Oleh : Kelompok 1 Pengertian Mawaris atau Kewarisan
• Nabi muhammad SAW ... membawa
hukum waris islam untuk mengubah hukum waris jahiliyah yang sangat dipengaruhi oleh unsur – unsur kesukuan yang menurut islam tidak adil. • Dalam hukum waris Islam, apakah dia laki-laki atau perempuan , berhak memiliki harta benda dari harta peninggalan. Pengertian Mawaris atau Kewarisan
• Mawaris merupakan serangkaian kejadian
mengenai pengalihan pemilikan harta benda dari seorang yang meninggal dunia kepada seseorang yang masih hidup. Dalam mawaris terdapat beberapa istilah antara lain : a. Menurut bahasa - Miratsun (bentuk jamak), yaitu mauruts yang bermakna peninggalan orang meninggal yang diwariskan kepada ahli warisnya . - Ilmu faraid atau faradah (bentuk jamak), adalah ilmu yang telah ditetapkan oleh syara’. - Jadi, mawaris ialah harta-harta peninggalan atau harta-harta pusaka dari orang yang meninggal yang dapat diwarisi oleh orang-orang yang dapat menerimanya. b. Muwaris ialah orang yang meninggalkan harta warisan. c. Waris (ahli waris) ialah orang yang berhak menerima warisan dari orang yang meninggal. d. Faroid ialah ilmu yang mempelajari tentang pembagian harta warisan. Hukum Dasar Waris 1. Al’Quran Artinya : "Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit ataupun banyak menurut bagian yang telah ditetapkan". (An-Nisa : 7) Hukum Dasar Waris 1. As- Sunnah • Dari Ibnu Mas’ud, katanya: Bersabda Rasulullah saw..: “Pelajarilah al-Qur'an dan ajarkanlah ia kepada manusia, dan pelajarilah al faraidh dan ajarkanlah ia kepada manusia. Maka sesungguhnya aku ini manusia yang akan mati, dan ilmu pun akan diangkat. Hampir saja nanti akan terjadi dua orang yang berselisih tentang pembagian harta warisan dan masalahnya; maka mereka berdua pun tidak menemukan seseorang yang memberitahukan pemecahan masalahnya kepada mereka”. (H.R. Ahmad). • “Ilmu itu ada tiga macam dan yang selain yang tiga macam itu sebagai tambahan saja: ayat muhkamat, sunnah yang datang dari Nabi dan faraidh yang adil”. (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah). • Dapat disimpulkan, mempelajari ilmu faraidh adalah fardhu kifayah, artinya semua kaum muslimin akan berdosa jika tidak ada sebagian dari mereka yang mempelajari ilmu faraidh dengan segala kesungguhan. Ketentuan Mawaris dalam Islam 1. Ahli Waris Jumlah ahli waris yang berhak menerima harta warisan dari seseorang yang meninggal dunia ada 25 orang,yaitu 15 orang dari ahli waris pihak laki-laki yang biasa disebut ahli waris ashabah (yang bagiannya berupa sisa setelah diambil oleh zawil furud) dan 10 orang dari ahli waris pihak perempuan yang biasa disebut ahli waris zawil furud (yang bagiannya telah ditentukan) Syarat-syarat Mendapatkan Warisan
• Tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang-
penghalang untuk mendapatkan warisan. • Kematian orang yang diwarisi, walaupun kematian tersebut berdasarkan vonis pengadilan. Misalnya hakim memutuskan bahwa orang yang hilang itu dianggap telah meninggal dunia. • Ahli waris hidup pada saat orang yang memberi warisan meninggal dunia. Jadi, jika seorang wanita mengandung bayi, kemudian salah seorang anaknya meninggal dunia, maka bayi tersebut berhak menerima warisan dari saudaranya yang meninggal itu, karena kehidupan janin telah terwujud pada saat kematian saudaranya terjadi. Sebab-sebab Menerima Warisan
• Nasab (keturunan), yakni kerabat yaitu ahli waris yang
terdiri dari bapak dari orang yang diwarisi atau anak- anaknya beserta jalur kesampingnya saudara-saudara beserta anak-anak mereka serta paman-paman dari jalur bapak beserta anak-anak mereka. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. an-Nisa'/4:33: “Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya...” Sebab-sebab Menerima Warisan
• Pernikahan, yaitu akad yang sah yang menghalalkan
berhubungan suami isteri. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. an-Nisa'/4:12: “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri- isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak.” Suami istri dapat saling mewarisi dalam talak raj’i selama dalam masa idah dan ba’in, jika suami menalak istrinya ketika sedang sakit dan meninggal dunia karena sakitnya tersebut. Sebab-sebab Menerima Warisan
• Wala’, yaitu seseorang yang memerdekakan budak laki-
