Anda di halaman 1dari 37

FRAKTUR MANDIBULA

Moch. Affandi, drg.,Sp.BM.

BAGIAN BEDAH MULUT & MAKSILOFASIAL


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
PENDAHULUAN
• # mandibula urutan ke-2 # tlg wajah setelah #
nasal. Urutan ke-10 # seluruh tubuh  karena
mrp. Bag. Menonjol dr wajah, bentuk spt busur
panah tipis, tempat perlekatan otot
pengunyahan shg pergerakan aktif.
• # mandibula dpt tjd krn trauma (sebab utama)
atau proses patologis.
• Akibat # rahang resiko ringan: keretakan tlg.
Alveolar, kegoyangan gigi. Resiko terberat:
cacat seumur hidup, tergantung lokasi, jenis,
dan macam fraktur dan KU pasien.
Klasifikasi Fraktur Mandibula
A. Archer (1975)
1. Single fracture fraktur satu tempat pd tulang, pd
mandibula sering di ramus vertikal dan body. Terutama
bila ada M3 impaksi, pd foramen mentalis, leher
kondilus.
2. Multiple fracture terjadi dua atau lebih tempat pd
tulang. Lebih sering ditemukan, umumnya bilateral.
Bila fraktur tjd pd leher kondilus di satu sisi biasanya
diikuti oleh # foramen mentalis sisi berlawanan. Bila tjd
pd foramen mentalis di satu sisi kemungkinan tjd pd
sudut yg dibentuk oleh ramus dan body pd sisi
berlawanan atau pd leher kondilus.
Klasifikasi Fraktur Mandibula
Archer (1975)
3. Simple fracture menyebabkan patahnya struktur tlg tp tdk
menyebabkan laserasi pd rongga mulut atau permukaan luar
muka. Sering ditemukan pd ramus mandibula.

4. Compound fracture selain menyebabkan patahnya struktur


tlg. Juga menyebabkan laserasi dr mukosa oral atau kulit
muka. Umumnya tjd sebelah anterior sudut mandibula.

5. Comminuted fracture menyebabkan tlg terpecah mjd


beberapa segmen/bagian, sering tjd pd simpisis mandibula.

6. Complicated fracture menimbulkan komplikasi lain pd


wajah & tulang kepala, ditandai perubahan tempat dr fragmen
tulang juga melibatkan jaringan lunak
Klasifikasi Fraktur Mandibula
B. Kruger (1984)
1. Simple fracture Tlg patah scr komplit tetapi tdk terbuka ke
luar dgn atau tdk adanya perubahan tempat.

2. Greenstick fracture satu sisi dr tlg patah sedang sisi


lainnya melengkung, kdg sulit didiagnosa hrs dibandingkan
dgn gambaran radiologi dr tanda anatomi yg normal. Sering
tjd pd anak-anak krn mudah melengkung daripada patah.

3. Compound fracture menyebabkan bagian luar terbuka shg


mudah terinfeksi. Rahang yg bergigi mrp bag. yg tdk
menguntungkan , bagian yg lebih mudah patah bl terkena
trauma dan umumnya menimbulkan fraktur terbuka.

4. Comminuted fracture menyebabkan tulang pecah mjd bbrp


bagian, dpt simple atau compound.
Klasifikasi Fraktur Mandibula
C.Fry dkk. membagi # mandibula berdasarkan arah
garis fraktur, dibagi mjd fraktur menguntungkan dan
fraktur tdk menguntungkan.

1.Dilihat dr arah horisontal dibagi:


a)Fraktur horisontal yg tdk menguntungkan
b)Fraktur horisontal yg menguntungkan

2.Dilihat dr arah vertikal


a)Fraktur vertikal yg tdk menguntungkan
b)Fraktur vertikal yg menguntungkan
Etiologi
Fraktur mandibula dpt berasal dr:

A. Faktor luar (exiting cause) oleh krn trauma mekanis sbg


akibat benturan dgn benda lain, misal:
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Perkelahian
3. Olah raga
4. Kecelakaan kerja
5. Jatuh, tertembak, dsb.

