Anda di halaman 1dari 38

KASUS 1

ETIKA DAN HUBUNGAN


ANTAR MANUSIA
Almaida Putri Utami (P23131017039) Mutiara Putri Pratowo (P23131017058)
Ayu Wulandari (P23131017041) Novi Indriyanti (P23131017062)
Clara Nur Fadani (P23131017043) Safron Lindenia Pricilla (P23131017068)
Diana Nofitasari (P23131017045)
Salma Tania Syifa (P23131017069)
Helen Esra Debora (P23131017051)
Tita Maheswara (P23131017071)
Mia Nurul Fauziah (P23131017057)
Pengertian Intensive Care Unit

 Unit perawatan intensif ( ICU ), juga dikenal sebagai unit terapi


intensif atau unit perawatan intensif (ITU ) atau unit perawatan kritis ( CCU ),
adalah departemen khusus rumah sakit atau fasilitas perawatan kesehatan
yang menyediakan obat perawatan intensif .
 Unit perawatan intensif melayani pasien dengan penyakit dan cedera parah
atau yang mengancam jiwa, yang membutuhkan perawatan konstan,
pengawasan ketat dari peralatan pendukung kehidupan dan obat-obatan
untuk memastikan fungsi tubuh yang normal .
Besaran Ruang /
No. Nama Ruangan Fungsi Luas (+) Kebutuhan Alat
Peralatan ICU di RS Kelas C terdiri
dari :
Ventilator sederhana; 1 set alat resusitasi; alat/sistem pemberian
Daerah rawat Pasien Ruang tempat tidur berfungsi untuk 12 - 16 m2 /tt oksigen (nasal canule; simple face mask; nonrebreathing face
ICU. merawat pasien lebih dari 24 jam, mask); 1 set laringoskop dengan berbagai ukuran bilahnya;
(a) Ruang untuk tempat dalam keadaan yang membutuhkan berbagai ukuran pipa endotrakeal dan konektor; berbagai ukuran
1. tidur pasien pemantauan khusus dan terus orofaring, pipa nasofaring, sungkup laring dan alat bantu jalan
menerus. nafas lainnya; berbagai ukuran introduser untuk pipa endotrakeal
dan bougies; syringe untuk mengembangkan balon
Kamar yang mempunyai kekhususan endotrakeal dan klem; forsep magill; beberapa ukuran plester/pita
teknis sebagai ruang perawatan intensif 16 – 20 m2 /tt perekat medik; gunting; suction yang setara dengan Ruang
yang memiliki batas fisik modular per Perawatan Intensif; tournique untuk pemasangan akses vena;
(a) Ruang isolasi pasien pasien, dinding serta bukaan pintu dan peralatan infus intravena dengan berbagai ukuran kanul intravena
jendela dengan ruangan lainnya. dan berbagai macam cairan infus yang sesuai; pompa infus dan
pompa syringe; alat pemantauan untuk tekanan darah non-invasive,
elektrokardiografi reader, oksimeter nadi, kapnografi, temperatur;
alat kateterisasi vena sentral dan manometernya,
1
defebrilator monovasik; tempat tidur khusus ICU;
bedside monitor; peralatan drainase thoraks, peralatan portable
untuk transportasi; lampu tindakan; unit/alat foto rontgen mobile.
Peralatan ICU di RS Kelas B terdiri dari :
Peralatan seperti di RS kelas C ditambah dengan sebagai berikut :
Elektrokardiograf monitor; defibrilator bivasik; sterilisator;
anastesi apparatus; oxygen tent;
sphigmomanometer; central gas; central suction; suction
thorax; mobile X-Ray unit; heart rate monitor; respiration monitor,
blood pressure monitor; temperatur monitor; haemodialisis unit;
blood gas analyzer;
Electrolite analyzer.
8 - 16 m2
Pos Sentral Perawat/ stasi Ruang untuk melakukan perencanaan, Kursi, meja, lemari obat,
(dengan memperhatikan sirkulasi
perawat/ nurse station. pengorganisasian, asuhan dan lemari barang habis pakai.
tempat tidur pasien didepannya)
pelayanan keperawatan selama 24 jam
(pre dan post conference, pengaturan
2 jadwal), dokumentasi s/d evaluasi
pasien. Pos perawat harus terletak di
pusat blok yang dilayani agar perawat
dpt mengawasi pasiennya secara
efektif.
Ruang Dokter terdiri dari 2 bagian : Sofa, lemari, meja/kursi,
3 R. Dokter Jaga 1. Ruang kerja. 8 - 16 m2 wastafel, dilengkapi toilet
1. Ruang istirahat/ kamar jaga.
4 Sofa, lemari, meja/kursi
Ruang Istirahat
Petugas Ruang istirahat petugas medik. 2.5 m2/ petugas

