Anda di halaman 1dari 25

Pathophysiology Of Female

Sexual Dysfunction

Tri Wahyudi
Departemen Obgin RSUD Dr Sudarso - FK Untan Pontianak
Anggota ASI Kalimantan Barat
4 fase siklus reaksi seksual

Rangsangan ( excitement
phase)
Datar ( plateu phase)
Orgasme ( orgasm phase)
Resolusi ( resolution phase)
Fase excitement

dipicu dari stimulasi yang berkualitas baik,


secara fisik maupun psikologis. Tahap ini
terindikasi oleh adanya perubahan emosional
dan peningkatan frekuensi detak jantung,
frekuensi pernapasan, dan pembengkakan pada
vagina disertai lubrikasi akibat peningkatan
aliran darah.
Fase plateu

Apabila stimulasi secara konsisten dilanjutkan,


maka akan berlanjut ke tahap kedua yang di
indikasikan terjadinya pembengkakan vagina,
peningkatan frekuensi detak jantung, dan
terdapat tarikan otot yang terus meningkat,
payudara membesar, puting payudara
mengeras, dan rahim siap menerima penetrasi
Fase orgasme

Ketegangan otot genital makin intensif,


pada saat ini wanita kehilangan kontrol
dan tidak menyadari reaksi otot-ototnya,
terjadi pelebaran oue sehingga merasa
ingin kencing, frekuensi denyut jantung
dan pernafasan meningkat dan terjadi
kontraksi pada otot vagina dan uterus
Fase resolusi

pada fase ini aliran darah mengalir


menjauhi vagina, payudara dan puting
payudara kembali mengecil, frekuensi
detak jantung & frekuensi pernapasan
serta volume tekanan darah kembali
menurun
Klasifikasi
disfungsi seksual pada wanita

1. Gangguan dorongan seksual (GDS)


dorongan seksual hipoaktif
dorongan aversi seksual
2. Gangguan bangkitan seksual (GBS)
3. Gangguan orgasme
4. Gangguan rasa sakit
dispareuni
vaginismus
Penyebab disfungsi seksual pada
wanita

Faktor fisik
Faktor psikis
Faktor fisik
Faktor hormonal
disfungsi poros hipotalamus -hipofise –
ovarium
operasi pengangkatan ovarium
menopause
prematur ovarian failure
penggunaan pil kontrasepsi yang lama
Faktor vaskulogenik
hipertensi
hiperkolesterolemi
diabetes
merokok
penyakit jantung
trauma di daerah genital dan pelvis
female genital mutilation, a cultural
practice in parts of Africa, the Middle
East, and Asia
Faktor neurogenik
kerusakan spinal cord
penyakit pada susunan syaraf pusat dan
tepi seperti diabetes
Faktor psikis

Faktor predisposisi
pandangan yang negatif dengan seks
trauma seksual
pendidikan seks kurang
percaya mitos
perbedaan peran jender
hubungan keluarga yang terganggu
Faktor presipitasi
hambatan psikis karena penyakit atau
gangguan fisik
penuaan
pasangan tidak setia
harapan yang berlebihan
depresi dan kecemasan
kehilangan pasangan
Faktor pembinaan
pengalaman masa lalu
hilangnya daya tarik pasangan
komunikasi tidak baik
takut yang berkaitan dengan keintiman
pendidikan seks yang kurang
diagnosis
Anamnesis,
tentang gangguan fisik, psikis, dan gangguan
seksual, lama terjadinya gangguan, apakah
terjadinya selalu atau kadang kadang saja..
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan laboratorium darah rutin, gula
darah dan kemungkinan penyakit sistemik,
hormonal.
Female sexual function index
Penatalaksanaan
Jika terdapat gangguan fisik, diberikan terapi
sesuai penyebabnya.
Edukasi, konseling, psikoterapi dan seks terapi
Merubah aktifitas seksual yang rutin (time of day,
foreplay, stimulation, sexual positions)
Terapi terhadap penyakit sistemik
Bila sedang dalam pengobatan , lakukan penyesuaian
dosis
terapi estrogen untuk vagina yang kering (HRT)
seks terapi, fokus pada
 teknik relaksasi

 eksplorasi seksual

 komunikasi seksual

 menghilangkan faktor penghambat

 meningkatkan rangsangan pada klitoris secara


langsung
 latihan masturbasi sendiri atau dengan vibrator
• latihan Kegel, untuk meningkatkan kekuatan dan
tonus otot di daerah genital.
• terapi terhadap aspek emosional, fisik, dan
interpersonal
 cognitif behavioral therapy
 melatih orgasme dengan fokus pada
perangsangan yang menyenangkan
 masturbasi
 menjalin komunikasi dengan pasangan
 membangun kepercayaan diri (sexual
confidence)

Anda mungkin juga menyukai