Anda di halaman 1dari 77

Pemeriksaan fisik anak

A R R I VA L R A H M A N D I A N P U S P I TA S
A N I N D YA R E Z Q U Y TA A KARINA SEKAR A
N A J WA S U FA H I LWA M ILHAM EFFENDI
MUTHIA TRISA N SEKARNINGRUM D
M A D I T YA R A C H M A N K H O L I FAT U L U LYA
R U T H A S T R Y E VA N G E L I A A U L I A F U R Q A N S U FA R N A P
M A R S YA N U R S Y I FA N I
Pemeriksaan Umum

 Keadaan Umum
1. Keadaan kesan sakit : apakah tidak tampak sakit,sakit ringan,sakit sedang
atau sakit berat
2. Kesadaran : Dapat dinilai jika pasien tidak tidur, dinyatakan sebagai compos
mentis,apatik,somnolen,sopor,koma dan delirium
3. Status Gizi : secara klinis dilakukan terutama dengan inspeksi dan palpasi.
Penilaian status gizi yang berdasarkan anamnesis (riwayat makan), pemeriksaan
fisis,data antropometris, dan hasil pemeriksaan laboratorium akan memberikan
hasil yang akurat.
Tanda Vital

 Nadi
Pemeriksaan nadi harus dilakukan pada
keempat ekstremitas dan harus
mencakup
1. Frekuensi atau laju nadi : takikardi
atau bradikardi
2. Irama : teratur atau disritmia
(aritmia)
3. Isi atau kualitas : cukup atau kurang
4. Ekualitas nadi : pada keadaan
normal isi nadi teraba sama pada
keempat ekstremitas
Tanda Vital

 Tekanan darah
Idealnya pada tiap pasien harus diukur
tekanan darah pada keempat
ekstremitas. Pemeriksaan tekanan
darah pada satu ekstremitas dapat
dibenarkan bila pada palpasi teraba
nadi yang normal pada keempat
ekstremitas ( nadi kedua a. brakialis
atau radialis dan kedua a. femoralis atau
dorsalir pedis)
Tanda vital

 Pernapasan  Suhu tubuh


Pemeriksaan harus mencakup: Diukur dengan menggunakan thermometer
1. Laju napas badan. Pada umumnya yang diukur adalah
2. Irama atau keteraturan
suhu aksila.
3. Kedalaman
Pada bayi dibawah usia 2 tahun dapat pula
diukur direktum, pada anak usia diatas 6
4. Tipe atau pola pernapasan thn, suhu dapat diukur di mulut (suhu oral).
Dalam keadaan normal tipe pernapasan Suhu rectum menggambarkan suhu tubuh
bayi adalah abdominal. Makin besar pasien (core temperature), yang lebih tinggi
anak,makin jelas komponen torakal pada dari pada suhu yang diukur di tempat lain
pernapasan, dan pada usia 7-8 thn
komponen torakal menjadi predominan
(torako-abdominal)
Antropometri
 Berat badan
Berat badan bayi ditimbang dengan timbangan
bayi, sedangkan pada anak dengan timbangan
berdiri.
Hasil pengukuran bb dipetakan pada kurva
standar bb menurut usia (BB/U). Untuk anak
usia 0-5 thn digunakan kurva weight for age
WHO 2006.
Interprestasi
- Terletak di <-3 sd : bb sangat kurang
- Terletak diantara <-2 sd sampai -3 sd : bb
cukup
- Terletak di antara -2sd sampai +2sd : bb
cukup
- Terletak di >+ 2 sd : mungkin ada masalah
pertumbuhan, lakukan penilaian bb menurut
tinggi
Antopometri