Meja makan digunakan untuk


5 Pantri Daerah untuk menyiapkan makanan dan Sesuai Kebutuhan menyiapkan makananfreezer,
minuman untuk petugas. bak cuci dengan kran air
dingin dan air panas,
microwave dan atau
kompor, dan lemari pendingin.
Ruang penyimpanan alat medik yang
setiap saat diperlukan. Peralatan yang
6 Ruang penyimpanan alat disimpan diruangan ini harus dalam 9 - 25 m2 Respirator/ventilator, alat HD,
medik kondisi Mobile X- Ray, dan lain lain.
siap pakai dan dalam kondisi yang sudah
disterilisasi.
untuk menyimpan obat-obatan, semua barang-barang yang
bersih dan steril, dan boleh juga digunakan untuk menyimpan
linen bersih, juga untuk menyimpan instrumen dan bahan
7 Ruang utilitas bersih perbekalan yang diperlukan, termasuk untuk barang-barang Sesuai Lemari/kabinet/ rak
steril.
kebutuhan

Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien


khususnya yang berupa cairan. Spoolhoek berupa bak atau kloset
8 Ruang utilitas kotor yang dilengkapi dengan 6 - 16 m2 Kloset leher angsa, keran air
leher angsa (water seal).
bersih (Sink)

Ruang kerja dan istirahat kepala


9 Ruang Kepala ICU perawat. 6 - 12 m2 Sofa, lemari, meja/kursi
Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya
pelayanan pendaftaran dan rekam medik internal pasien di instalasi
ICU. Ruang ini berada pada bagian depan instalasi ICU dengan Min. 2 m2/ Meja kerja, lemari
10 Ruang Administrasi dilengkapi loket atau petugas telepon/interkom.
Counter.

11 Parkir Troli Tempat parkir troli sementara. 2 - 6 m2 troli


Tempat ganti pakaian, meletakkan sepatu/alas kaki
sebelum masuk daerah rawat pasien dan sebaliknya
4 - 16 m2/
setelah keluar dari daerah rawat pasien, yang
ruang ganti (sesuai
12 Ruang ganti pakaian diperuntukan bagi staf medis maupun non medis
kebutuhan)
(termasuk didalamnya dan pengunjung, dipisah antara pria
dan wanita
Loker)

Ruang tempat diskusi medis, pendidikan dan Min. 1.5 m2/ org (misal.
13 Ruang Diskusi Medis pembahasan kasus multi disiplin. Kapasitas 10 org maka
butuh luas 15m2)
Ruang tunggu keluarga Tempat keluarga/ pasien pengantar
14 pasien. menunggu. Min. 5 m2/ pasien
Area cuci
tangan/desinfeksi Tempat melaksanakan general prequotion.
keluarga pasien
15 3 m2
Ruangan tempat penyimpanan barang-barang/bahan-
Janitor/ Ruang bahan dan peralatan untuk keperluan kebersihan
16 cleaning service ruangan, tetapi 4 - 6 m2
bukan peralatan medik.

