Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA

MOSKULOSKELETAL (MULTIPLE FRAKTUR, SINDROMA


KOMPARTEMEN, POST LAMINEKTOMI)

Kelompok 3 :
 Omega Alfionita 010117A074
 Rizky Erwin 010117A092
 Savytri Sahdia 010117A095
 Sri Buana Tungga Dewi 010117A103
 Fina Novianti 010117A112
A. Multiple Fraktur
Pengertian
Adalah terputuisnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berubah
trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang
radius dan ulna, dan dapat berubah trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada
tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
Klasifikasi Patah Tulang
• Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat
ringannya luka dan berat ringannya patah tulang.
Derajat patah tulang terbuka terbagi atas 3 macam yaitu :
1. Laserasi < 2 cm bentuknya sederhana, dislokasi,fragmen, minimal.
2. Laserasi > 2 cm kontusi otot diserkitarnya bentuknya dislokasi, fragmen jelas.
3. Luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya bentuknya kominutif,
segmental,fragmen tulang ada yang hilang.
Komplikasi Patah Tulang
Komplikasi segeraLokal :
1. Kulit( abrasi l;acerasi, penetrasi)
2. Pembuluh darah ( robek )
3. Sistem saraf ( Sumssum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik)
4. Otot
5. Organ dalam ( jantung,paru,hepar, limpha(pada Fr.kosta),kandung kemih (Fr.Pelvics)
Umum :
1. Ruda paksa multiple.
2. Syok ( hemoragik, neurogenik )
2. Komplikas Dini :
Lokal :
 Nekrosis kulit, gangren, sindroma kopartemen,trombosis vena, infeksi sendi,osteomelisis )
Umum :
 ARDS,emboli paru, tetanus.
3. Kompliasi lama :
Lokal
• Sendi (ankilosis fibrosa, ankilosis osal )
• Tulang ( gagal taut/lama dan salah taut,distropi reflek,osteoporosisi paskah trauma,ggn pertumbuhan,osteomelisis,patah tulang ulang)
• Otot atau tendon ( penulangan otot, ruptur tendon )
• Saraf ( kelumpuhan saraf lambat
Umum :
• Batu ginjal ( akibat mobilisasi lama ditempat tidur)
Penatalaksanaan Patah Tulang
Penatalaksanaan patah tulang mengikuti prinsip pengobatan kedokteran pada umumnya yang
meliputi :
 Jangan ciderai pasien( Primum Non Nocere)
 Pengobatan yang tepat berdasarkanb diagnosis dan prognosisnya
 Sesuai denga hokum alam
 Sesuai dengan kepribadian individu
Khusus untuk patah tulang meliputi :
 ReposisI
 Imobilisasi
 Mobilisasi berupa latihan seluruh system tubuh.
B. Sindrome Komartemen
Pengertian
Sindrom kompartemen, suatu keadaan yang potensial menimbulkan kedaruratan, adalah
peningkatan tekanan interstisial dalam sebuah ruangan yang tertutup, biasanya
kompartemen oseofacial ekstremitas yang nonclompliant, misalnya kompartemen lateral,
anterior dan posterior dalam tungkai serta kompartemen volar superficial dan dalam lengan
serta pergelangan tangan. Peningkatan tekanan dapat menyebabkan gangguan
mikrovaskular dan nekrosis jaringan lokal. (Barbara J. Gruendemann dan Billie Fernsebner).
Anatomi
Anatomi kompartemen merupakan daerah tertutup yang dibatasi oleh tulang, interosseus
membran, dan fascia, yang melibatkan jaringan otot, syaraf dan pembuluh darah. Otot
mempunyai perlindungan khusus yaitu fascia, dimana fascia ini melindungi semua serabut otot
dalam satu kelompok.
Secara anatomik, sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak. Terletak di lengan atas
(kompartemen anterior dan posterior), dilengan bawah (yaitu kompartemen flexor superficial,
fleksor profundus, dan kompartemen ekstensor).
Di anggota gerak bawah, terdapat : tiga kompartemen ditungkai atas (kompartemen anterior,
medial, dan kompartemen posterior), empat ditungkai bawah (kompartemen anterior, lateral,
posterior superfisial, posterior profundus).
Sindrom kompartemen yang paling sering di daerah tungkai bawah (yaitu kompartemen anterior,
lateral, posterior superficial, dan posterior profundus) serta lengan atas (kompartemen volar dan
dorsal).
Etiologi
Terdapat berbagai penyebab dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang kemudian memicu
timbullnya sindrom kompartemen, yaitu antara lain:
Penurunan Volume KompartemenKondisi ini disebabkan oleh :
• Penutupan defek fascia
• Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitasb.
Peningkatan Tekanan Eksternal
• Balutan yang terlalu ketat
• Berbaring di atas lengan
• Gips
Peningkatan Tekanan pada Struktur Komparteman
• Beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain :
1. Pendarahan atau Trauma vaskuler
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penggunaan otot yang berlebihan
4. Luka bakar
5. Operasi
6. Gigitan ular
7. Obstruksi vena
Patofisiologi
Patofisiologi sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal normal yang menyebabkan
peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler, dan nekrosis jaringan lokal yang
disebabkan hipoksia.
Tanpa memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan jaringan menyebabkan obstruksi vena dalam ruang
yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus menerus menyebabkan tekanan arteriolar intramuskuler
bawah meninggi.
Pada titik ini, tidak ada yang masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam kompartemen yang
diikuti oleh meningkatnya tekanan dalam kompartemen.
Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat. Metsen mempelihatkan bahwa
bila terjadi peningkatan intra kompartemen, tekanan vena meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui kapiler
akan berhenti.
Dalam keadaan ini penghantaran oksigen juga akan terhenti, Sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika hal