B. Faktor dr dalam (predisposing factor), misal:


1. Kontraksi otot pengunyahan yg kuat scr mendadak
2. Kondisi dr tulang misal pd usia lanjut atau pd anak-anak, gigi
impaksi. Adanya keadaan patologis pd tulang misal
osteoporosis, osteomyelitis, tumor, kista.
Gejala & Tanda-Tanda Fisik
Tanda-tanda fisik yg menyertai fraktur mandibula
mempunyai ciri tersendiri yg dpt membantu dlm menegakkan
diagnosa sebelum pemeriksaan radiologi dilakukan, seperti:
A. Riwayat trauma harus selalu ada, utk membedakan dgn
fraktur patologis.
B. Maloklusi, mrp tanda utama adanya kelainan pd mandibula.
C. Pergerakan yg tdk normal dr mandibula dgn bimanual
palpasi menunjukkan adanya fraktur rahang.
D. Rasa sakit yg timbul, bila mandibula digerakkan atau palpasi
pd muka sering mrpk tanda yg signifikan. Bila pergerakan
mandibula terbatas & sakit, kemungkinan tjd fraktur
kondilus.
E. Adanya krepitasi apabila kedua sisi fraktur bergesekan saat
mengunyah atau berbicara.
Gejala & Tanda-Tanda Fisik
F. Gangguan dlm pengunyahan.
G. Trismus.
H. laserasi pd gingiva kdg ditemukan pd
daerah fraktur.
I. Anestesia pd daearah gingiva & bibir
J. Ecchymosis pd gingiva atau mukosa
sebelah lingual/bukal.
K. Saliva & fetor of breath.
Frekuensi/Insidensi
A. Rahang bwh lebih sering dibanding rahang atas.
B. Usia terbanyak antara 11-30 tahun.
C. Laki-laki lebih sering dibanding wanita (80% : 20%)
D. Ada tidaknya gigi. Bergigi lebih banyak dibanding tidak bergigi (80% : 20%).
E. Kausa. Kecelakaan lalu lintas 80%, kecelakaan kerja 10%, rudapaksa lainnya
30%
F. Lokalisasi:

a) Angulus 31%
b) Kondilus 18%
c) Regio molar 15%
d) Regio mental 14%
e) Simpisis 8%
f) Regio cuspid (c) 7%
g) Ramus asenden 8%
h) Prosesus koronoid 1%
Diagnosa Fraktur Mandibula
Fraktur mandibula dpt ditentukan berdasarkan
tindakan & langkah-langkah sbb:
A. Anamnesa, ditanyakan langsung atau kpd
pengantar mengenai waktu terjadinya, berapa lama
sampai mendapat perawatan pertama, apakah tjd
muntah-muntah, kehilangan kesadaran,
perdarahan atau gejala lain.
B. Pemeriksaan fisik, untuk mengetahui KU penderita.
C. Pemeriksaan visual, untuk mengetahui gejala-
gejala spesifik dr fraktur seperti: lokasi, tipe luka,
ada tidaknya deformitas wajah.
Diagnosa Fraktur Mandibula
D. Pemeriksaan secara palpasi, untuk mengetahui
adanya pergerakan oklusal atau insisal, krepitasi,
pergerakan individual dari fragmen-fragmen.
E. Pemeriksaan radiologis, dilakukan sebelum
perawatan dan sesudah melakukan fiksasi untuk
mengetahui reposisi fraktur. Pemeriksaan ini
sangat berguna untuk mengetahui lokasi fraktur.
Pemeriksaan radiologis setelah perawatan berguna
untuk mengevaluasi hasil perawatan. Untuk fraktur
mandibula teknik rontgen yg sering dipakai: foto
lateral, PA, panoramik, eisler, oklusal.
Perawatan Fraktur Mandibula (Archer
& Kruger)
Langkah-langkah yg diambil bila kita akan melakukan
perawatan fraktur mandibula adalah:
A. Perawatan umum penderita terutama thd komplikasi-
komplikasi yg lebih berbahaya dibanding fraktur itu sendiri.
B. Perawatan luka jaringan lunak.
C. Pemeriksaan klinis yg teliti & pembuatan foto rontgen yg
memadai.
D. Menentukan tipe, macam, & lokasi fraktur.
E. Mencegah & merawat infeksi.
F. Memberikan imobilisasi sementara yg tepat.
G. Memilih cara pemberian anestesi.
H. Memilih macam reduksi dan metode fiksasi atau imobilisasi
yg tepat.
Perawatan Fraktur Mandibula
Rencana perawatan ditentukan oleh
pemeriksaan pemeriksaan klinis &
rontgenologis, kemudian menentukan:
• Jumlah, lokasi & tipe fraktur
• Posisi fragmen & hubungannya satu dgn
yg lain
• Jumlah gigi yg ada, kondisi & distribusinya
• Dya kontraksi otot thdp fragmen fraktur
Perawatan Fraktur Mandibula
Perawatan fraktur pd prinsipnya adalah
mengembalikan fragmen-fragmen tulang
pd hubungan anatomi yg normal
(reduction) & mempertahankannya hingga
proses penyembuhan tjd (fixation)
Perawatan Fraktur Mandibula
Cara perawatan fraktur mandibula dpt dibagi:
A. Reduksi tertutup (closed reduction)
Yaitu cara perawatan fraktur mandibula dengan reduksi tertutup tanpa
melalui suatu tindakan pembedahan.
Yang termasuk cara ini al.:

