Karl Marx menulis : "Penderitaan religius, pada saat yang bersamaan, adalah ekspresi dari penderitaan riil dan protes terhadap penderitaan riil tersebut. Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jantung-hati dari dunia yang tak berperasaan, dan jiwa dari situasi yang tak berjiwa. Agama adalah candu bagi masyarakat.” Pemahaman Masyarakat
Kutipan teks tersebut seringkali
disalahpahami, karena para pembaca tidak masuk ke dalam seluruh rangkaiannya dengan jeli. Kalimat “Agama adalah candu bagi masyarakat” sering dikutip dengan pemahaman yang serampangan dan tendensius; dipahami sebagai sikap anti- agama Marx yang vulgar. Padahal, eksposisi yang sesungguhnya, pernyataan di atas merupakan kritik Marx terhadap masyarakat yang, dalam sistem kapitalisme, telah berubah menjadi kejam, dan oleh karenanya menempatkan agama sebagai pembangkit semangat buat rakyat tertindas agar tetap kuat bertahan. Tetapi, terlepas dari pandangan ateisnya, Marx tidak menjadikan agama sebagai musuh utama dalam karya-karyanya.