Anda di halaman 1dari 26

1

 MINI REFARAT
 Oleh :
 Nurul Afina Ramadhani
 Andi Titin Suhartina
 Mirnawati Yalida
 Ridwan Musa
 Citra Dewi
 Wahyuni
 Ekahabina
DEFENISI DAN ETIOLOGI
 Dislokasi sendi adalah tergesernya
permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain.
 Dislokasi shoulder adalah cidera pada
persendian yang mana kepala tulang
(caput humeri) lepas atau bergeser dari
mangkoknya (cavitas glenoidalis).
 Penyebab  Cedera Olahraga, trauma
yang tidak berhubungan dengan
olahraga, terjatuh, patologis.
2
ANATOMI SENDI BAHU
LIGAMEN
1. Sendi glenohumeralis
Ligament yang memperkuat
antara lain:
 Ligamentum coraco humerale
 ligament coracoacromiale
 ligament glenohumerale

2. Sendi Sternoclaviculare
Ligament yang memperkuat
antara lain:
 ligamentum interclaviculare
 ligamentum costoclaviculare,
 ligamentum sterno claviculare

3. Sendi Acromioclaviculare
Ligament acromio claviculare
ligament coraco clavicuculare

4. Sendi Scapulothoracicus
PATOFISIOLOGI

 Dislokasi biasanya disebabkan


oleh jatuh yang bertumpu
pada tangan dan bahu.
Humerus terdorong kedepan,
merobek kapsul atau
menyebabkan tepi glenoid
teravulsi. Pada dislokasi
berulang, labrum dan kapsul
sering terlepas dari lingkar
anterior glenoid.
7
Dislokasi Bahu Anterior

 Dislokasi preglenoid,
subcoracoid, subclaviculer.
Paling sering ditemukan
jatuh yang menyebabkan
rotasi eksternal bahu atau
cedera akut karena lengan
dipaksa berabduksi, dan
ekstensi.
8
Dislokasi Bahu Anterior
 Manifestasi Klinis  Komplikasi
• Khas : penderita • Rekuren : Hill-Sachs
biasanya menyangga lesion
lengan yang cedera pada • Avulsi Tuberositas
bagian siku dengan mayor (banyak terjadi
menggunakan tangan pada pasien > 45 tahun).
sebelahnya.
• Fraktur anterior glenoid
• Lengan dalam posisi lip
abduksi ringan
• Kerusakan arteri
• Kontur terlihat ‘squared aksilaris dan pleksus
off’ brakialis.
• Nyeri
Dislokasi Bahu Posterior9

 Biasanya trauma langsung


pada sendi bahu dalam
keadaan rotasi interna, serta
terjulur atau karena
hantaman pada bagian
depan bahu, dan dapat juga
terkait dengan kontraksi
otot saat kejang atau cedera
akibat tersetrum listrik .
10
Dislokasi Bahu Posterior
 Manifestasi Klinis  Komplikasi
 Lengan terletak  kerusakan arteri
berotasi internal dan
aksilaris dan
adduksi
nervus brachialis
 Penderita merasakan
nyeri, dan terdapat
penurunan pergerakan
dari bahu.
Dislokasi Bahu Inferior 11

Pada luxatio erecta posisi


lengan atas dalam posisi
abduksi, kepala humerus
terletak dibawah glenoid,
terjepit pada kapsul yang robek
. Karena robekan kapsul sendi
lebih kecil dibanding kepala
humerus, maka sangat susah
kepala humerus ditarik keluar,
hal ini disebut sebagai “efek
lubang kancing” ( Button hole
effect ).
12
Dislokasi Bahu Inferior
 Manifestasi Klinis
 Abduksi lengan atas dengan posisi ‘hand over
head’
 Hilangnya kontur bulat dari bahu.
 Komplikasi
 kerusakan arteri aksilaris dan nervus brachialis
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan penunjang yang


dapat dilakukan adalah rontgen
foto bahu anteroposterior (AP)
dan lateral, posisi Axial dan
posisi ”Y” scapular view.
Dianjurkan melakukan
pemeriksaan pandangan oblik
agar dipastikan tidak terdapat
dislokasi posterior.