1. Intermaxillary fixation
Cara ini bermacam-macam antara lain:
• Wiring gigi misal metode Stout (multiple loop)(gambar 5)
• Arch bar misal rigid arch bar & soft type arch bar (gambar 6)

2. Splint fixation misal:


• Acrylic splint fixation (gambar 7)
• Cast metal splint

3. Skeletal pin fixation (gambar 8)


Perawatan Fraktur Mandibula
Indikasi closed reduction:
a) Jika gigi-gigi pd kedua rahang cukup atau
masih lengkap, sehingga oklusi dpt dibangun
kembali & gigi-gigi ini dpt dipakai sbg
pegangan utk fiksasi.
b) Pada pasien yg edentulous parsial (sebagian
tdk bergigi) dimana tjd fraktur pd korpus
mandibula dgn displacement minimal.
c) Pd fraktur dgn celah fragmen tdk begitu lebar
(<1-2 cm) & oklusi baik.
Perawatan Fraktur Mandibula
B. Reduksi terbuka (open reduction)
Yaitu cara perawatan fraktur mandibula dgn
tindakan pembedahan dlm melakukan reduksi
dari fragmen-fragmen tulang yg fraktur.
Termasuk dlm cara ini al.:
1) Pemasangan plat logam pd tulang setelah
reduksi (gambar 9)
2) Interosseus wiring, extra oral atau intra oral
approach
3) Transosseus wire pin fixation
Perawatan Fraktur Mandibula
Indikasi open reduction:
a) Jika tdk cukup tdpt gigi utk close reduction.
b) Pada fraktur ramus asenden atau prosesus
kondiloideus dgn displacement yg besar.
c) Pd fraktur korpus yg cenderung utk tjd displacement &
tdk dpt dipertahankan dgn intermaxillary fixation.
d) Pd non union fracture.
e) Pd mal union fracture.
f) Pd fibrous union fracture.
g) Bila tdpt otot-otot yg interposisi di antara fragmen
tulang.
h) Dalam melakukan pencangkokan tulang (bone graft)
Perawatan Fraktur Mandibula
C. Fiksasi & Imobilisasi
Tujuan imobilisasi adalah supaya fragmen-fragmen tulang yg
telah dilakukan reposisi tdk bergerak satu sama lain, sampai
tjd proses penulangan yng diharapkan.
Cara-cara fiksasi pd fraktur mandibula dpt dibagi:
1. Indirect dental fixation
• Dental wiring & intermaxillary fixation metode Gilmer
(gambar 12), Eyelet (Ivy)(gambar 13), Stout (multiple
loop)(gambar 14), Kazanjian button.
• Arch bar & intermaxillary fixation misal Risdom wiring, cable
arch wire (Kazanjian)(gambar 15), Rigid arch bar & soft type
arch bar.
2. Direct dental fixation
• Wiring gigi-gigi misal Essig’s methode.
• Cast cap silver splint (gambar 16).
3. Indirect skeletal fixation
• Circumferential wiring (gambar 17), dpt dgn
menggunakan protesa atau splint.
• Denture dgn skeletal fixation.
• External pin fixation, misalnya Roger Anderson
apparatus.
4. Direct skeletal fixation