 Tinggi badan atau panjang


badan
- Alat pengukur panjang badan pada bayi
terbuat dari kayu yang mempunyai batas
tetap diujungnya, bayi ditidurkan telentang
tanpa sepatu dan tanpa topi,diusahakan
agar tubuh bayi lurus, diukur dengan akurat
dengan meletakan vertex bayi pada kayu
yang tetap, sedangkan kayu yang dapat
bergerak menyentuh tumit bayi.
- Pada anak, tinggi badan diukur pada posisi
berdiri tanpa sepatu,kaki dirapatkan,
dengan punggung bersandar pada dinding
 Lingkar Kepala
Yang diukur adalah lingkar kepala terbesar
dengan cara meletakan pita melingkari
kepala melalui glabella pada dahi,bagian
atas alis mata dan bagian belakang kepala
pasien yang paling menonjol adalah
protuberansia oksipitalis
Pada waktu lahir lingkar kepala adalah
sekitar 31-35 cm, pada usia 6 bln 43,5 cm.
lingkar kepala bertambah sekitar 2 cm per
bulan pada usia 4-6 bln dan 0,5 cm
perbulan pada usia 7-12 bln. Usia 2 thn
lingkar kepala sudah bertambah sekitar 15
cm dan pada usia 6 thn bertambah lagi 3
cm.
 Lingkar dada
Pada umumnya hanya diukur pada bayi
kurang dari 2 tahun, dengan cara
meletakan pita mengelilingi dada melalui
puting susu. Normal lingkar dada bayi baru
lahir 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala
 Lingkar lengan atas
Lingkarkan pita pengukur pada
pertengahan lengan kiri, antara acromion
dan olecranon. Pada bayi baru lahir LLA
adalah 11 cm, pada usia 1 thn LLA menjadi
16 cm dan pada usia 5 thn menjadi 17 cm
Kepala

 Bentuk dan ukuran kepala


 Bentuk kepala diukur rutin sampai
anak usia 2 tahun
 Pengukuran pada diameter
oksipitofrontal terbesar
Ubun-ubun (Fontanel)

 Ubun-ubun besar diraba dalam posisi pasien


didudukan
 Ubun-ubun kecil teraba sampai usia 4-8 minggu
 Ubun-ubun besar terlambat menutup : rakhitis, hidrosefalus,
sifilis, hipotitroidisme, osteogenesis dll
 Ubun-ubun besar normal : rata atau sedkit cekung
 Ubun-ubun besar menonjol : penigkatan intrakranial
 Ubun-ubun cekung : malnutrisi & dehidrasi
Wajah
 Asimetri wajah
 Pembengkakan wajah (disebabkan edema, radang lokal, atau infeksi kl
submaksilaris, submandibularis, dan parotis)
 Wajah dismorfik : pasien sindrom Down, sindorm William, sindrom Pierre Robin
 Hipertelorisme : bertambahnya jarak kedua pupil (N : 3,5-5,5cm)
 Telekantus : kantus medialis tergeser ke lateral
Mata

 Konjungtiva
 (nilai anemis/ hiperemis/sekret)
 Sklera
 Normal : berwarna putih, sedikit kebiruan (bayi)
 Sklera jelas biru : osteogenesis imperfekta, glaukoma, atau sindrom Marfan
 Kuning : Ikterus
 Eksoftalmos dan enoftalmos
 Posisi bola mata (Normal : iris terletak di antara kedua palpebra saar mata memandang kedepan)

Eksoftalmos : mata menonjol Enoftalmos : bola mata kecil atau


keluar dan besar (hipertiroidisme, dalam (sindrom Horner,
glaukoma, tumot retorbulbar mikroftalmos, dehidrasi berat, atau
malnutrisi
Liang Telinga Membran Timpani

 Sebelum pemeriksaan, sebaiknya  Normal : terlihat cekung dan mengkilat


didahului dengan pembersihan serumen  Abnormal : tampak rata atau cembung,
 Pemeriksaan dengn bantuan spekulum kusam, sangat merah, refleks cahaya ,
telinga atau otoskop MT menonjol,, apakah terdapat
 Perhatikan apakah terdapat laserasi, perforasi
korpus alienum, sekresi mukopurulen,
nyeri tarik daun telinga
HIDUNG
 Perhatikan bentuk, septum hidung, mukosa
hidung
 Apakah terdapat sekret hidung, darah, atau
benda asing
MULUT