laki atau budak wanita. Jika budak yang dimerdekakan meninggal dunia sedang ia tidak meninggalkan ahli waris, maka hartanya diwarisi oleh yang memerdekakannya itu. Rasulullah saw. bersabda, yang artinya: “Wala’ itu milik orang yang memerdekakannya.” (HR.al-Bukhari dan Muslim). Sebab-sebab Seseorang Tidak Mendapat Harta Waris a. Hamba(budak) ia tidak cakap memiliki sebagaimana firman Allah swt. Artinya: ” Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui” ( Q.S. An-Nahl:75). b. Pembunuh, orang yang membunuh tidak dapat mewarisi harta dari yang dibunuh. Sabda Rasulullah SAW.Artinya: ”Yang membunuh tidak dapat mewarisi sesuatu dari yang dibunuhnya”(H.R. Nasai). c. Murtad dan kafir, orang yang keluar dari Islam, yaitu antara pewaris atau yang mati, murtad salah satunya. Ketentuan Pembagian Harta Harisan 1. Ahli waris Zawil Furud 1) Mendapat bagian ½ • Suami, jika istri yang meninggal tidak ada anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki. • Anak perempuan, jika tidak ada saudara laki-laki atau saudara perempuan. • Cucu perempun, jika sendirian; tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki • Saudara perempuan sekandung jika sendirian; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada bapak, tidak ada anak atau tidak ada cucu dari anak laki-laki. • Saudara perempuan sebapak sendirian; tidak ada saudara lakilaki, tidak ada bapak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki. 2) Mendapat ¼ • Suami, jika istri yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki. • Istri, jika suami yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki. 3) Mendapat 1/8 • Yang berhak mendapatkan bagian 1/8 adalah istri, jika suami memiliki anak atau cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki. Jika suami memiliki istri lebih dari satu, maka 1/8 itu dibagi rata di antara semua istri. 4) Mendapat 2/3 • Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak ada anak laki-laki. • Dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, jika tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung. • Dua saudara perempuan sekandung atau lebih, jika tidak ada saudara perempuan sebapak atau tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung atau sebapak. • Dua saudara perempuan sebapak atau lebih, jika tidak ada saudara perempuan sekandung, atau tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung atau sebapak. 5) Mendapat 1/3 • Ibu, jika yang meninggal dunia tidak memiliki anak laki- laki, cucu perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki, tidak memiliki dua saudara atau lebih baik laki-laki atau perempuan. • Dua saudara seibu atau lebih, baik laki-laki atau perempuan, jika yang meninggal tidak memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki. • Kakek, jika bersama dua orang saudara kandung laki-laki, atau empat saudara kandung perempuan, atau seorang saudara kandung laki-laki dan dua orang saudara kandung perempuan. 6) Mendapat 1/6 • Ibu, jika yang meninggal dunia memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki, saudara laki-laki atau perempuan lebih dari dua yang sekandung atau sebapak atau seibu. • Nenek, jika yang meninggal tidak memiliki ibu dan hanya ia yang mewarisinya. Jika neneknya lebih dari satu, maka bagiannya dibagi rata. • Bapak secara mutlak mendapat 1/6, baik orang yang meninggal memiliki anak atau tidak. • Kakek, jika tidak ada bapak. • Saudara seibu, baik laki-laki atau perempuan, jika yang meninggal dunia tidak memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki. • Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika bersama dengan anak perempuan tunggal; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada anak laki-laki paman dari bapak. • Saudara perempuan sebapak, jika ada satu saudara perempuan sekandung, tidak memiliki saudara laki-laki sebapak, tidak ada ibu, tidak ada kakek, tidak ada anak laki-laki. b. Ahli Waris 'Asabah Merupakan perolehan bagian dari harta warisan yang tidak ditetapkan bagiannya dalam furud yang enam (1/2, 1/4, 1/3, 2/3, 1/6, 1/8), tetapi mengambil sisa warisan setelah ashabul furud mengambil bagiannya. Ahli waris ashabah bisa mendapatkan seluruh harta warisan jika ia sendirian, atau mendapatkan sisa warisan jika ada ahli waris lainnya, atau tidak mendapatkan apa-apa jika harta warisan tidak tersisa, berdasarkan sabda Rasulullah saw.: Sabda Rasulullah : “Berikanlah warisan itu kepada yang berhak menerimanya, sedang sisanya berikan kepada (ahli waris) laki-laki yang lebih berhak (menerimanya).” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Hijab dan Mahdzab • Hijab menurut bahasa berarti al-man’u (menghalangi, mencegah).Sedangkan hijab menurut istilah adalah menghalangi seseorang untuk menerimasebagian atau seluruh bagian harta warisan sebab ada ahli waris lain yang lebih utama. • Mahdzab adalah ahli waris yang ditutup hak warisnya karena adanya ahli waris yang lebih utama..