Pemasangan alat fiksasi yg termasuk golongan ini
dilakukan dgn melalui tindakan operasi (open
reduction), misalnya:
• Pemasangan bone plate (gambar 18)
• Interosseous wiring (gambar 19)
Komplikasi setelah Perawatan
Fraktur Mandibula
A. Infeksi, dpt timbul:
1) Bila tindakan debridement tdk sempurna &
sterilisasi yg kurang baik.
2) Pemberian obat-obatan yg kurang adekuat.
3) Pasien kurang koperatif.
4) Penyebaran infeksi dr jaringan sekitar, dari
daerah fraktur, misalnya gigi yg gangren, sisa
akar pd garis fraktur atau yg berdekatan dgn
grs fraktur.
Komplikasi setelah Perawatan
Fraktur Mandibula
B. Non union, tdk bersambungnya ujung-ujung
tulang yg fraktur. Hal ini bisa tjd karena:
1) Fragmen-fragmen tulang tdk ditahan dgn rigid.
2) Fraktur dibiarkan terlalu lama.
3) Alat fiksasi terlalu cepat dibuka.
4) Adanya jaringan lunak, serat otot, jaringan
fibrosa di antara fragmen tulang.
5) Gangguan sistemik atau penyakit kronis.
Komplikasi setelah Perawatan
Fraktur Mandibula
C. Mal union, terjadinya penyembuhan tulang yg tdk
dalam hubungan anatomis normal, dpt tjd karena:
1) Reposisi yg kurang sempurna.
2) Fiksasi yg kurang baik.
3) Alat fiksasi terlalu cepat dibuka.

D. Delayed union, terlambatnya penyembuhan dpt


disebabkan:
1) Adanya interposisi jaringan lunak di antara fragmen.
2) Fiksasi yg kurang baik.
3) Kurangnya reparatif vital dari tubuh karena adanya
gangguan sistemik.
Komplikasi setelah Perawatan
Fraktur Mandibula
E. Trismus, disebabkan karena adanya fibrosis
atau disfungsional atrofi dari otot-otot
pengunyahan. Hal ini dpt diatasi dgn latihan
membuka & menutup mulut, penyinaran &
masage.
F. Kerusakan syaraf, dpt disebabkan karena
trauma yg hebat pd waktu kecelakaan atau
tertekan/terputusnya syaraf oleh fragmen
tulang. Akibatnya dpt menyebabkan parestesi,
Bell’s palsy (kerusakan pd nervus fasialis).
Kesimpulan
1) Fraktur mandibula insidensinya lebih banyak terjadi
dibanding fraktur maksila. Penyebab fraktur mandibula
paling banyak terjadi akibat kecelakaan lalulintas.
Sedangkan yg disebabkan oleh faktor dari dalam
sangat sedikit.
2) Pengelolaan dalam menangani kasus fraktur
mandibula sangat menentukan prognosa maupun
pengembalian fungsi anatomis dan fungsional
penderita secara maksimal.
3) Dari beberapa metode atau macam perawatan fraktur
mandibula ternyata tdk bisa diterapkan begitu saja, tp
tergantung dari sarana dan prasarana yg tersedia
serta kemampuan & keterampilan operator.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai