Anda di halaman 1dari 44

SEMINAR KEPERAWATAN ANAK

THALASEMIA
Disusun oleh:

Efriza Resti Rusdi


Febryani Zufita
Hendra Cipta. Y
Nadila Mutiara Suci
Resy Handani Putri
Ns. Ganis Indriati, M.Kep Ns. Shofiyani, S.Kep
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
BAB I
A. Latar Belakang
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang
diturunkan ditandai oleh defisiensi produk rantai globulin
pada hemoglobin (Suriadi, 2010). Gen thalassemia sangat
luas tersebar,dan kelainan ini di yakini merupakan penyakit
genetic manusia yang paling pravelen.

Badan kesehatan dunia atau WHO (2012) menyatakan


kurang lebih 7% dari penduduk dunia mempunyai gen
thalasemia dimana angka kejadian tertinggi sampai dengan
40% kasusnya adalah di Asia. Prevalensi karier thalasemia
di Indonesia mencapai 3-8%. Pada tahun 2009, kasus
thalasemia di Indonesia mengalami peningkatan sebesar
8,3% dari 3653 kasus yang tercatat di tahun 2006 (Wahyuni,
2010).
Data yang didapatkan dari
RSUD Arifin Achmad :
penyakit thalasemia menduduki
peringkat pertama di ruang
rawat inap anak.

Jumlah penderita thalasemia


pada tahun 2013 sebanyak 485
orang dan pada tahun 2014
jumlah pasien thalasemia
sebanyak 488 orang (Rekam
Medis RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru, 2014)
B. Rumusan Masalah
Apa pengertian definisi Apa saja manifestasi klinis
01 thalasemia? 06 thalasemia?

Apa saja pemeriksaan


02 Apa saja etiologi thalasemia? 07 penunjangthalasemia?

Apa saja komplikasi pada


03
Bagaimana patofisiologi
thalasemia?
08 thalasemia?

Bagaimana Penatalaksanaan
04 Apa saja WOC thalasemia? 09 pada thalasemia?

Bagaimana asuhan keperawatan


05 Apa saja klasifikasi thalasemia? 10 pada anak dengan thalasemia?
C. Tujuan Masalah
Agar mahasiswa memahami Agar mahasiswa memahami ma
01 pengertian definisi thalasemia 06 nifestasi klinis thalasemia

Agar mahasiswa memahami


02 Agar mahasiswa memahami etiologi 07 pemeriksaan penunjang thalasemia
thalasemia
Agar mahasiswa memahami
03 Agar mahasiswa memahami 08 komplikasi pada thalasemia
patofisiologi thalasemia

Agar mahasiswa memahami


04 Agar mahasiswa memahami WOC 09 penatalaksanaan pada thalasemia
thalasemia
Agar mahasiswa memahami asuhan
05 Agar mahasiswa memahami klasifikasi
thalasemia
10 keperawatan pada anak dengan
thalasemia
C. Manfaat Penulisan
06

01 Mahasiswa dapat 02 Mahasiswa dapat


memahami tentang memahami askep
thalasemia anak dengan gangguan
tumbuh kembang anak
04
dengan thalasemia
BAB II
THALASEMIA
DEFINISI


Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke
dalam kelompok hemoglobinopati, yakni yang disebabkan oleh gangguan sintesis

hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin (Nurarif & Kusuma, 2015).

Thalasemia
ETIOLOGI
Penyebab primer adalah
Penyebab sekunder adalah
berkurangnya sintesis
karena defisiensi asam folat
Hb A dan eritropoesis
bertambahnya volume
yang tidak efektif
plasma intravaskuler
disertai penghancuran
yang mengakibatkan
sel-sel eritrosit intramed
hemodilusi, dan
ular.
distruksi eritrosit oleh
sistem retikuloendotelial
dalam limfa dan hati
(Nurarif & Kusuma, 2015).
PATOFISIOLOGI PATOFISIOLOGI
Hemoglobin pasca kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alfa
dan beta polipeptide. Dalam beta thalasemia, ada penurunan sebagian atau
keseluruhan dalam proses sintesis molekul/hemoglobin rantai beta.
Konsekuensinya adanya peningkatan compensatory dalam proses
pensistesisan rantai alfa dan produksi rantai gamma tetap aktif, dan
menyebabkan ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptida yang
tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mudah terpisah dan merusak sel
darah merah yang menyebabkan anemia yang parah. Untuk mengulangi
proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam jumlah yang banyak
atau setidaknya sumsum tulang ditekan dengan proses transfusi.
Kelebihan Fe dari pertambahan RBCs dan transfusi serta kerusakan yang
cepat dari sel detektif disimpan dalam berbagai organ (hemosiderosis)
(Padilla, 2013).
KLASIFIKASI

01 Thalasemia Alfa 02 Thalasemia Beta


1. Delesi 1 gen (silent carriers) 1. Thalasemia β mayor
2. Delesi 2 gen (thalasemia α trait) 2. Thalasemia β minor
3. Delesi 3 gen (penyakit Hb H) 3. Thalasemia Intermedia
4. Delesi 4 gen (hydrops fetalis)

03 Hemoglobin Varian
MANIFESTASI KLINIS

A. Thalasemia Minor MANIFESTASI


- Gizi buruk
KLINIS
- Perubahan buncit (pembesaran limfa dan hati yang mudah diraba)
- Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limfa dan hati

B. Thalasemia Mayor
- Anemia simtomatik pada usia 6-12 bulan seiring dengan turunnya
hemoglobin fetal.
- Anemia mikrositik berat, terdapat sel target dan sel darah merah
yang berinti pada darah perifer, terdapat darah Hb A. Kadar Hb
rendah mencapai 3 atau 4 g%.
- Lemah dan pucat
- Pertumbuhan fisik dan perkembangan terhambat, kurus, penebalan
tulang tengkorak, splenomegali, ulkus pada kaki dan gambaran
patognomoik.
- Berat badan berkurang
- Tidak dapat hidup tanpa transfusi
MANIFESTASI KLINIS
MANIFESTASI
KLINIS
B. Thalasemia Intermedia
- Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek,
tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua
mata lebar dan tulang dahi juga lebar.
- Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering
ditransfusi, kulit menjadi kelabu karena
penimbunan besi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan darah tepi hipokrom mikrositer, anisositosis dan
adanya sel target: jumlah retikolusit meninggi serta adanya
eritrosit muda: normoblast
3. Pemeriksaan pedigree: kedua orang tua pasien thalasemia
mayor merupakan (trait carier) dngan Hb A2 meningkat
(>3,5% dari Hb total)
4. Elektroforesis Hb: Hemoglobonpati ain dan mengukur kadar
Hb F
5.Thalasemia Alfa: ditemukan Hb barts dan Hb H
6. Thalasemia Beta: Kadar Hb F bervariasi antara 10-90%
(N: <= 1%)
7. Foto rontgen sumsum tulang
8. HbF meningkat 20-90% HB total
9. Analisa DNA
KOMPLIKASI
1. Akibat anemia yang berat dan lama,
sering terjadi gagal jantung
2. Transfusi darah berulang dan proses
hemolisis menyebabkan kadar besi dalam
darah sangat tinggi, sehingga ditimbun
dalam berbagai jaringan tubuh seperti
limfa, hepar, kulit, jantung, dll.
3. Kematian terutama disebabkan infeksi
dan gagal jantung
4. Hepatitis pasca transfusi
5. Hemosiderosis
6. Pigmentasi kulit meningkat.
PENATALAKSANAAN
1. Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 9-10 g/dl
2. Splenctomy (pengangkatan limfa): dilakukan untuk mengurangi
penekanan pada abdomen dan meningkatkan rentang hidup sel darah
merah (transfusi)
3. Transplantasi sumsum tulang
4. Pemberian Kolasi Besi
a. Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan perlahan-lahan di
bawah kulit, biasanya melalui pompa portabel kecil yang
digunakan semalaman. Terapi ini membutuhkan waktu dan
sedikit menyakitkan. Efek samping obat ini adalah gangguan
penglihatan dan pendengaran.
b. Deferasirox adalah pil yang diminum 1 kali sehari. Efek samping
obat ini adalah sakit kepala, mual (perut tidak nyaman), muntah,
diare, nyeri sendi, dan kelelahan.
c. Depedipron
BAB III
PENGKAJIAN KLIEN
A. BIODATA PASIEN