 Apakah terdapat trismus


 Perhatikan bibir (warna & mukosa),
apakah terdapat fisura pada bibir
apakah terdapat labioskisis?
 Perhatikan mukosa pipi (oral thrush, bercak Koplik, ulserasi, pada mukosa
pipi)
 Perhatikan gusi (warna, edema, tanda radang, neoplasma)
 Tanda radang gusi : bengkak, nyeri merah, muntah berdarah
 Perhatikan lidah :
- apakah terdapat kelainan kongenital (lidah terlalu besar, mikroglosia), Lidah
kering (dehidrasi), Tremor lidah (korea, hipertiroidisme), Lidah kotor (demam
tifoid, campak, scarlet fever), Geographic tounge
GIGI - GELIGI

 Gigi susu
- Gigi susu mulai tumbuh pada umur 5 bulan
- Pada umur 3 tahun, ke 20 gigi susu harus sudah tumbuh
- Keterlambatan pertumbuhan gigi susu : hipertiroidisme, hipopituitarisme
 Kelainan pada gigi :
- Karies dentis
 Faring :  Laring :
- Perhatikan dinding posterior - Apakah terdapat stridor
faring : hiperemia, edema, - Pemeriksaan laringoskopi
membran ekusdat, abses, (dilakukan bila terdapat stridor)
post nasal drips - Epiglotitis : ditandai dengan
- Tonsil : ukuran, kripti, demam akut, nyeri tenggorok,
detritus, hiperemia, ulserasi, disfagia, hipersalivasi, suara serak
membran atau bercak
perdarahan
LEHER

 Massa di leher :
- Kelenjar getah bening dengan diameter >1cm = abnormal
- Pemeriksaan dilakukan dengan pasien telentang, & kelenjar tiroid diraba dari kedua
sisinya dengan jari telunjuk dan tengah, perhatikan bahwa tiroid bergerak ke atas bila
pasien menelan ludah
- Perhatikan : ukuran, bentuk, posisi, konsistensi, permukaan, mobilitas tiroid, nyeri
Pemeriksaan Fisik Dada

 Garis-garis referensi
Macam bentuk dada
 Pektus ekskavatum(funnel chest)  sternum bagian bawah serta rawan iga
masuk ke dalam, terutama pada saat inspirasi.
 Pectus karinatum(pigeon chest, dada burung)  sternum membonjol ke
luar, biasanya disertai dengan depresi vertikal daerah kostokondral.
 Barrel chest, toraks emfisematikus  dada berbentuk bulat seperti tong.
 Paru
- Inspeksi : berbagai keadaan fisiologis dan patologis pernapasan
- Palpasi :
1. Simetris atau asimerti toraks: pada rakitis, benjolan abnormal, kelenjar
limfe pada aksila
2. Fremitus suara : anak diminta menyebutkan tujuh puluh tujuh, normal
teraba getaran yang sama.
3. Krepitasi subkutis yang menunjukkan terdapatnya udara di bawah
jaringan kulit.
Perkusi
1. Perkusi langsung  mengetukkan ujung jari tengah atau telunjuk
langsung ke dinding dada.
2. Perkusi tidak langsung  dilakukan dengan meletakkan satu jari pada
dinding dada dan mengetukkan jari tangan yang lain.

 Suara perkusi paru normal adalah sonor, pekak, timpani.


 Suara perkusi yang berkurang ( redup atau pekak)  skapula, diafragma,
hati dan jantung.
Auskultasi