Hijab dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni:
a. Hijab Bilwashfi (hijab dengan sifat), yaitu menghalangi seorang ahliwaris mendpatkan warisan karena sebab perbudakan, berlainan agama dan pembunuhan. b. Hijab Bisyakhsi, seorang ahli waris terhalang mendapatkn warisan karena ada ahliwaris yang lebih kuat atau lebih dekat dengan simayit dari pada orang tersebut. Pembagian Hijab Bisyakhsi 1. Hijab Nuqshan Hijab nuqshan ialah terhalangnyaseseorang yang menerima pusaka yang banyak, berpindah kepada fardgunya yang kurang karena ada seseorang yang lain. Jadi, hijab nuqshanadalahpenghalang yang menyebabkan berkurangnya bagian seorang ahli waris, dengan kata lain berkurangnya bagian yang semestinya diterima oleh seorang ahli waris karena ada ahli waris lain. 2. Hijab Hirman Hijab hirman ialah terhalangnya seseorang menerima pusaka karena ahli waris yang lain lebih utama darinya untuk mendapatkan warisan. Jadi, Hijab hirman yaitu terhijabnya seorang ahli waris dalam memperoleh seluruh bagian lantaran ada ahli waris lain yang lebih dekat. Jadi orang yang termahjub tidak mendapatkan bagian apapun karena adanya hijab. Menerapkan syariah islam dalam pembagian warisan Yang berwenang membagi harta waris atau yang menentukan bagiannya yang berhak mendapatkan dan yang tidak, bukanlah orang tua anak, keluarga atau orang lain, tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Dia-lah yang menciptakan manusia, dan yang berhak mengatur kebaikan hambaNya. ُِ ظ ْاْل ُ ْنُث َيَي ِْ ُِ ل َح ُُ ّْللاُ ِفي أ َ ْو ََل ِد ُك ُْم ِللذَ َك ُِر ِمث َُ وصي ُك ُُم ِ ُي “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu, bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan…”[An- Nisa : 11] ُْس لَ ُهُ َولَدُ َولَ ُهُ أ ُ ْخت َُ ك لَي َُ َِ ْام ُرؤُ َهل ُِ ّللاُ يُ ْف ِتي ُك ُْم ِفي ْال َك ََللَ ُِة ِإ َُ لُِ َُك ق َُ يَ ْست َ ْفتُون “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah : “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah, (yaitu) jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan…” [An-Nisa : 176] Adapun barang tidak berhak diwaris, diantaranya:
1. Peralatan tidur untuk isteri dan peralatan
yang khusus bagi dirinya, atau pemberian suami kepada isterinya semasa hidupnya. 2. Harta yang telah diwakafkan oleh mayit, seperti kitab dan lainnya 3. Barang yang diperoleh dengan cara haram, seperti barang curian, hendaknya dikembalikan kepada pemiliknya, atau diserahkan kepada yang berwajib. Sebelum harta peninggalan si mayit diwaris, hendaknya diperhatikan perkara-perkara dibawah ini. 1. Al-Muwarrits (orang yang akan mewariskan hartanya) dinyatakan telah mati, bukan pergi yang mungkin kembali, atau hilang yang mungkin dicari. 2. Al-Waritsun wal Waritsat (ahli waris), masih hidup pada saat kematiannya Al-Muwarrits 3. At-Tarikah (barang pusakanya) ada, dan sudah disisakan untuk kepentingan si mayit. 