@ KM/WC 2
Toilet (petugas, pria/wanita luas 2m –
3m2
17 pengunjung) KM/WC
R. Penyimpanan Silinder R. Tempat menyimpan tabung- tabung gas medis
18 Gas Medik cadangan. 4 – 8 m2
Pengertian Naso Gastric Tube (NGT)
 NGT adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung
sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan
nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak
mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-
obatan secara oral.
 Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari
lambung dengan cara disedot.
Macam dan ukuran NGT
Macam-macam NGT : Ukuran NGT :
 Selang NGT dari karet.  Nomor 14-20 untuk ukuran
Selang NGT dari bahan dewasa
plastic  nomor 8-16 untuk anak-
 Selang NGT dari bahan anak
silicon  nomor 5-7 untuk bayi.
Tujuan dan manfaat NGT
 Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang
ada dalam lambung(cairan,udara,darah,racun)
 Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan
atau nutrisi)
 Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui
analisa subtansi isi lambung
 Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
 Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang
melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah
muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu
recovery (pemulihan dari general anaesthesia)
Pengertian 30% kebutuhan

 30% dari kebutuhan adalah jumlah kebutuhan


yang sangat penting dalam
membantu proses pertumbuhan dan perkembanga
n pada setiap manusia.
Pengertian Pemberian makan per oral
(NPO) nil per oral
 Pemberian makanan secara oral adalah pemberian makanan dan
minuman pada klien secara langsung melalui mulut
Cara pemberian makanan oral
 Persiapan Alat
 Piring
 Sendok
 Garpu
 Gelas dengan penutupnya
 Serbet
 Mangkok cuci tangan
Pengertian Overfeeding
 Overfeeding merupakan kondisi pemberian makanan yang terlalu banyak atau
berlebihan kepada pasien dimana pada dasarnya pasien belum/tidak bisa
menunjukkan rasa kenyang ketika diberi makan(pemberian diatas batas yang
dianjurkan, yaitu 6 kali sehari).
 Tanda Over Feeding :
• Muntah berulang kali
• Perut kembung dan bergas
• Mengalami rasa tidak nyaman
 Gejala Over feeding :
• Jumlah BAK/BAB lebih dari 8x sehari
 Resiko Over Feeding :
•Dehidrasi karena sering mencret
• Menjadi sulit tidur
•Sering mengalami kolik( kram atau gangguan pada perut yang disebabkan
terhambatnya makanan yang disertai mual dan muntah)
Resiko overfeeding pada pasien
1. Infiltrasi lemak ke hati
Adanya kelebihan lemak yang masuk ke dalam hati disebabkan oleh perhitungan kebutuhan lemak yang tidak
sesuai prosedur.
Kebutuhan lemak adalah 15-25 g/kg/hari dengan komposisi 20% atau kurang dari total kalori.
Jika asumsikan pada kasus DM
2. menyebabkan hiperglikemia, yang menyebabkan fungsi neutropil dan makrofag menurun juga dalam proses
opsonisasi imunoglobulin dan terjadi peningkatan resiko infeksi nasokomial dari cateter
3. dengan adanya dektrose di hepar akan meningkatkan jalur non-oksidatif termasuk lipogenesis yang
selanjutnya akan terjadi perubahan dari glukosa ke lipid.
4. menyebabkan peningkatan kebutuhan repirasi dan lipogenesis, hal ini akan membutuhkan penyesuaian
sistem respirasi. Selanjutnya beratnya stress, obese, DM tipe 2, perhitungan penggunaan kalori secara
indirek harus sangat hati-hati.
5. uremia,
Uremia adalah kondisi berbahaya yang terjadi ketika ginjal tidak lagi menyaring dengan baik.
6. dehidrasi hipertonik,
Dehidrasi ini terjadi akibat tubuh kehilangan banyak air yang menyebabkan kadar elektrolit natrium (sodium)
tubuh meningkat (lebih dari 145 mmol/liter)
7. steatosis hati,
penumpukan lemak yang berlebih pada organ hati
8. gagal napas hiperkarbia,
Ketidakmampuan tubuh melakukan respirasi yang normal
9. hiperglisemia,
Hiperglisemia adalah suatu kondisi tingginya rasio gula dalam plasma darah
10. koma non-ketotik hiperosmolar
Tingginya kadar glukosa darah di tubuh
11. hiperlipidemia.
kondisi di mana kadar lipid atau lemak dalam darah meningkat tinggi atau tidak normal
12. Pasien plus
Yang bertanggung jawab ketika
terjadinya overfeeding
 Yang pertama adalah dokter akan melakukan penelitian untuk mengetahui
akar permasalahan tersebut. Kemudian dokter akan melakukan investigasi
secara mendalam untuk menentukan siapa yang harus bertanggung jawab lalu
 setelah diinvestigasi diketahui bahwa ada kesalahan human error yaitu
dietesien tidak melakukan pengecekan atau monitoring terhadap pasien jadi
pemberian makan yang seharusnya 6 kali makan ternyata 7 kali makan
Pengertian Tim Komite Medis

 Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk


menerapkan tata kelola klinis (clinical
governance) agar staf medis di rumah sakit
terjaga profesionalismenya melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
Staf medis adalah dokter, dokter gigi, dokter
spesialis, dan dokter gigi spesialis di rumah sakit.
Pengertian Fatal

 Menurut KBBI fa·tal artinya mematikan; tidak


dapat diubah atau diperbaiki lagi.
 Suatu keadaan atau kondisi yang tidak dapat
diubah atau diperbaiki lagi.
 Kefatalan overfeeding didefinisikan sebagai
pemberian nutrisi >110% target yang akan dicapai.
 Kesalahan yang terjadi dalam kasus ini berakibat fatal
yang menyebabkan pasien meninggal dunia karena
overfeeding. Penyebabnya ialah dietisien utama kurang
berkoordinasi kepada dietisien pengganti yang kurang
kompeten terlihat dari investigasi yang dilakukan ia tidak
melakukan pengecekan komposisi dan prosedur pencairan
makanan enteral tersebut karena mengganggap pramusaji
sudah biasa menyiapkan sehingga makanan enteral yang
disiapkan oleh pramusaji melebihi kebutuhan pasien. Dan
perawat memberikan NGT pada pasien sesuai jumlah yang
tersedia pada waktu itu.
Kerangka Analisa (pohon masalah)
Identifikasi Masalah berkaitan dengan sikap
profesional tenaga gizi dan kesehatan