Auskultasi  untuk mendeteksi suara napas dasar dan suara napas tambahan.
Suara napas dasar
1. Suara napas vesikuler : suara napas normal terjadi karena udara masuk dan keluar
melalui jalan napas
2. Suara napas bronkial : terdengar inspirasi keras yang disusul ekspirasi yang lebih
keras.
3. Suara napas amforik : suara napas ini sangat menyerupai bunyi tiupan diatas
mulut botol kosong, dapat terdengar pada kaverne
4. Cog-wheel breath sound : istilah ini dipakai untuk menyatakan adanya suara napas
yang terputus-putus , tidak kontinu, pada fase inspirasi maupun ekspirasi.
5. Metamorphosing breath sound : suara napas ini dimulai dengan suara yang halus
kemudian mengeras, atau dimulai dengan suara vesikuler kemudian berubah
menjadi bronkial.
Suara napas tambahan
1. Ronki basah : suara napas tambahan berupa vibrasi terputus-putus (tidak kontunu)
akibat getaran yang terjadi karena cairan dalam jalan napas dilalui oleh udara
2. Ronki basah nyaring : oleh karena suara yang disalurkan melalui benda padat ke
stetoskop . Sedamgkan ronki basah tidak nyaring melalui media normal
3. Ronki kering : suara kontinu yang terjadi oleh karena udara melalui jalan napas yang
menyempit.
4. Wheezing (mengi) : jenis ronki kering yang terdengar lebih musikal atau sonor. Mengi
fase inspirasi biasanya menunjukkan obstruksi saluran napas bagian atas, edema laring
atau benda asing
5. Krepitasi : suara membukanya alveoli, terdengar belakang bawah dan samping pada
saat inspirasi yang dalam sesudah istirahat telentang beberapa waktu lamanya.
6. Pleural friction rub : suara gesekan kasar seolah dekat dengan tlinga, baik pada fase
inspirasi atau ekspirasi
7. Bronkofoni atau vokal resonance : resonans yang bertambah akibat adanya
pengantaran suara yang lebih baik daripada normal
 Jantung
1. Inspeksi dan palpasi
- Denyut apeks dan aktivitas ventrikel : disebut iktus kordis sulit terlihat pada
bayi dan anak kecil
- Detak pulmonal : pada keadaan normal bunyi jantung II tidak teraba.
- Getaran bising (thrill) : getaran pada dinding dada yang terjadi akibat bising
jantung yang keras
2. Perkusi
Pada anak yang besar dilakukan perkusi dari lateral ke medial dan dapat
memberikan kesan besarnya jantung
3. Auskultasi
Menguunakan stetoskop bianural, melakukan auskultasi dengan tekhnik
tertentu.
Bunyi jantung :
 Bunyi jantung I bersamaan dengan iktus kordis, bersamaan dengan denyut
karotis, terdengar paling jelas diapeks
 Akibat penutupan katub atrioventrikular.
 Bunyi jantung II normal terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi
Penutupan katub semilunar
 Bunyi jantung III : dapat terdengar atau tidak pada anak normal, nada
rendah.
 Bunyi jantung IV : nada rendah, terjadi akibat delerasi darah pada saat
pengisian ventrikel oleh atrium
 Irama derap : terdengar apabila bunyi jantung III dan IV terdengar keras
disertai dengan takikardia, terdengar seperti derapan kuda.
 Opening snap : bunyi pembukaan katub mitral
 Klik : bunyi detakan pendek bernada tinggi.
Bising jantung (murmur)
A. Bising inosen : tidak berhubungan dengan kelainan struktural jantung
B. Bising patologis : berhubungan dengan kelainan struktural baik pada katub atau sekat jantung.
Bentuk bising
1. Bising sistolik
 Bising halosistolik(pansistolik)
 Bising sistolik dini
 Bising ejeksi sistolik
 Bising sistolik akhir

2. Bising diastolik
 Bising diastolik dini
 Bising mid-diastolik
 Bising diastolik akhir

3. Bising diastolik dan sistolik


 Bising kontinu
 Bising to and fro
C. Derajat bising :
 Derajat 1/6 : bising sangat lemah
 Derajat 2/6 : bising lemah tapi mudah terdengar
 Derajat 3/6 : bising keras namun tidak disertai getaran bising
 Derajat 4/6 : bising keras disertai getaran bising
 Derajat 5/6 : bising sangat keras tetap terdengar walau stetoskop ditempelkan
sebagian
 Derajat 6/6 : bising paling keras
Pemeriksaan Fisik Abdomen
Setiap manipulasi abdomen akan merubah bunyi peristaltik usus.

Inspeksi

Auskultasi

Perkusi

Palpasi
Inspeksi
 Ukuran dan Bentuk Perut

Simetris

Asimetris
SKAFOID

POT BELLY
SKAFOID

 Pada posisi telentang


 Hernia diagfragmatika yang besar ( Bayi)
 Malnutrisi, dehidreasi berat, ileus obstruktif tinggi, serta pneumotoraks.
Inspeksi

 Dinding Perut

Hernia umbilicalis :
Keriput : • Pada anak usia sd 2 tahun
Pasca Asites • Hipotiriodea, Sindrom Down,
Dan malnutrisis Kondrodistrofi, Sindrom Hurler
• Terlihat saat menagis atau batuk
Asites :
Kulit akan meregang dan tipis
Purne Belly :
Disertai kelainan traktus urinarius,
Gambaran Vena Abdomen : kriptokismus, hidroureter
• Gizi kurang atau buruk, gagal jantung,
peritonitis, obstruksi vena.
Gerakan dinding perut

 6-7 tahun abdomen lebih banyak bergerak dari dinding dada.


 Gerakan dinding dada berkurang : Apendisitis, Peritonitis, Akut Abdomen,
Paralisis diagfragma, Asites yg sangat besar dan udara intra abdominal.
 Peristaltik mudah terlihat pada obstruksi gastrointestinal
 Lokasi peristaltik menjadi petunjuk obstruksi.
AUSKULTASI

 Peristaltik terdengar setiap 10-30 detik.


 Nyaring pada obstruksi
 Bekurang pada paralitik dan peritonitis.
 Bruit pada aorta abdominalis
 Venus hum pada Obstruksi vena aorta
 Booming atau pistol shot pada insufisiensi aorta, duktus arteriosus presisten.
Perkusi

Pekusi
Sistematik

Shifting
Dullnes

Sistematika Perkusi Abdomen Perkusi untuk mendeteksi asites


Fluid Wave
Timpani di seluruh permukaan abdomen
kecuali hati dan limpa
Knee Chest
position
 Pekak hati hilang apabila terdapat udara bebas dalam abdomen ( perfotasi
usus dan trauma rusuk)
 Kandung kemih menyebabkan perkusi pekak pada daerah supra simpisis
 Fenomena papancatur sulit di deteksi pada anak kecil.
Palpasi
Mono manual

Bimanual
Dengan Dengan dua
tangan tangan
kanan saja
Ketegangan perut dan nyeri tekan

 Lihat mimik anak ( nyeri tekan dan lepas)


 Tidak boleh menyanyakan daerah mana yg sakit karena hampir selalu
menujuk ke arah pusat.
 Lokasi nyeri tidak selalu berhubungan dengan lokasi organ.
 Tidak menentu : Alergi, asidosis, leukemia, anemia sel sabit, campak,
peritonitis atau stress.
 Defence muscular : Kolesistitis, apendisitis, atau peritonitis, spasme otot bisa
lokal atau menyeluruh.
• Gastroenteritis, • Apendisitis. • Organ hati • Pembesaran • Gastroenteritis, • Sistitis
Obstruksi yang limpa, ruptur batuk keras,
intestinal, membesar limpa dan ulkus
tumor, ulserasi invaginasi. peptikum,
divertikulum doudenum.
mackel atau
torsi ovarium
atau testis.
Bagian bawah Kuadran kanan Kuadran kanan Kuadran kiri atas
Atas umbilicus : Tengah umbilikus
perut : bawah: atas : :
:
Palpasi organ intra abdominal

Hepatomegali :
Penyakit Jantung kongestif, perikarditis,
Leukemia, Kista hati, SLE, Hemosiderosis
dan malnutrisi

Palpasi Hati
Limpa
Splenomegali :
• Infeksi ( sepsis, demam tifoid,
malaria, atau toksoplasmosis
• Talasemia, anemia sel sabit, sirosis
hati, hipertensi porta atau gagal
jantung kongestif.