Dislokasi anterior  tanda khas berupa light


bulb karena adanya rotasi interna humerus.
 Sangat mudah terjadi miss diagnosa
dislokasi bahu posterior pada bahu AP.
Suspek dislokasi posterior jika terdapat
‘light bulb sign’ karena rotasi internal
bahu dan terdapat overlap antara head
humerus dan glenoid labrum pada foto
bahu AP.
Penatalaksanaan
 Lakukan reposisi segera.
 Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat
kejadian tanpa anestesi, misalnya : (dislokasi
siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase
syok), dislokasi bahu, siku atau jari dapat
direposisi dengan anestesi local
 Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat
semula dengan menggunakan anastesi jika
dislokasi berat.
Penatalaksanaan
 Kaput tulang yang mengalami dislokasi
dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi.
 Sendi kemudian diimobilisasi dengan
pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil.
 Memberikan kenyamanan dan melindungi
sendi selama masa penyembuhan.
Teknik Cooper-Milch
 Dibawah conscious sedation,
tempatkan penderita pada posisi
supine dengan siku fleksi 90o.
 Luruskan siku dan dengan sangat
perlahan pindahkan lengan pada
posisi abduksi penuh yang
ditahan pada traksi lurus dimana
seorang asisten mengaplikasikan
tekanan yang lembut pada sisi
medial dan inferior dari humeral
head.
 Adduksi lengan secara bertahap.
 Pasang collar dan cuff, kemudian
lakukan X ray post reduksi.
Teknik Stimson’s
 berikan analgesik IV dimana
penderita berbaring pada
posisi pronasi dengan
lengan tergantung di sebelah
trolley dengan beban seberat
2,5-5kg terikat pada lengan
tersebut.
 Perlahan setelah 5-30
menit, lakukan relokasi
bahu.
 Pasang collar dan cuff,
periksa x ray post reduksi.
Teknik Hipocrates
Metode ini dilakukan jika metode stimson
tidak memberikan hasil dalam waktu 15
menit.
 Reposisi dilakukan dengan
menggunakan general anestesi.
 Lengan pasien ditarik kearah distal
punggung dengan sedikit abduksi,
sementara kaki penolong berada
diketiak pasien untuk mengungkit kaput
humerus kearah lateral dan posterior.
 Setelah reposisi, bahu dipertahankan
dalam posisi endorotasi dengan
penyangga ke dada selama paling
sedikit 3 minggu
 Pasang collar dan cuff, periksa x-ray
post reduksi
Teknik kocher
 tahap 1 : dalam posisi siku
fleksi penolong menarik
lengan atas kearah distal.
 tahap 2 : dilakukan gerakan
ekserotasi dari sendi bahu
 tahap 3 : Melakukan gerakan
adduksi dan fleksi pada sendi
bahu
 tahap 4 : Melakukan gerakan
endorotasi sendi bahu
Setelah ter-reposisi sendi bahu
difiksasi dengan dada, dengan
verban dan lengan bawah digantung
dengan sling (mitella ) selama 3
minggu
Teknik Countertraction
 Dibawah conscious sedation,
tempatkan pasien berbaring supine
dan tempatkan rolled sheet
dibawah aksila dari bahu yang
terkena.
 Abduksi lengan sampai 45o dan
aplikasikan sustained in line
traction sementara. Asisten
memasang traksi pada arah yang
berlawanan menggunakan rolled
sheet.
 Setelah relokasi, pasang collar dan
cuff, periksa X ray post reduksi.
 Penempatan : klinik ortopedik
setelah 3 hari.
Penatalaksanaan
Apabila tehnik Manipulasi dan reduksi tidak berhasil
atau tidak memungkinkan, maka dapat dipikirkan
dilakukan operasi. Adapun indikasi untuk dilakukan
operasi adalah :
1. Dislokasi yang berkali – kali, terutama bila terdapat
nyeri
2. Subluksasi berulang atau rasa takut terhadap
dislokasi cukup ikut mencegah keikutsertaan dalam
aktifitas sehari – hari atau olahraga.
Penatalaksanaan
 Operasi terdiri atas tiga jenis :
 Operasi untuk memperbaiki labrum glenoid dan kapsul
yang robek (prosedur Bankart)
 Operasi untuk memendekkan kapsul anterior dan
subskapularis dengan perbaikan tumpang – tindih
(operasi Plutti – Platt)
 Operasi untuk memperkuat kapsul anteroinferior dengan
mengarahkan tulang otot lain ke bagian depan sendi itu
(misalnya operasi Bristow – Helfet, 1958)
Penatalaksanaan
 Kalau labrum dan kapsul
anterior terlepas, dan sendi
tidak nyata – nyata longgar,
sebaiknya dilakukan operasi
Bankart yang digabungkan
dengan kapsulografi anterior.
Sendi dibuka dengan
pendekatan deltopektoral,
labrum dijahit pada lubang
yang dibor pada lingkar
glenoid dan bila perlu, kapsul
dikencangkan dengan lipatan
tumpang tindih tanpa
memperpendek subskapularis
Komplikasi
 Komplikasi yang dapat terjadi adalah timbulnya
lesi pleksus brakialis dan nervus aksilaris
 Robekan arteri aksilaris juga dapat terjadi
terutama pada orang tua yang dilakukan reduksi
dislokasi dengan tenaga yang berlebihan:
 Kaku sendi yaitu Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama
pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya
kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi Abduksi
 Dislokasi rekurens
 Kelemahan otot
Prognosis

 Tingkat kesembuhan pada kasus ini baik jika tidak timbul


komplikasi

Anda mungkin juga menyukai