga, dan berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan
salah satu lansia yang tinggal di desa Tumpaan Baru lansia tersebut sudah janda, Ia tinggal dirumah
bersama anaknya yang sudah berkeluarga, dikarenakan anaknya sibuk bekerja, Ia selalu datang
kepuskesmas seorang diri tanpa didampingi keluarga. Dari hasil observasi diatas dan dengan latar
belakang jumlah lansia yang diperkirakan semakin tinggi di masa depan dan secara otomatis juga
akan diikuti dengan meningkatnya angka kejadian demensia sebagai salah satu dampak dari proses
penuaan.
Kesimpulan :