Pembesaran Limpa di nilai dengan cara


shuffner
ginjal

 Ginjal tidak teraba kecuali pada neonatus


 Pemeriksaan pembesaran ginjal dengan cara ballotement.
 Pembesaran ginjal : Hidronefrosis, ginjal polikistik, abses perinefritis,
hematoma perirenal atau trombosis vena renalis.
Kandung kencing

 Kantung kencing penuh sampai kepusat pada meningitis, GBS, Koma, Pasca
bedah.
Masa intra abdominal

 Tumor Wilms : Keras, rata, unilateral, tidak melewati garis tengah.


 Neuroblastoma : Tidak sekeras tumor wilms, Nodular, melewati garis tengah
 Rabdomiosarkoma : tumor ganas, tidak bisa di gerakan dari dasar.
 Duktus Koledokus : Masa nyeri tekan dibawah hati.
 Sternosis pilorus : teraba seperti sosis di daerah epigastrium.
 Intususepsi : Masa di kuadran kanan bawah seperti sosis.
 Hernia inguinalis : masa di daerah inguinal.
Anus dan Rektum

 Hanya dilakukan pada pasien yg merangarah pada akut abdomen.


Daerah Perianal

 Tumor sakrokoksigeus
 Meningokele serta pilonidal dimple
 Abses perianal : kolitis ulseratif kronik, diare berat atau kronik.
Anus

 Anus imperforata, atresia ani


 Fistula Rektovesikal, Rektoperineal dan rektovaginal.
 Sindrom VATER : defek vertebra, atresia ani, atresia esofagus yang di sertai fistula trakeosofagus, displasia
ginjal, dan displasia tulang radius.
 Cat’s eye syndrome : Anus imperforata, koloboma mata, lobang preaurikular, kelaianan jantung bawaan
serta malformasi ginjal.
 Fisura ani
 Polip rektum
 Hemoroid
 Diaper rash :: erupsi berwarna kemerahan yang dapat disertai vesikula serta papula di sekitar rektum,
lipat paha dan genitalia eksterna.
Pemeriksaan Colok dubur

Sternosis
Ada tidaknya
Tonus Sfingter anorektal, Fistula
anus
Megakolon

Nyeri di dalam Uterus dan


Massa tumor Prostat
rektum ovarium
Genitalia Wanita

 Wanita : Sindrom feminisasi testis, Epispadia, tanda pubertas ( sebelum usian


8 tahun, pubertas prekoks)
 Sekret : Leukore ( tidak iritatif secara fisiologis timbul beberapa bulan sampai
2-3 tahun sebelum menars.
 Berlebihan :inflamasi Pneumococcus, Staphylococcus spp, atau Hemophilus
vaginitis.
 Hidrometrokolpos : masa kecil bersifat kistik di garis tengah di antara labia.
 Hidrometrokolpos : Retensi sekret vagina krena himen imperforata.
 Hematokolpos : Masa suprapubik yg berisi sekret menstruasi bagi
penyandang himen imperforata.
Genitalia Laki-Laki

 Maturasi Genitalia menurut Tanner :


Stadium 1 :Pra Pubertas
Stadium 2 : Pubertas
Stadium 3 : Penis membesar disertai pertumbuhan skrotum lebih lanjut
Stadium 4 : Lebar penis terus bertambah demikian pula skrotum dan testis dan
warna jadi lebih gelap
Stadium 5 : Bentuk dan ukuran dewasa.
Penis
 Panjang penis bayi cukup bulan adalah 3,9 ± 0,8 cm.

Epispadia Hipospasia
Priapismus
(Muara uretra di permukaan
Mikropenis (ereksi menetap berhubungan (muara uretra di ventral penis)
dengan iritasi setempat) dorsal penis)

Sternosis Meatus Balanitis Protitis ( radang pada


Sktotum Bifida uretra (Radang pada glans penis) Prepusium)

Parafimosis
Fimosis ( pembukaan
( Kulit luar mengalami retraksi
Preputium yang kecil) dibelakang korona glans)
Skrotum dan testis

 Normal saat lahir testis berada di dalam skrotum.


