Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 3

Nama Anggota :
1. Ani Khomsah O.
2. Dewi Sinta
3. Fatma Mardhotillah
4. Hendik Oktavian
5. Luki Erdiana
6. M. Sholahudin
7. Rizka Ayu A.
8. Siti Sofiyah
9. Sofia Nur Halisa
10. Sri Purnamasari
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
DENGAN SISTEM ENDOKRIN
(DIABETES MELLITUS type 2)
PENGERTIAN

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolism yang


ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan
abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin
atau penurunan sensitifitas insulin atau
keduanya. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 188).
ETIOLOGI

• DM tipe 2 disebabkan oleh :


1. Kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
• Faktor resiko yangberhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe 2 :
1. usia,
2. obesitas,
3. riwayat dan keluarga. (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 188)
MANIFESTASI KLINIS

• Poliuria
• Polidipsi
• Polifagi
• Lemah dan letih
• Penurunan berat badan
• Pandangan kabur berulang (Black, 2014, p. 639)
FARMAKOLOGI

Terapi farmakologi yang diberikan untuk mengobati


diabetes melitus antara lain berupa:
• Obat anti diabetes oral seperti metformin,
glibenklamid, glimepirid.
• Insulin diberikan pada pasien diabetes melitus yang
tidak terkontrol dengan obat anti diabetes oral.
TERAPI DIET
Prinsipnya menggunakan 3J (tepat jenis, jumlah, dan jadwal).
Selain itu pada consensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan
adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat
(60-70%), protein(10-15%), dan lemak (20-25%). Apabila
diperlukan , santapan dengan komposisi karbohidrat sampai (70-
75%) juga memberikan hasil yang baik. Terutama untuk
golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan,status gizi,umur,stress akut, dan kegiatan jasmani
untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol
<300 mg/hari. Jumlah kandungan serat ±25 g/hari, diutamakan
jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat
hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.
PATOFISIOLOGI
Diabetes Tipe II
Resistensi insulin adalah keadaan dimana tidak bekrja optimal pada sel-sel
targetnya seperti sel otot, sel lemak dan sel hepar. Keadaan resistensi terhadap
efek insulin menyebabkan sel B pankreas mensekresi insulin dalm kualitas yang
lebih besar untuk mepertahankan homeostasis glukosa darah, sehingga terjadi
hiperinsulinemia kompensatori untuk mempertahankan keadaan euglikemia. Pada
fase tertentu dari perjalanan penyakit DM tipe II, kadar glukosa darah mulai
,meningkat walaupun dikompensasi dengan hiperinsulinnemia.
Keadaan glukotoksititas dan lipotoksisitas akibat kekurangan insulin relatif
(walaupun telah dikompensasi dengan hiperinsulinemia) mengakibatkan sel B
pankreas mengalami disfungsi dan terjadilah gangguan metabolisme glukosa
berupa glukosa puasa terganggu, gangguan toleransi glukosa dan akhirnya DM
tipe II
(Arifin, 2013)
PENGKAJIAN
• Identitas
Diabetes tipe 2 adalah tipe DM paling umum yang biasanya
terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa
tua dan biasanya disertai obesitas. (Black, 2014, pp. 632-63)
• Sistem endokrin
Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya
mengakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat yang
menyebabkan DM tipe1. Respon sel beta pancreas terpapar secara
kronis terhadap kadar glukosa darah yang tingai menjadi progresif
kurang efisien yang menyababkan DM tipe2 (Black, 2014, p. 634)
ANALISA DATA
No Hari/tanggal DS/ DO Problem Etiologi
1 Sabtu, 14 DS :Px mengatakan Ketidakefektif Kurang
September 2019 rasa kesemutan pada an perfusi pengetahuan
kaki/ tungkai bawah, jaringan tentang faktor
luka gak sembuh- perifer yang dapat di
sembuh, bau, dan rubah
nyeri luka.
DO: Px berbaring
lemah, edema,
penyembuhan luka
lambat, dan warna
kulit pucat.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

• Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d Kurang


pengetahuan tentang faktor yang dapat di rubah
(Buku NANDA 2018-2020, hal. 236 domain 4. kelas 4.
kode diagnosis 00204)
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari Tanggal NOC NIC
1 Sabtu, 14-10-2019 Setelah dilakukan tindakan keperawatan O: -Kaji ulkus statis
selama 1x24 jam Ketidakefektifan dan gejala selulitis
perfusi jaringan perifer dapat teratasi -Lakukan pengkajian
dengan: kompherensif
a. Tingkat stimulasi kulit di rasakan terhadap sirkulasi
dengan tepat. perifer.
b. Keutuhan struktural dan fungsi N: Perawatan sirkulasi:
fisiologis normal kulit dan Insufisiensi Vena
membran mukosa. E: Anjurkan pasien
c. Keadekuatan aliran darah melalui atau keluarga untuk
pembuluh darah kecil ekstremitas memeriksa kulit setiap
untuk mempertahankan fungsi hari untuk mengetahui
jaringan. perubahan integritas
kulit
C:Beri obat nyeri,
beritahu dokter jika
nyeri tidak kunjung
(Wilkinson, Diagnosa Keperawatan reda
Edisi 9, 2013, hal. 821)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/tanggal Intervensi Respon
1 Sabtu, 14-10-2019. 08:00 wib Mengkaji ulkus statis DS: Px mengatakan
dan gejala selulitis luka gak sembuh-
sembuh
DO: Px terlihat
berbaring lemas
09:00 wib Melakukan prawatan DS: Px mengatakan
sirkulasi: Insufisiensi bersedia
Vena DO: Px mengikuti
instruksi
10:00 wib Menganjurkan pasien DS: Keluarga px
atau keluarga untuk mengatakan mengerti
memeriksa kulit setiap dan jika butuh
hari untuk mengetahui memanggil perawat
perubahan integritas DO: Keluarga px
kulit sudah mengerti

10:30 wib Memberikan obat DS: Px bersedia


nyeri resep dari dokter DO: Px kooperatif
EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal Evaluasi TTD

1 Sabtu, 14 September S: Px mengatakan luka


2019. 12:30 wib belumsembuh-sembuh dan
bau, badan merasa lemas.

O: Px tampak berbaring
lemah

A: Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer belum
teratasi

P: Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5.
PENCEGAHAN
1. PRIMER (upaya ditunjukkan pada kelompok yang berisiko)
a. Mempertahankan BB dalam batas normal
b. Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
c. Menghindari zat/obat yang dapat mencetuskan diabetes
2. SEKUNDER (upaya mencegah timbulnya penyulit penderita yg terdiagnosis DM)
a. Tetap melakukan pencegahan primer
b. Pengendalian gula darah tidakterjadi komplikasi
c. Mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun insulin (Juaneidi, 2009)
3. TERSIER (upaya mencegah kecacatan lebih lanjut))
a. Perawatan yang menyeluruh
b. Upaya rehabilitasi untuk mempertahankan kualitas hidup
c. Kolaborasi dengan pelayanan kesehatan (Ulfa,2015)

Anda mungkin juga menyukai