ini terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan kerusakan ireversibel
komponen tersebut.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada syndrome kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)Nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena, ketika
ada trauma langsung.
b. Pallor (pucat)Diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daerah tersebut.
c. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi)
d. Parestesia (rasa kesemutan)
e. Paralysis
Komplikasi
Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera, akan
menimbulkan berbagai komplikasi antara lain :
• Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen
• Kontraktur volkan
• Trauma vascular
• Gagal ginjal akute
• Sepsisf
• Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Medikal/Non BedahPemilihan terapi ini adalah jika diagnosa kompartemen masih
dalam bentuk dugaan sementara. Berbagai bentuk terapi ini meliputi :
1) Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian
kompartemenyang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan
aliran darahdan akan lebih memperberat iskemia
2) Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan pembalut
kontraiksi dilepas.
3) Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat
perkembangan sindroma kompartemen
4) Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah
5) Pada peningkatan isi kompartemen, diuretic dan pemakaian manitol dapat mengurangi
tekanan kompartemen.
b. Terapi Bedah Fasciotomi
C. Post Lamonektomi
Pengertian
adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran dan atau pemotongan lamina tulang
belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki luka pada spinal. Laminektomi adalah
pengangkatan sebagian dari diskus lamina (Long, 1996).
Laminektomi adalah memperbaiki satu atau lebih vertebra, osteophytis dan Hernia nodus
pulposus (Donna, 1995).
Etiologi
Merupakan fraktur kompresi karena trauma indirek dari atas dan dari bawah, dapat
menimbulkan fraktur stabil atau tidak stabil.Trauma adalah penyebab yang paling banyak
menyebabkan cedera pada tulang belakang.
Patofisiologi
1. Saraf lumbal I dan II membentuk nervus genitor femoralis yang mensyarafi kulit daerah
genetalia dan paha atas bagian medial.
2. Saraf lumbal II - IV bagian dorsal membentuk nervus femoralis mensarafi muskulus
quadriceps femoralis lateralis yang mensyarafi kulit paha lateralis.
3. Saraf lumbal IV - sacral III bagian ventral membentuk nervus tibialis.
4. Saraf lumbal IV- sacral II bagian dorsal bersatu menjadi nervus perokus atau fibula
komunis.
Manifestasi Klinis
Secara klinis pasien mengeluh nyeri pinggang bawah dan sangat hebat, mendadak sebelah
gerakan fleksi dan adanya spasme otot para vertebrata. Terdapat nyeri tekan yang jelas
pada tingkat prolapsus diskus bila dipalpasi.
Terdapat nyeri pada daerah cedera, hilang mobilitas sebagian atau total atau hilang sensasi
di sebelah bawah dari tempat cedera dan adanya pembengkakan, memar disekitar fraktur
jauh lebih mendukung bila ada deformitas (gibbs) dapat berupa angulasi (perlengkungan).
Berubahnya kesegarisan atau tonjolan abnormalitas dari prosesus spinalis dapat
menyarankan adanya lesi tersembunyi. Lesi radiks dapat ditandai dengan adanya deficit
sensorik dan motorik segmental dalam distribusi saraf tepi, perlu diperiksa keadaan
neurologist serta kemampuan miksi dan defekasi seperti adanya inkontinensia uri et alvi
paresthesia.
Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen. Pemeriksaan dengan sinar X atau fluoroskopik dari kolumna vertebralis dan
ekstrimitas dapat membantu menegakkan diagnosa awa
2. Laminografi atau tomografi terkomputerisasi. Dapat memperlihatkan lesi tulang yang
tersembunyi terutama di kanalis spinalis
3. Ct Scan atau MRI.
Penatalaksanaan Medis
Bila tidak ada keluhan neurologik :
1. Istirahat di tempat tidur: terlentang dengan dasar keras, posisi defleksi 3-4 minggu
2. Beri analgetik bila nyeri
3. Pada fraktur stabil, setelah 3-4 minggu kalau tidak merasa sakit lagi, latih otot-otot
punggung 1-2 minggu, kemudian mobilisasi, belajar duduk jalan dan bila tidak ada apa-
apa klien boleh pulang.
Asuhan Keperawatan Multipel Fraktur
Kasus :
Seorang laki-laki 38 tahun datang ke satuan gawat darurat pada selasa 26 agustus pukul 21.00
diantar oleh petugas lalu lintas. Pasien mengeluh paha sebelah kanan sakit terutama pada saat di
gerakan di sertai keluaran darah. Dari hasil wawancara di peroleh keterangan bahwa pasien
tersebut mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam yang lalu. Motor yang dikendarainya menabark
pembatas jalan sehingga terjatuh dan menimpa badan sebelah kanan.
Hasil pemeriksaan di dapatkan kesadaran komposmentis yaitu GCS 15, tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 25x/menit, frekuensi nafas 28x/menit. Pada paha yang sebelah kanan nampak
bengkak (mengalami perubahan bentuk) di sertai luka terbuka dan mengeluarkan darah. Hasil
laboraturium HB 10, leukosit 17.000, hematokrit 44, trombosit 273.000. therapy yang diberikan
ceftriaxone 2gr/IV, toradol 3x1 ampul/IV, ranitidin 2x1 ampul/IV, infuse line ringers lacted
30gtt/menit. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter jaga IGD pasien dikonsulkan ke dokter bedah
orthopedi untuk dipersiapkaan operasi.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko syok hipovelemik berhubungan dengan pendarahan
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penekanan pembuluh darah
Terima Kasih 😊

Anda mungkin juga menyukai