 Kriptokismus tipe retraktil : diharapkan turun spontan sebelum dewasa muda.
 Diharapakan turun dengan cara merendam anak dalam bak air yg suam-suam
kuku.
 Normalnya testis kiri lebih rendah dari sebelah kanan, bila sebaliknya –
inversus totalis.
 Hernia inguinalis sering menyertai penurunan testis tidak sempurna.
 Orkitis : Skrotum membengkak, nyeri dan berwarna kemerahan. ( coxackie,
parotitis, echo atau rubela.
 Pembesaran Skrotum harus dibedakan apakah karena cairan, gas atau masa
padat.
 Hernia inkarserata : bila skrotum besar tidak dapat di dorong ke kanalis
inguinalis.
 Torsi testis : Pembengkakan kemerahan disertai rasa sakit.
 Genitalia eksterna pada hemafroditisme mungkin menyerupai wanita.
 KGB Inguinal di periksa dan di perinci karakteristinya ( ukuran, nyeri tekan,
mudah digerkan atau tidak)
• Pada pemeriksaan anggota gerak bayi dan anak dinilai juga keadaan :

- tulang, otot, serta sendi – sendi.

- Ururan pemeriksaan tergantung pada usia. Pada anak yang sudah berjalan, penilaian dimulai
dari bentuk tubuh, cara berjalan, serta caranya mengambil mainan serta barang lainnya.
1. Pada pemeriksaan anggota gerak bayi dimulai memperhatikan sikap
kedua lengan.

- Bayi normal sampai usia 6 bulan sering tampak terpaku melihat pada salah satu
sisi/ dengan tangan saling berpegangan pada posisi yang tidak biasa.

II. Memperhatikan apakah anggota gerak bergerak aktif simetris kanan dan kiri
III. Perhatikan panjang serta bentuk anggota gerak.

- Ekstremitas panjang & kurus : araknodaliti, homosistinuria, sindrom marfan

- Pendek & lebar : sindrom down, gargoilisme.

IV. Perhatikan apakah terdapat jari tubuh ( clubbed fingers) tangan dan kaki.

- Tanda dini jari tubuh : naiknya dasar kuku, yang pada stadium selanjutnya seluruh bagian
distal jari & kuku mengembang & membundar.
V. Perhatikan nyeri tekan pada anggota gerak panjang serta bentuk anggota gerak(disebabkan
oleh taruma / infeksi )

- nyeri tekan m.sartorius ( tanda mengingitis tuberkulosa)

- tiap rasa nyeri bg.distal tulang ( osteomielitis)

VI. Perhatikan apakah terdapat gangrean / nekrosis jaringan akibat sumbatan pembuluh darah.

- Tanda awal: anggota gerak yang dingin, pucat dan kekuatan ototnya hilang, serta nyeri. naiknya dasar
kuku, yang pada stadium selanjutnya seluruh bagian distal jari & kuku mengembang & membundar.

- tanda lanjut : rasa nyeri menghilang, warna menjadi hitam.


VII. Perhatikan pembengkakan lokal pada tulang

- Rakitis : pembengkakan epifisis di dekat lutut/ sendi pergelangan yang keras sperti tulang.

- Hand foot syndrome pada anemia sel sabit : pembengkakan simetris pada kedua tangan & kaki bayi.

VIII. Menilai bentuk tulang

- Usia lebih kurang 1 tahun setelah anak dapat berjalan bentuk tibia melengkung ke luar (genu varum). Bila anak berdiri kedua
genu berhadapan dengan jarak kedua bg. Medial lutut lebih dari 2,5 cm.

- Pada genu valgum (knock-knees) tungkai berbentuk X , pada anak berdiri dan lutut dirapatkan , kedua maleolus medialis berjarak
lebih dari 2,5 cm.
IX. Perhatikan terdapatnya kelainan posisi kaki (club foot)

- Posisi kaki varus/ valgus : pada bayi baru lahir

- Telapak kaki tampak datar : anak kecil – 2 tahun stelah bisa berjalan

- Pes kavus : lengkung telapak kaki sangat tinggi , hal ini dapat normal / pada pasien poliomeilitis.

- Pes ekuinus : berjalan pada ujung distal kakinya.

X. Perhatikan sikap badan dan cara berjalan pasien

- Keadaan normal pada anak baru belajar berjalan : berjalan dengan kedua kaki terbuka.

- usia 3-4 tahun : kedua kaki merapat dan jari – jari lurus kedepan.
XI. Pada pemeriksaan otot dapat dinilai perkembangan, tonus, adanya rasa nyeri, spasme, dan paralisis.

- tonus otot dinilai : melihat gerakan otot, dan bila perlu pada anak besar diminta untuk melakukan gerakan – gerakan normal dengan tahanan
dari pemeriksa.

XII. Periksa sendi – sendi

- perhatikan apakah terdapat kemerahan, bengkak, panas pada perabaan, nyeri tekan dan nyeri pada gerakan, serta terbatasnya gerakan sendi.

XIII. Perhatikan terdapatnya dislokasi terutama sendi panggul

- dilakukan dengan posisi anak tidur terlentang dan fleksi pada sendi lutut,

- kemudian dirotasi interna dan rotasi eksterna kedua tungkai atas. Dalam keadaan normal rotasi dapat dilakukan dengan simetris dan pada
eksterna biasanya lutut sampai menyentuh tempat tidur. Bila terdapat dislokasi , maka terdapat hambatan gerak.
• Pemeriksaan pada bayi & anak kecil : observasi dilakukan pada posisi terlentang,
tengkurap, serta duduk.

• Pemeriksaan pada anak besar : evaluasi dimulai dengan melihat postur tubuh & posisi
anak pada waktu berjalan, berdiri serta duduk.
1. Menilai postur tubuh pasien :

- Lordosis : deviasi tulang belakang kearah anterior. Lordosis ringan didaerah lumbal adalah
normal.

- Kifosis : angulasi kearah posterior ( berlawanan dengan lordosis)

- Skoliosis : deviasi ke arah lateral, yang dinilai dari arah belakang. Dengan menghubungkan
titik-titik prosecus spinosus yang tambak garis lengkungan kanan atau kiri.observasi
dilakukan pada posisi terlentang, tengkurap, serta duduk.
II. Memperhatikan gerakan tulang belakang :

1. Kekakuan tulang belakang :

- pada pasien infeksi susunan saraf pusat ( poliomielitis, meningitis, tetanus)

- Pada pasien kelainan tulang belakang (Osteomielitis, epifisitis vertebra)

- Pada artritis reumatoid juvenilis sering ditemukan kekakuan pada daerah servical.

2.Terbatasan gerak akibat spasme otot (kaku kuduk)

- merupakan gejala penting pada penyakit sistem saraf


3. Opistotonus / hiperekstensi tulang belakang :

- Kadang ditemukan pada anak normal

- atau serangan kejang- napas (breath-holding spells)

- Opistotonus yang lebih kaku menunjukan manifestasi deserbasi, biasanya pada pasien
retardasi mental, kernikterus, atau infeksi berat pada susunan saraf pusat.

4. Hipermobilitas tulang belakang jarang ditemukan, biasanya pada keadaan amiotonia


kongenita, anak dengan hipokalemia akut.
III. Terdapatnya massa disekitar tulang belakang :

- Dilakukan pemeriksaan palpasi dan transiluminasi

- Massa atau benjolan di garis median ditulang belakang mungkin tanda terdapatnya sinus dermoid

- Massa kecil di garis median dengan kelompok rambut menunjukan adanya spina bifida

1. Massa lembek dengan warna dan konsistensi yang bervariasi merupakan meningokel.

2. Massa keras tidak berhubungan dengan kanalis spinalis, merupakan infeksi ( spondilitis tuberkulosa,
abses dingin akibat tuberkulosis, abses perinefritik).
IV. Nyeri tekan pada daerah tulang belakang :

- nyeri lokal : yang dapat ditentukan dengan perkusi atau ketukan palu refleks
adalah tumor medula spinalis atau infeksi diskus intervertebralis.

Anda mungkin juga menyukai