 Berdasarakan sikap professional tenaga gizi dan kesehatan, didapati


penyebab pasien meninggal dunia ialah adanya overfeeding yang
merupakan kondisi pemberian makanan sonde/enteral yang terlalu
banyak atau berlebihan kepada pasien (pemberian diatas batas yang
dianjurkan, yaitu 5-6 kali pemberian dengan pencairan 1500 cc air
matang/hari). Overfeeding tersebut disebabkan karena pencairan
makanan enteral untuk sediaan makan sore/malam sudah dicairkan
oleh pramusaji dan dietisien pengganti tidak melakukan pengecekan
secara seksama komposisi dan prosedur pencairan makanan enteral
tersebut karena dietisien pengganti menganggap pramusaji sudah
bisa dan terbiasa melakukan pencairan makanan tersebut. Dan
perawat memberikan makanan NGT pada pasien sesuai jumlah
sediaan yang ada saat itu.
 Adanya dietisien pengganti disebabkan karena dietisien izin
tidak masuk kerja secara mendadak. Dan dietisien pengganti
baru masuk di ruang ICU di siang hari menjelang waktu pulang
kerja. Sehingga dari masalah diatas, dietisien pengganti
dianggap tidak bekerja sesuai SOP yang berlaku
mengakibatkan pasien di ruang ICU tersebut meninggal dunia.
Dan overfeeding tersebut sangat fatal bagi proses
penyembuhan pasien.
 Dietisien pengganti tersebut tidak menjalankan Pedoman
Pelayanan Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap dengan benar yaitu
tidak memantau pemberian makanan secara berkesinambungan
untuk menilai proses penyembuhan dan status gizi pasien.
Pemantauan tersebut mencangkup antara lain perubahan diet,
bentuk makanan, asupan makanan, toleransi terhadap makanan
yang diberikan, mual, muntah, keadaan klinis defekasi, hasil
laboratorium, dan lain-lain. Tindak lanjut yang dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi pelayanan
gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan
mengubah perskripsi diet sesuai kondisi pasien. Apabila perlu,
dilakukan kunjungan ulang atau kunjungan rumah. Untuk pasien
yang dirawat walaupun tidak memerlukan diet khusus tetapi
tetap perlu mendapatkan perhatian agar tidak terjadi ”Hospital
Malnutrition” terutama pada pasien-pasien yang mempunyai
masalah dalam asupan makanannya seperti adanya mual,
muntah dan penurunan nafsu makan.
Hal-hal yang mempengaruhi masalah
dan Alternatif Solusi
 Jika kasus tersebut dikaitkan dengan kode etik profesi
gizi, maka banyak sekali hal-hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya adalah pada kasus dinyatakan bahwa pasien
yang sedang ditangani oleh ahli gizi tersebut meninggal
dunia setelah 3 hari dirawat, padahal pada kode etik gizi
dinyatakan bahwa seorang ahli gizi harus “Memberikan
pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat” dan
“Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik
dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di masyarakat
umum”.
 Untuk mengatasi hal ini, disarankan agar ahli gizi tersebut lebih
memantau perkembangan pasien dengan cara memonitoring kondisi
pasien dan menjalin komunikasi serta kerjasama dengan profesi lain
(misalnya: dokter, suster, dan penjamah makanan), agar saat ahli gizi
sedang tidak bertugas profesi lain yang berhubungan dengan pasien dapat
ikut memantau kondisi pasien dan tidak akan terjadi kesalahan fatal yang
menyebabkan kematian lagi.
 Selain itu dalam kasus juga dikatakan bahwa pasien meninggal karena
“overfeeding” pada saat ahli gizi sedang tidak bertugas, dan ternyata
penyebabnya adalah karena makanan sonde diberikan berlebihan, hasil
penyelidikan juga menyimpulkan bahwa kesalahan dilakukan oleh ahli gizi
RS karena tidak melakukan monitoring dan koordinasi dengan cermat. Hal
itu menunjukkan bahwa seorang ahli gizi memang HARUS melakukan
komunikasi dan kerjasama dengan profesi lain, sehingga miss komunikasi
antar profesi tidak akan terjadi. Di dalam kode etik profesi ahli gizi juga
dikatakan bahwa seorang ahli gizi harus “Mengenal dan memahami
keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain atau
membuat rujukan bila diperlukan”.
Learning issues
 Terdapat kasus, dimana seorang pasien dinyatakan meninggal oleh dokter
karena overfeeding. Tidak berapa selama setelah kejadian tersebut, Tim
Komite Medis pada RS tersebut melakukan investigasi.
 Hasil investigasi diketahui Dietisien pengganti (2) tidak melakukan
pengecekan sehingga sediaan makanan enteral yangn disiapkan pramusaji
melebih kebutuhan pasien, dan perawat memberikan makanan NGT pada
pasien sesuai jumlah sediaan yang ada pada waktu itu, dan akhirnya yang
berakibat fatal.
 Dari segi human error, terdapat beberapa point yang perlu ditinjau terhadap
Dietisien utama (1) maupun Dietisien pengganti (2).
 Dietisien 1 diharapkan mampu bekerja secara profesional, dimana mampu
menempatkan mana hal yang penting dan genting.
 Dietisien 2 diharapkan mampu berkoordinasi dengna tim asuhan medis
lainnya. Terlebih ini adalah pasien ICU, sehingga, asupan tiap harinya harus
dicek kembali.
Lanjutan

