Anda di halaman 1dari 14

Asuhan keperawatan

resiko bunuh diri


Kelompok 6
Trigger case
• Klien nona A berusia 18 tahun riwayat pendidikan SMA beragama islam dibawa ke Rumah
Sakit Jiwa oleh keluarga dengan alasan akan melakukan percobaan bunuh diri. Pada saat
dilakukan pengkajian klien dalam kondisi tangan terisolasi. Kemudian perawat mencoba
menenangkan klien, apabila klien bersedia menurut dengan perawat maka ikatan klien akan
dilepaskan. Setelah klien tenang, perawat mencoba mendekati klien dan menyuruh klien
untuk menceritakan tentang apa yang ia rasakan sekarang. Klien bercerita pada perawat
bahwa klien dilecehkan oleh kakak kandungnya sendiri, klien ingin menceritakan kejadian
yang dialaminya kepada keluarga. Namun, klien tak punya cukup keberanian untuk
mengungkapkan kejadian yang sebenarnya. Disisi lain kedua orang tua klien selalu sibuk
bekerja, klien hanya tinggal berdua dengan kakaknya . ketika klien menyebut nama kakaknya,
klien menangis sambil mencakar-cakar tubuhnya dan langsung berdiri kearah
tembok untuk membenturkan kepalanya. Klien mengatakan ingin mengakhiri
hidupnya saja karena merasa malu dirinya tidak suci lagi.
Pengkajian
Nama : Nn. A
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Diagnosa masuk : resiko bunuh diri
Pendidikan : SMA
Alasan masuk : klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa oleh keluarga dengan alasan akan
melakukan percobaan bunuh diri. Pada saat pengkajian klien menceritakan tentang apa yang ia
rasakan, ketika klien menyebut nama kakaknya, klien menangis sambil mencakar-cakar
tubuhnya dan langsung berdiri kearah tembok untuk membenturkan kepalanya. Klien
mengatakan ingin mengakhiri hidupnya saja karena merasa malu dirinya tidak suci lagi.
Data focus
• Status mental
1. Aktivitas motoric
klien menangis sambil mencakar-cakar tubuhnya dan langsung berdiri kearah tembok
untuk membenturkan kepalanya.
2. Afek dan emosi
Ambivalen, karena ketika klien menyebut nama kakaknya, klien menangis sambil
mencakar-cakar tubuhnya dan langsung berdiri kearah tembok untuk membenturkan
kepalanya. Klien mengatakan ingin mengakhiri hidupnya saja karena merasa malu
dirinya tidak suci lagi.
Pohon masalah

Efek Bunuh Diri

Resiko bunuh diri (mencederai diri


Core sendiri untuk mengakhiri hidup)
problem

Gangguan harga diri : Harga Diri


Causa
Rendah

Koping keluarga & individu


tidak efektif
Diagnosa keperawatan
• Resiko bunuh diri
• HDR
• Gangguan konsep diri
• Koping individu tidak efektif
Nursing care plan (NCP)

TUK 4 1. Klien dapat menyebutkan contoh 1. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
Klien dapat pencegahan bunuh diri secara 2. Beri pujian atas kegiatan fisik klien yang biasa
mendemonstrasikan cara fisik : dilakukan
fisik untuk mencegah bunuh a. Tarik nafas dalam 3. Diskusikan satu cara fisik yang paling mudah
diri. 1. Klien dapat mendemonstrasikan dilakukan untuk mencegah perilaku bunuh diri yaitu :
cara fisik untuk mencegah tarik nafas dalam
perilaku bunuh diri
2. Klien mempunyai jadwal untuk
melatih cara pencegahan fisik
yang telah dipelajari sebelumnya.
Model keperawatan
• Model interpersonal (Sullivan, Peplau)
Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Ansietas timbul dan dialami secara interpersonal. Rasa takut yang mendasar adalah takut terhadap penolakan.
Seseorang membutuhkan rasa aman dan kepuasan yang diperoleh melalui hubungan interpersonal yang positip.
• Proses terapeutik
Hubungan antara tepis dan klien yang penuh rasa percaya dan aman untuk mencapai kepuasan interpersonal.
Klien dibantu untuk mengembangkan hubungan akrab diluar suasana situasi terapi.
• Peran klien dan terapis
Klien menceritakan ansietas dan perasaannya pada terapis. Terapis menjalin hubungan akrab dengan klien
menggunakan empati untuk merasakan perasaan klien dan menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman
interpersonal korektif.
• Model social ( Caplan, Szaz)
Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Factor social dan lingkungan menciptakan stress, yang mengakibatkan ansietas. Perilaku yang tidak dapat
diterima diartikan secara social dan memenuhi system social.
• Proses terapeutik
Klien dibantu untuk mengatasi system social dengan intervensi krisis. Manipulasi lingkungan dan menunjukan
dukungan social dan dukungan kelompok.
• Peran klien dan terapis
Klien secara aktif menyampaikan masalah dan bekerja sama dengan terapis menyelesaikan masalah dengan
menggunakan sumber yang ada di masyarakat. Terapis menggali system social klien dan membantu
menggunakan sumber yang tersedia serta menciptakan sumber baru.
Terapi modalitas
1. Approach (pendekatan)
• Individu : Terapi yang dilakukan dengan menjalin hubungan terstruktur untuk
mengubah perilaku klien. Untuk mengembangkan klien dalam menyelesaikan
konflik, Meredakan penderitaan normal, dan klien dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya, dengan perawat melakukan pendekatan terapeutik pada klien.
• Keluarga : dengan keluarga memberi kasih sayang, dan rasa aman pada klien.
Dukungan keluarga dapat meingkatkan mekanisme koping adaptif klien, agar klien
dapat mempertahankan derajat kesehatan mentalnya. Peran perawat sendiri dalam
terapi keluarga yaitu memberi dukungan pada klien dan keluarga untuk mencapai
tujuan dan usaha untuk berubah.
2. Konten/ isi
• Kognitif (Pemikiran) : Terapi ini membantu klien dengan cara membuang pikiran dan keyakinan
buruk klien untuk kemudian diganti dengan konstruktif pola pikir lebih baik. Sehingga terapi ini
diharapkan menurunkan perilaku yang tidak dikehendaki, klien dapat meningkatan harga dirinya,
klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki
• Spiritual: Diharapkan pasien dapat lebih memaknai arti dari tujuan hidupnya dengan cara
mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Seperti klien dibantu untuk meditasi agar selalu berpikir
positif danmenerima keadaan hidupnya.
3. Cara
• Bermain : Bantu klien untuk berinteraksi dengan membebaskan klien diruang terbuka
• Lingkungan : Hindari mengisolasi klien pada ruang tertutup dan jauhkan dari benda-benda tajam.
Terapi aktivitas kelompok
• Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
Membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi
perilaku maladaptif.
• Tujuan umum :
Peserta aktivitas kelompok mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota kelompok, berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun
berespon terhadap stimulasi yang diberikan.
• Tujuan khusus :
Sesi 1 :
• Klien dapat meningkatkan harga diri
• Klien dapat berpikir positif tentang dirinya
Sesi 2 :
• Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
• Klien dapat membuat rencana masa depan yang realistis
• Problem
Terapi aktivitas kelompok pencegahan resiko bunuh diri
• Aktivitas bermain
Permainan diskusi
• Alat
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2. Kertas putih HVS
Peran perawat pada TAKSP
Leader
Co leader

Pasien Pasien

Pasien
Pasien

Fasilitator Fasilitator

Pasien Pasien
Observer

Anda mungkin juga menyukai