4. Hendaknya mengerti Ta’silul Mas’alah, yaitu angka yang paling kecil sebagai dasar untuk pembagian suku-suku bagian setiap ahli waris dengan hasil angka bulat. Cara Pembagian Warisan 1. Dengan cara menyebutkan pembagian masing-masing ahli waris sesuai dengan ta’silul masalahnya, lalu diberikan bagiannya. Misalnya si mati meninggalkan harta Rp. 120.000 dan meninggalkan ahli waris : isteri, ibu dan paman. Maka ta’silul masalahnya 12, karena isteri mendapatkan 1/4, dan ibu mendapatkan 1/3. – Isteri mendapatkan 1/4 dari 12 = 3, sehingga ¼ dari 120.000 = 30.000 – Ibu 1/3 dari 12 = 4, maka 1/3 dari 120.000 = 40.000 – Paman ashabah mendapatkan sisa yaitu 5, maka 120.000 – 30.000 – 40.000 = 50.000 2. Atau dengan mengalikan bagian setiap ahli waris dengan jumlah harta waris, kemudian dibagi hasilnya dengan ta’silul mas’alah, maka akan keluar bagiannya. Contoh seperti di atas, prakterknya. – Isteri bagiannya 3 x 120.000 = 360.000 : 12 = 30.000 – Ibu bagiannya 4 x 120.000= 480.000 : 12 = 40.000 – Paman bagiannya 5 x 120.000 = 600.000 : 12 = 50.000 3. Atau membagi jumlah harta waris dengan ta’silul mas’alah, lalu hasilnya dikalikan dengan bagian ahli waris, maka akan keluar hasilnya. Contoh seperti di atas, prkateknya. -Isteri bagiannya 120.000 : 12 = 10.000 x 3 (1/4 dari 12) = 30.000 -Ibu bagiannya 120.000 : 12 = 10.000 x 4 (1/3 dari 12) = 40.000 -Paman bagiannya 120.000 : 12 = 10.000 x 5 (sisa) = 50.000 MANFAAT HUKUM WARIS 1. Ketentraman hidup dan suasana kekeluargaan yang harmonis. “ Syariah diturunkan untuk kebaikan hidup umat Islam dan memberi jalan keluar yang paling sesuai dengan kehidupan manusia.” Pelaksanaan pembagian waris semata-mata bertujuan menciptakan ketentraman hidup. Orang yang memahami syariah akan menerima dengan ikhlas setiap keputusan yang bersumber dari syariah. 2. KeadilandanMencegahKonflik “ Pembagian waris Islam merupakan pembagian dengan nilai keadilan paling tinggi. Keadilan ini dapat mencegah munculnya konflik dalam keluarga yang bahkan bisa berujung pertumpahan darah. MANFAAT HUKUM WARIS 3. Selamat dari Kedzaliman dalam Pembagian Harta Waris “ Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya seorang beramal dengan amalan kebaikan selama tujuh puluh tahun, kemudian dia berwasiat (di akhirhayatnya) dan berbuat dzolim dalam wasiatnya maka amalnya ditutup dengan kejelekan maka diapun masuk neraka, dan ada seorang yang melakukan amalan kejelekan selama tujuh puluh tahun kemudian dia berwasiat dengan keadilan (diakhirhayatnya) maka amalannya ditutup dengan kebaikan maka masuklah kedalam jannah. Kemudian Abu Hurairahberkata: “Bacalahfirman Allah: beliumembaca Q.S An-Nisa 13-14” MANFAAT HUKUM WARIS 4. Menjaga Hak-Hak Manusia yang telah Allah Tetapkan “ Dari Jabir bin Abdillah berkata: Istri Sa’d bin Rabi’t mendatangi Rasulullah SAW dengan membawa kedua anak perempuan dari Sa’d, dia berkata: “Wahai Rasulullah, kedua anak perempuan ini adalah anak Sa’d bin Rabi’ yang terbunuh syahid ketika perang Uhud bersama engkau, dan paman keduanya (saudara laki-laki Sa’d bin Rabi’-pent) mengambil harta keduanya dan tidak meninggalkan untuk keduanya harta, dan keduanya tidak bisa dinikahkan kecuali jika memiliki harta. (mendengar pengaduan ini) Rasulullah r bersabda: “Allah akan memutuskan perkara ini.” Kemudian turunlah ayat-ayat tentang waris maka Rasulullah SAW mengutus kepada paman kedua anak ini dan memerintahkan agar memberi kedua anak perempuan Sa’d bin Rabi dua pertiga, dan memberi ibunya seperdelapan dan apa yang tersisa adalah untukmu. MANFAAT HUKUM WARIS 5. Menjaga Syariat Allah dan Menyebarkannya di tengah-tengah Umat “ Barang siapa memberikan contoh yang baik dalam Islam, dia akan mendapat pahalanya dan pahala orang-orang yang melakukan kebaikan tadi tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun.” TERIMA KASIH… WASSALAMU’ALAYKUM…