Inisial : An. ZDN


Tanggal lahir : 29 September 2004
Umur : 14 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 67.27.46
Suku : Melayu
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lintas Timur KM 31
Diagnosa Medis : Thalasemia
PENGKAJIAN KLIEN
2. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke poli thalasemia untuk
melakukan transfusi darah rutin 1 kali dalam
1 bulan. Pasien mengatakan mudah lelah,
lemas, dan pucat.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatakan badan mudah letih ketika
beraktivitas sehingga pasien tidak banyak aktifitas,
konjungtiva anemis, akral teraba dingin.
PENGKAJIAN KLIEN
4. RIWAYAT KESEHATAN ANAK
- Antenatal : belum diketahui secara pasti
diturunkan secara autosom dari ibu
atau ayah yang menderita talasemia
- Natal : Peningkatan Hb F
- Prenatal : Penghambatan pembentukan rantai b
Pada usia 4-6 tahun anak rentan
terkena flu, batuk, dan demam, namun
sejak usia 7 tahun sampai sekarang
anak jarang sakit hanya sering lemah
pucat jika banyak beraktifitas.
PENGKAJIAN KLIEN
5. ASAL USUL KETURUNAN

Keluarga pasien merupakan warga asal indonesia. Ibu pasien mengatakan


ayah, ibu, nenek, kakek, serta saudara lainnya tidak pernah terdiagnosa penyakit
thalasemia, atau melakukan transfusi darah rutin seperti yang dialami anaknya.
Namun orang tua mengakui tidak pernah adanya pemeriksaan lebih lanjut untuk
mengetahui siapa diantara keluarga yang merupakan pembawa thalasemia.
Pasien terdiri dari tiga bersaudara dan dua diantaranya menderita thalasemia
yaitu anak pertama (abang pasien) dan yang ke dua adalah pasien.

6. UMUR

Pasien saat ini berumur 15 tahun. Pada saat pasien diketahui mengidap thalasemia
adalah sejak usia 3 bulan. Ibu pasien mengatakan pada usia 3 bulan pasien terlihat
lemah, lemas, pucat, tidak banyak aktifitas, mengalami penurunan berat badan,
tidak ada pertambahan perkembangan. Selanjutnya dibawa kerumah sakit dan
menjalani pemeriksaan lanjut. Dalam waktu kurang lebih 3 bulan pasien dinyatakan
thalasemia. Sejak usia 3 bulan tersebut pasien menjalani tranfusi darah kerumah
sakit RSUD Arifin Ahcmad. Awal tranfusi dilakukan 2-3 bulan sekali, namun sejak
tahun 2010 pasien menjalani tranfusi darah rutin 1 kali dalam sebulan.
PENGKAJIAN KLIEN
7. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Ibu pasien mengatakan keluarganya merupakan keturunan hipertensi dan


keluarga suaminya belum pernah adanya diagnosa penyakit. Dari keluarga
pihak ayah maupun ibu pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama
seperti pasien namun belum pernah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
mengetahui dari keluarga sebagai pembawa thalasemia.

8. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Usia pasien saat ini 15 tahun memiliki tinggi badan 135 cm dengan berat badan
26 kg. Dari hasil IMT pasien didapatkan hasil 14,2 yang artinya berat badan
kurang dari batas normalnya (IMT normal 18,5-22,9). Pertumbuhan pasien tidak
sesuai umur, dimana didapatkan pada payudara terlihat datar, baru haid dalam
2 bulan, kulit kering, dan tampak kurus.
PENGKAJIAN KLIEN
9. POLA MAKAN

Ibu pasien mengatakan pola makan pasien 2-3 kali sehari, makan siang dan
malam rutin serta sarapan pagi kadang-kadang. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi terhadap makanan, tidak pemilih dalam menu makanan. Ibu pasien
mengatakan pasien mengalami penurunan nafsu makan seminggu sebelum
menjalani transfusi darah yaitu 1-2 kali sehari dan nafsu makan membaik
3 hari setelah tranfusi darah.