 Ditinjau dari segi manegerial, terlihat adanya kesalahpahaman


informasi dimana yang berdampak pada keadaan fatal.
 Adanya SOP pembuatan NGT yang jelas yang diletakkan pada
papan di dapur sebagai pedoman bagi pramusaji dalam
pembuatan NGT.
 Adanya preskripsi yang tertulis dan jelas di rekam medis pasien.
Sehingga tidak terjadi kesalahan informasi.
 Melakukan pengawasan langsung sebelum makanan diberikan.
Kerjasama dengan perawat ruangan. Karena yang memberikan
makanan NGT kepada pasien adalah perawat.
 Adanya komunikasi dan kordinasi yang baik sesama dietisien dan
tenaga medis lain
Pembahasan Learning Issues

 Kondisi pasien meninggal di ruang ICU. Setelah di investigasi oleh tim


komite medis ditemukan bahwa penyebab kematiannya yaitu over
feeding. Over feeding dapat terjadi karena lebih asupan yang diberikan
sehingga dapat berdampak pada sistem pernfasan atau sistem lainnya.
Hasil investigasi melihat adanya kelalaian dari Dietisien 2 dalam
mengecek kembali makanan yang akan diberikan kepada pasien.
 Ditinjau dari human error, jika sistem rumah sakit belum baik, sebagai
profesionalisme seorang Dietisien 1, dapat langsung menghubungi kepala
instalasi gizi dan kepala ruangan ICU untuk memberitahukan keadaan
pasien pada aspek gizi. Melakukan komunikasi yang baik sehingga kepala
ruangan ICU maupun kepala instalasi gizi dapat mengehtahui hal-hal apa
saja yang perlu diperhatikan. Selain itu, penting bagi dietisien 1 untuk
membuat ADIME secara lengkap untuk menghindari terjadinya kesalahan
informasi pada orang lain.
 Pada kasus ini, juga terlihat lemahnya sistem monitoring yang
dilakukan oleh rumah sakit. Melihat dari keterlambatan dietisen
2 datang ke ruangan ICU. Karena bisa jadi, keterlambatan
tersebut karena dari tim manejerial tidak menginformasikan
ketidakhadiran dietisien 1 dan baru memberi kabar di siang hari
menjelang sore hari. Jika dietisien sudah izin sejak pagi,
seharusnya pihak manejerial memonitoring kembali apakah
dietisien pengganti sudah melakukan pekerjaannya atau belum.
Terlebih status pasien di ruang ICU.
 Terkait hal-hal teknis, seperti pada pancairan NGT, sebaiknya
dibuat SOP Pencairan NGT agar terthindar dari kesalahan lain
yang berakibat fatal. SOP diletakkan di ruang dapur. Perawat
yang memberikan NGT, juga harus mencatat, seberapa banyak
NGT yang sudah diberikan pada rekam medik. Sehingga jika ada
dietisien pengganti, informasi tersebut dapat disampaikan
dengan baik.
 Komunikasi antar disiplin tenaga medik sangat
diperlukan. Dokter sebagai kepala dari ruang ICU,
perawat yang memberikan makan, maupun
pramusaji yang menyediakan makan NGT
tersebut. Harus saling bekerja sinergis demi
menghasilkan pelayanan yang prima pada pasien.
 Tim Komite Medik di rumah sakit sudah bekerja
dengan baik. Sehingga, kasus ini dapat
menjadikan pelajaran bagi setiap profesi dan
manajerial dalam menangani permasalahan pada
pasien tanpa mengurangi hak-hak pasien
walaupun sudah meninggal.
TUGAS KOMITE MEDIK
 Partner Manajemen
 Perangkat Rumah Sakit
1. Berfungsi sebagai Kredensial :
a. Mengkaji/Menyeleksi Dokter dan Dokter Gigi yang baik,
kompeten, legal, beretika, taat pada peraturan Rumah
Sakit.
b. Proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis.
c. Penyusunan dan Pengkompilasi kewenangan klinis.
d. Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat
penugasan klinis.
Diantaranya:
 Kewenanangan klinis bisa dilanjutkan.
 Kewenanangan klinis bisa ditambah.
 Kewenanangan klinis bisa dikurangi.
 Kewenanangan klinis bisa dibekukan.
 Kewenanangan klinis bisa diubah.
 Kewenanangan klinis bisa diakhiri.
2. BERFUNGSI SEBAGAI 3. BERFUNGSI SEBAGAI
MENJAGA MUTU PELAYANAN PEMELIHARAAN ETIKA DAN
DAN PROFESIONALISME DISIPLIN PROFESI MEDIS.
DOKTER. a. Pembinaan etika dan disiplin
a. Pelaksana Audit Medis. profesi.
b. Rekomendasi pertemuan b. Pemeriksaan staf medis yang
Ilmiah internal dan eksternal diduga melakukan pelanggaran
dalam rangka pendidikan disiplin.
berkelanjutan bagi staf medis. c. Rekomendasi pendisplinan
c. Mempertahankan kompetensi pelaku profesional Rumah Sakit.
dan profesionalisme staf medis. d. Pemberian
nasehat/pertimbangan dalam
pengambilan keputusan etis
pada asuhan medis pasien.
Perpanjangan Tangan KKI ditingkat Internal
III. Tujuan komite medik dibentuk : V. Contoh organisasi komite medik
di RS. Djamil.
 Menyelenggarakan tata kelola klinis
Ketua : 1 orang
yang baik agar mutu pelayanan medis
dan keselamatan pasien terjamin dan Sekretaris : 1 orang
terlindungi. Sub Komite Kredensial : 3 orang
(Ketua, Sekretaris, Anggota)
 IV. Komite medik merupakan organisasi
Sub Komite Mutu Profesi : 3
non struktural yang dibentuk di Rumah
orang (Ketua, Sekretaris, Anggota)
Sakit oleh Direktur. Bukan merupakan
wadah perwakilan dari staf medis. Sub Komite Etika & Disiplin : 3
orang (Ketua, Sekretaris, Anggota)
 Peran komite medik bukan sebaliknya
sebagai perongrong manajemen,
bahkan ada yang berfungsi tidak lebih
dari seperti Serikat Pekerja Medis
seluruh Indonesia dalam arti sempit,
sehingga fungsinya hanya menuntut
kenaikan jasa medik dan
kesejahteraan bagi para dokter.
VI. Contoh Visi Komite Medik:
Mengedepankan keselamatan pasien melalui penegakan
profesionalisme (RS Djamil)
VII. Rapat – rapat komite medik
minimal 6 bulan sekali, kecuali ada kasus-kasus urgent.
VIII. Biaya komite medik diatur dalam anggaran Rumah Sakit
MEKANISME
KREDENSIAL
Pengertian :
Proses evaluasi suatu rumah sakit
terhadap setiap staf medis
fungsional untuk penentuan
kelayakan diberikannya
kewenangan klinis (clinical
privilege) menjalankan tindakan
mendis dalam lingkungan RS
tersebut untuk suatu periode
tertentu
Mekanisme Kredensial

Tujuan Kebijakan
 Melindungi pasien dengan memastikan bahwa
Dilakukan pada saat ;
staf medis yang melakukan pelayanan di RS  Staf medis yang baru diterima, dinyatakan
adalah staf medis yang kompeten baik hasil psikotes, MCU dan wawancara
oleh kepala divisi medis, diajukan kepada
direktur untuk dilakukan kredensial
 Hasil kredensial berupa rincian
kewenangan klinis berlaku selama tiga
tahun, dan selanjutnya akan dilakukan
rekredensial bila staf medis masih
menjalankan tugasnya di RS tersebut
Prosedur Kredensial

Anda mungkin juga menyukai