10. POLA AKTIVITAS

Pasien mengatakan mudah lelah, lemas, pucat, sehingga tidak terlalu


banyak mengambil aktivitas disekolah maupun dirumah. Ibu pasien juga
mengatakan bahwa pasien tidak terlalu menyukai kegiatan ekstrakurikuler
disekolah dan mata ajar penjaskes (olahraga).
PENGKAJIAN KLIEN
12. RIWAYAT PSIKO, SOSIAL, SPIRITUAL

Pasien mengetahui penyakitnya dan menerima sebagai takdir dari Allah.


Pasien mengatakan tidak pernah malu atau minder karena kondisi tubuh ataupun
penyakitnya. Pasien mengatakan mempunyai banyak teman disekolah.

13. ADL

-Nutrisi: Menurun seminggu sebelum tranfusi darah dan meningkat setelah 3


hari selesai tranfusi darah, makanan sehari-hari telur, sayur, ikan dan
ayam
-Istirahat tidur: 8 jam pada malam hari, tidur siang kadang-kadang
-Personal hygiene : mandiri
-Aktivitas : mudah lelah / kelelahan, keletihan.
-Eliminasi : spontan, tidak ada masalah
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Muka mongoloid, deformitas pada muka dan hipersplenisme
Mata : konjungtiva anemis, jarak antara kelopak mata jauh
Hidung : tampak pesek, tidak ada lesi, simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pengeluaran
Mulut : Bibir pucat, gusi pucat, pertumbuhan gizi buruk, gigi sedikit
menonjol kedepan dan tidak rata
Thorak : Tarikan intercostae, suara jantung vesikuler, simetris, tidak
tampak pembesaran jantung
Abdomen : Terdapat pembesaran limfa, simetris kiri kanan, tidak ada nyeri
tekan, bising usus
Ekstremitas: tulang tampak tipis, simetris kiri kanan, tidak ada kelemahan
ektremitas, warna kulit tampak kelabu dan menghitam
diberbagai tempat, CRT >2 detik
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. Ds: Gangguan pembentukan rantai α dan β Gangguan tumbuh kembang


- Ibu pasien mengatakan anak mulai tampak thalasemia usia 3 bulan
- Mengalami penurunan berat badan dan pertumbuhan Tidak terbentuk Hb A
- Ibu pasien juga mengatakan nafsu makan pasien menurun seming
gu sebelum tranfusi darah yaitu 1-2 kali sehari, dan nafsu makan Merusak dinding eritrosit
membaik 3 hari setelah tranfusi darah yaitu 2-3 kali sehari
- Anak tidak memiliki alergi terhadap makanan. Hemolisis
Do:
- Anak tampak kurus Anemia
- Pertumbuhan tidak sesuai usia
- Tinggi badan 135 cm, berat badan 26 kg, dan u mur 14 tahun 9 bul Hipoksia
an
- Anak haid beberapa bulan belakangan suplai o2 ke jaringan menurun
- Pertumbuhan payudara tidak ada
TD: 90/80 metabolisme sel terganggu
RR: 18x/m
S: 36.6 gangguan tumbuh kembang
N: 80
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

2. Ds: Gangguan pembentukan rantai α dan β Kerusakan integritas kulit


- Ibu pasien mengatakan semakin sering tranfusi darah, ku lit anak s
Tidak terbentuk Hb A
emakin gelap dan terdapat beberapa bagian yang menghita sehing
ga kulit kurang bagus dilihat. Merusak dinding eritrosit
- Ibu pasien mengatakan kulit anak bertambah gelap setelah menjal
Hemolisis
ani tranfusi d itambah lag i anak t idak rutin mengonsumsi obat kola
si besi Anemia
Do:
Hipoksia
- kulit kering
- warna gelap dan menghitam diberbagai tempat Perlu tranfusi darah
TD: 90/80
terjadi peningkatan Fe dalam darah
RR: 18x/m
S: 36.6 Hemosiderosis
N: 80
peningkatan figmentasi kulit

kerusakan integritas kulit


No Data Etiologi Masalah Keperawatan

3 Ds: Gangguan pembentukan rantai α dan β Ketidakefektifan perfusi jaringan


- Pasien mengatakan mudah lelah, lemas, lemah
Tidak terbentuk Hb A
- Nadi sering teraba lemah
Do: Merusak dinding eritrosit
- Konjungtiva pucat
Hemolisis
- Bibir menghitam
- BAB/BAK jarang Anemia
- CRT > 2 detik
Peningkatan O2 oleh RBC
- Ujung-ujung jari menghitam
- Kuku sedikit membiru Aliran darah dan organ vital dan
- Akral teraba dingin jaringan menurun
TD: 90/80
O2 dan nutrisi tidak ditransfer dengan
RR: 18x/m
Adekuat
S: 36.6
N: 80 Perfusi jaringan terganggu
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Rencana keperawatan

Tujuan Intervensi

1. Gangguan tumbuh kemban NOC 2. NIC


g b/d hipoksia jaringan · Status nutrisi energi, kontrol berat 1. Manajemen nutrisi:
dan hormone endokrin badan Tanyakan alergi makanan/tidak, makan kesukaan,
Kriteria Hasil: sajikan diit dalam keadaan hangat, menganjurkan
Capaian berat badan normal makan sedikit tapi sering, memberitahu diit yang
Berat badan sesuai umur dan tinggi pas dan cocok dengan kondisi pasien
badan 1. Monitor nutrisi:
Bebas dari tanda malnutrisi Monitor adanya penurunan berat badan, ajarkan
keluarga menciptakan lingkngan nyaman untuk
pasien, sarankan pemeriksaan berat badan rutin,
monitor kulit dan turgor, dorong aktifitas sesuai
usia
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Rencana keperawatan

Tujuan Intervensi

2. Gangguan integritas kulit NOC: NIC:


b/d perubahan sirkulasi Menunjukkan integritas jaringan yang b 1. Inspeksi adanya tekstur kulit (adanya kemerahan,
dan neurologis aik pembengkakan, tanda-tanda dehidrasi, ajarkan
Kriteria Hasil: keluarga tentang kerusakan kulit)
Sirkulasi darah lancar, dehidrasi teratasi 1. Kaji integritas kulit, catat perubahan turgor
, pigmentasi normal dan temperature 2. Ubah posisi secara periodik
normal. 3. Pertahankan kulit kering
4. Anjurkan menjaga kebersihan
5. Batasi penggunaan sabu
6. Anjurkan mencuci tangan
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Rencana keperawatan

Tujuan Intervensi
3. Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan b.d · Perfusi Jaringan : Perife 1. Monitor Tanda Vital
berkurangnya r Mengumpulkan dan menganalisis sistem kardiovaskuler, pernafasan dan suhu untuk menentukan dan mencegah
komponen seluler · Status sirkulasi komplikasi
yang Kriteria Hasil: 1. Monitor tekanan darah , nadi, suhu dan RR tiap 6 jam atau sesuai indikasi
menghantarkan · Klien menunjukkan 2. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
oksigen/nutrisi perfusi jaringan yang adek 3. Monitor pola pernapasan abnormal
uat yang ditunjukkan 4. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
dengan terabanya nadi 5. Monitor sianosis perifer
perifer, kulit kering dan Monitor status neurologi
hangat, keluaran urin adek Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk meminimalkan dan mencegah komplikasi neurologi
uat, dan tidak ada distres 1. Monitor ukuran, bentuk, simetrifitas, dan reaktifitas pupil
pernafasan. 2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitor tingkat orientasi
4. Monitor GCS
5. Monitor respon pasien terhadap pengobatan
6. Informasikan pada dokter tentang perubahan kondisi pasien
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Rencana keperawatan

Tujuan Intervensi
3. Manajemen cairan
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat
kadar cairan yang abnormal.
- Mencatat intake dan output cairan
- Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek, mata cekung, dll)
- Monitor status nutrisi
- Persiapkan pemberian transfusi ( seperti mengecek darah dengan identitas
pasien, menyiapkan terpasangnya alat transfusi)
- Awasi pemberian komponen darah/transfusi
- Awasi respon klien selama pemberian komponen darah
- Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi serum, angka trombosit)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi

1. Gangguan tumbuh kembang - Manajemen nutrisi (menanyakan alergi makanan, S: orang tua mengatakan anak tidak nafsu
b/d hipoksia jaringan makanan kesukaan, penyajian diit dalam keadaan makan seminggu sebelum jadwal transfusi
hangat, menyarankan makan sedikit tapi sering dan membaik 3 hari setelah transfusi. Ibu
- Monitor nutrisi (sarankan keluarga untuk cek BB pasien mengatakan paham dengan informasi
rutin, ajarkan untuk pemberian lingkungan yang yang diberikan
nyaman)
O: kesadaran komposmentis, anak tampak
kurus, BB= 26 Kg, TB= 153cm, kulit kering,
TD= 99/80 mmHg, N= 80x/menit, T= 36,6OC
, RR= 18x/menit

A: masalah teratasi

P: intervensi yang dilakukan


- Melakukan pendidikan kesehatan
tentang nutrisi
- Pantau TTV
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi

2. Gangguan integritas kulit - Mengkaji integritas kulit S: anak dan orang tua mengatakan paham
b/d perubahan sirkulasi dan - Catat perkembangan pada turgor dengan apa yang sudah disampaikan, mampu
neurologis - Ubah posisi secara periodik mengulangi kembali. Ibu menyatakan anak
- Mempertahankan kulit tetap kering, anjurkan menja tidak rutin minum obat
ga kebersihan
O: kulit anak tampak kelabu dan hitam
- Menganjurkan batasi penggunaan sabun
diberbagai tempat, turgor kulit tidak baik
- Menganjurkan mencuci tangan
- Menyarankan minum obat secara teratur A: Masalah teratasi

P: - Intervensi lanjutan
- Pantau kulit pasien tiap transfusi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi

3 Ketidakefektifan perfusi 1. Monitor Tanda Vital S: pasien mengatakan setelah tranfusi lemas
jaringan b.d berkurangnya - Monitor tekanan darah , nadi, suhu dan RR Monitor mulai menghilang pucat berkurang
komponen seluler yang frekuensi dan irama pernapasan
O: kesadaran komposmentis, konjungtiva
menghantarkan oksigen/ - Monitor pola pernapasan abnormal
merah muda, CRT < 2 detik, nadi lebih terasa
nutrisi - Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
dari sebelumnya, pasien tampak tenang
- Monitor sianosis perifer
2. Monitor status neurologi A: masalah teratasi

Monitor ukuran, bentuk, simetrifitas, dan reaktifitas pupil P: pasang infus NaCl 0.9 %, tranfusi darah, o
Monitor tingkat kesadaran klien bservasi TTV, Aff infus
Monitor tingkat orientasi
Monitor GCS
Monitor respon pasien terhadap pengobatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi

3. Manajemen cairan
Mencatat intake dan output cairan
Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek, mata
cekung, dll)
Monitor status nutrisi
Persiapkan pemberian transfusi ( seperti mengecek darah
dengan identitas pasien, menyiapkan terpasangnya alat
transfusi)
Awasi pemberian komponen darah/transfusi
Awasi respon klien selama pemberian komponen darah
Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi serum, angka
trombosit)
BAB IV
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap hari rutin dan teratur.
Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan, kondisi
pasien mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari keadaan
umum, tanda vital yang masih dalam batas normal setelah
pemberian tindakan keperawatan. Adapun hasil dari
implementasi yaitu perfusi jaringan teratasi dan pertukaran
gas serta ventilasi adekuat, tumbuh kembang teratasi, dan
integritas kulit teratasi.
BAB V
Kesimpulan
A. Kesimpulan
Istilah talasemia, yang berasal dari kata yunani thalassa dan memiliki makna “laut”,
digunakan pada sejumlah kelainan darah bawaan yang ditandai defisiens pada
kecepatan produksi rantai globin yang spesifik dalam Hb (Wong, 2009).
Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2 jenis
yang utama adalah :
- Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)
Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam
(25% minimal membawa 1 gen).
- Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta)
Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.
Kesimpulan
B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat
bagi pembaca maupun penulis. Kritik dan saran dari
pembaca sangat kami butuhkan, karena penulis sadar
bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna
dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran itu dari
pembaca.untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih
baik.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai