PRESENTASI
PRESENTASI
• Antasida 3x1 Cl pc
• Glibenclamid 1-0-0
• Prazosin 1 mg 0-1-0
• Ciprofloxacin 2x500 mg
• Amoxicillin 3x500 mg
• Diazepam 0-0-1
• Simvastatin 1x1
PERTANYAAN
↓ Volume ↑ Konsentrasi
↓ massa otot
distribusi obat plasma
↑ Volume
↑ Lemak tubuh distribusi larut ↑ Waktu paruh
lemak
Obat dengan
↓ Plasma Albumin ikatan protein ↓ Ikatan protein ↑ Obat (aktif) bebas
tinggi
PERUBAHAN METABOLISME HEPATIK
↓ Massa hepar
Metabolisme obat oleh enzim
hati
↓ Klirens
↑ Waktu paruh
PERUBAHAN EKSKRESI GINJAL
↓ Massa ginjal
↓ Klirens
↑ Waktu paruh
PERUBAHAN FARMAKODINAMIK
PADA GERIATRI
Degenerasi
Kualitas Reseptor
Reseptor Obat di
Menurun
Jaringan
Perubahan
Farmakodinamik disebabkan
Perubahan
Farmakodinamik
RANITIDIN
Farmakokinetik
• Biovailabilitas secara oral sekitar 50%.
• Masa paruhnya kira-kira 1,7 – 3 jam pada orang dewasa dan
memanjang pada orang tua dan pasien gagal ginjal.
• Kadar puncak pada plasma dicapai dalam 1 – 3 jam setelah
penggunaan 150 mg ranitidin secara oral dan yang terikat protein plasma
hanya 15%.
• Ranitidin mengalami metabolisme lintas pertama di hati dalam jumlah
cukup besar setelah pemberian oral. Ranitidin dan metabolitnya
diekskresi terutama melalui ginjal sisanya melalui tinja.
Farmakodinamik
• Ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel.
Penghambatan reseptor H2 akan menghambat sekresi asam lambung.
• Ranitidin juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung.
Jenis Golongan Terapi Efek Interaksi Obat
Samping
Antihistamin Antagonis • Efek samping ini • Nifedipin, walvarin, teofilin
Reseptor H2 (AH2) antara lain nyeri dan metoprolol dilaporkan
berinteraksi dengan ranitidin.
kepala, pusing, Ranitidin dapat menghambat
malaise, myalgia, absorbsi diazepam dan
mual, diare, mengurangi kadar plasmanya
sejumlah 25%. Obat-obat ini
konstipasi, ruam
diberikan dengan selang
kulit, pruritus. waktu 1 jam.
• Ranitidin tidak • Penggunaan ranitidin
berefek bersama antasid atau
antikolinergik sebaiknya
antiadrogenik
diberikan dengan selang
sehingga mungkin waktu 1 jam.
tidak • Simetidin dan ranitidin
menyebabkan cenderung menurunkan aliran
darah hati sehingga akan
impotensi dan
memperlambat klirens obat
ginekomastia. lain.
OMEPRAZOLE
Farmakokinetik
• Sebaiknya diberikan dalam sediaan salut enterik untuk
mencegah degradasi Zat aktif dalam suasana asam,
bioavailabilitasnya lebih baik karena tidak teraktivasi di
lambung .
• Sedangkan tablet omeprazole akan pecah di lambung ,
mengalami aktivasi lalu terikat pada berbagai gugus
sufhidril, mukus dan makanan, oleh sebab itu sebaiknya
diberikan 30 menit sebelum makan.
• Obat ini dimetabolisme dihati oleh sitokrom P450 (CYP)
terutama CYP2C19 dan CYP3A4.
Farmakodinamik
• Setelah diabsorbsi dan masuk ke sirkulasi obat ini akan
berdifusi ke sel parietal lambung, terkumpul di kanalikuli
sekretoar dan mengalami aktivasi dan berubah menjadi
sulfonamid tetrasiklik. Bentuk aktif ini berikatan dengan
gugus suhidril enzim H+, K+ ATP-ase, mengakibatkan
penghambatan kerja enzim tersebut dan produksi asam
lambung terhenti. Penghambatan berlangsung lama antara
24-48 jam.
Jenis Golongan Terapi Efek Interaksi Obat
Samping
Obat Penghambat • Efek samping yang • PPI dapat mempengaruhi
Penghambat Pompa Proton umum terjadi yaitu eliminasi beberapa obat yang
Sekresi Asam mual, nyeri perut, memiliki jalur metabolisme yang
konstipasi, flatulens sama dengannya. Antara lain
Lambung
dan diare. warfarin, diazepam dan
• Dilaporkan pula siklosporin.
terjadi myopati • Diantara PPI hanya omeprazol
subakut, artralgia, yang dapat menghambat
sakit kepala dan aktivitas enzim CYP2C19
ruam kulit. (sehingga menurunkan klirens
• Keadaan disulfiram, fenitoin, kopidogrel
hipergastrinemia dan beberapa obat lain yang
lebih sering terjadi dimetabolisme oleh enzim
dan lebih berat pada tersebut) serta menginduksi
penggunaan PPI CYP1A2 (sehingga meningkatkan
dibandingkan dengan klirens imipramin, beberapa obat
H2 antagonis. antipsikotik, takrin dan teofilin).
SIMVASTATIN
Farmakokinetik
• Simvastatin merupakan pro-drug dalam bentuk lakton dan
harus dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk aktif, asam
Beta-hidroksi.
• Simvastatin diabsorbsi sekitar 40-75% dan mengalami
metabolisme lintas pertama di hati. Waktu paruh berkisar
sekitar 1-3 jam.
• Simvastatin terikat protein plasma dan sebagian besar
diekskresi oleh hati kedalam cairan empedu dan sebagian
kecil lewat ginjal.
• Simvastatin terutama dimetabolisme oleh CYP3A4.
Farmakodinamik
• Simvastatin berkerja dengan cara menghambat sintesis
kolesterol dalam hati dengan menghambat enzim HMG Co-
A reduktase. Akibat penurunan sintesis kolesterol ini, maka
SREBP yang terdapat pada membran dipecah oleh protease
lalu diangkut ke nukleus.
• Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan
gen reseptor LDL sehingga terjadi peningkatan sintesis
reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada
membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol
darah lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga
menurun sedangkan HDL meningkat.
Jenis Golongan Terapi Efek Interaksi Obat
Samping
Obat Statin (penghambat Pada kira-kira 1-2% pasien Simvastatin akan berakumulasi
penurun HMG CoA terjadi peningkatan kadar dalam plasma bila diberikan
lipoprotein reduktase) transaminase hingga bersama obat yang menghambat
plasma melebihi 3 kali kadar normal. atau berkompetisi untuk CYP3A4,
Efek samping simvastatin seperti antibiotik makrolid,
yang potensial berbahaya siklosporin, ketokonazol,
adalah miopati dan penghambat protease HIV,
rabdomiolisis. Insiden takrolimus, nefazodon, fibrat, dll.
miopati rendah (<1%), tetapi Sebaliknya obat-obat yang
meningkat bila diberikan menstimulasi CYP3A4 seperti
dengan obat-obat tertentu fenitoin, barbiturat, griseofulvin,
seperti fibrat dan asam dan rifampin akan mengurangi
nikotinat dan mempengaruhi kadar plasma simvastatin. Hal
metabolisme statin. Efek serupa juga terjadi pada
samping lainnya antara lain : penghambat CYP2C9 seperti
gangguan saluran cerna, ketokonazol, metronidazol,
sakit kepala, rash, neuropati sulfinpirazon, amiodaron dan
perifer dan sindrom lupus. simetidin yang akan meningkatkan
kadar plasma fulvastatin,
rosuvastatin bila diberikan
bersamaan. Pravastatin tampaknya
merupakan obat terpilih bila
digunakan bersama verapamil,
ketokonazol, makrolit dan
siklosporin.
ANTASIDA
Farmakokinetik
a. Absorpsi
- Tiap kandungan obat Antasida berbeda daya absorpsi.
-Untuk kandungan Magnesium hitungannya adalah secara inversi
proporsional terhadap dosis, yaitu 50% dengan diet yang terkontrol
- Untuk kandungan Kalsium bioavailabilitas adalah 25─35%.
- Onset kerja obat tergantung pada lamanya pengosongan lambung.
-Waktu puncak obat dalam plasma adalah 20─60 menit dalam keadaan
puasa. Apabila obat dikonsumsi satu jam setelah makan, maka kadar
puncak dicapai hingga 3 jam kemudian.
ANTASIDA
• Farmakokinetik
b. Distribusi
- Tiap kandungan obat Antasida berbeda distribusi obat.
- Untuk kandungan Magnesium dapat ditemukan sekitar 50─60% pada
tulang. - Sekitar 1─2% didistribusikan ke dalam cairan ekstraseluler.
Obat berikatan dengan protein, 30% dengan albumin. Untuk kandungan
Kalsium, obat berikatan dengan protein sebanyak 45%.
c. Eliminasi
Renal clearance pada obat Antasida yang mengandung kalsium adalah
50─300 mg per hari. Obat Antasida yang dapat diabsorpsi, akan
diekskresikan ke urine. Sedangkan obat Antasida yang tidak dapat
diabsorpsi, akan diekskresikan ke feses.
ANTASIDA
• Farmakodinamik
a. Antasida absorbable :
- onset kerja obat yang cepat guna memberikan efek terapeutik yang
diharapkan.
- masa kerja obat pendek.
- Tingkat keasaman lambung, atau pH akan meningkat hingga 7 atau
lebih dalam waktu sekitar 15─20 menit -> dapat stimulasi hipersekresi
asam lambung secara sekunder, yang disebut sebagai sindrom
rebound
b. Antasida non-absorbable :
berhubungan dengan absorpsi asam hidroklorida yang dihasilkan oleh
lambung. Onset kerja obat dimulai sekitar 10─30 menit setelah
menelan pil. Selanjutnya, obat ini tidak lagi memberikan efek
terapeutik. Aktivitas obat dalam menetralkan asam lambung berakhir
ketika pH normal tercapai, yaitu sekitar 3,0─4,0.
ANTASIDA
c. Efek Samping
- Sindroma susu alkali, Neurotoksisitas, Saluran cerna (diare, obstruksi),
Asupan Natrium
ANTASIDA
• Interaksi Obat
a. Antasida + Alprazolam
Antasida bisa menunda penyerapan dan mengurangi
konsentrasi Cmax pada benzodiazepine.
b. Antasida + Ranitidin
Antasida dapat menurunkan konsentrasi pada H2
blocker.
c. Antasida dan Siprofloksasin
Dapat mengurangi absorbsi dari siprofloksasin
ASAM MEFENAMAT
• Farmakokinetik
•Cepat di absorbsi setelah administrasi
oral. Level puncak plasma dimulai dari 2-
Absorpsi 4 jam dan eliminasi waktu paruh kira-
kira 2 jam. Dalam 2x500 mg dosis oral,
luas daerah absorbsi sebesar 30.5
mcg/hr/mL.
• Farmakodinamik
Asam mefenamat mempunyai efek sentral dan
perifer. Asam mefenamat juga dapat menghambat
beberapa efek tertentu dari prostaglandin secara
langsung, meskipun belum diketahui secara pasti
bahwa reseptor dapat dihambat pada konsentrasi
terapeutik.
ASAM MEFENAMAT
• Absorbsi
Pemberian glibenklamid secara oral akan diabsorbsi melalui
saluran cerna dengan cukup efektif dan memiliki waktu paruh
sekitar 4 jam.
• Distribusi
Setelah absorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan
ekstrasel.Dalam plasma sebagian besar terikat pada protein
plasma terutama albumin (70%-90%). Untuk mencapai kadar
optimal glibenklamid akan lebih efektif jika diminum 30 menit
sebelum makan. Mula kerja (onset) glibenklamid: kadar insulin
serum mulai meningkat 15-60 menit setelah pemberian dosis
tunggal. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 2-4 jam.
Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam setelah pemberian
kadar dalam plasma hanya tinggal sekitar 5%. Masa kerja sekitar
15 sampai 24 jam.
• Metabolisme
Metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung
dengan jalan hidroksilasi gugus sikloheksil pada
glibenklamid, menghasilkan satu metabolit dengan
aktivitas sedang dan beberapa metabolit inaktif.
• Ekskresi
Hanya 25-50 % metabolit diekskresi melalui ginjal,
sebagian besar diekskresi melalui empedu dan dikeluarkan
bersama tinja. Waktu paruh eliminasi sekitar 15-16 jam,
dapat bertambah panjang apabila terdapat kerusakan hati
atau ginjal.
FARMAKODINAMIK
Farmakokinetik
• Absorpsi:
Prazosin diabsorpsi baik melalui saluran cerna. Onset untuk
hipertensi dalam waktu 30 sampai 90 menit setelah dosis
tunggal.
• Distribusi:
Prazosin sangat mudah berikatan dengan protein dan jika
berikatan dengan obat lain yang juga sangat mudah berikatan
dengan protein, pasien harus diperiksa terhadap timbulnya
reaksi yang merugikan. Konsentrasi puncak plasma terjadi 1-3
jam setelah dosis oral, bioavailabilitas nya berkisar 50-85%,
dalam jumlah kecil didistribusikan ke ASI.
• Metabolisme:
Sebagian besar prazosin akan hilang selama
metabolisme hati pertama. Waktu paruh obat ini
singkat yaitu 2-4 jam sehingga sering diberikan
dua kali sehari namun pada pasien gagal jantung
waktu paruhnya meningkat sekitar 7 jam.
• Ekskresi:
Kurang dari 10% obat ini akan diekskresikan
keluar melalui urin.
FARMAKODINAMIK
Farmakodinamik
• Distribusi
• Probenecid
• Antikoagulan Oral
• Allopurinol
• Kontrasepsi Oral
• Antibacterial lainnya
• Efek Terhadap Pemeriksaan Lab
CIPROFLOXACIN
Farmakodinamik
• Ciprofloxacin bekerja dengan cara mempengaruhi enzim
DNA gyrase pada bakteri dan menghambat sintesis DNA
bakteri.
• Ciprofloxacin aktif terhadap bakteri gram positif dan
negative namun memiliki aktivitas yang sangat baik
terhadap gram negative.
FARMAKOKINETIK
• Absorbsi
Ciprofloxacin diberikan sebagai tablet oral dengan cepat
dan diserap dengan baik dari saluran pencernaan setelah
pemberian oral. Bioavailibilitas obat ini kira-kira 70% tanpa
kehilangan substansial oleh metabolisme first pass.
Konsentrasi serum maksimum Ciprofloxacin dan area di
bawah kurva ditunjukkan pada grafik untuk kisaran dosis
250 mg hingga 1000 mg.
Maksimum konsentrasi serum mencapai 1-2 jam setelah dosis oral.
Rata-rata konsentrasi yang dicapai 12 jam setelah dengan dosis
250,500, atau 750 mg berturut-turut yaitu 0.1, 0.2, dan 0.4 mcg/ml.
Waktu paruh eliminasi serum pada pasien dengan fungsi ginjal normal
adalah sekitar 4 jam. Konsentrasi serum meningkat seimbang dengan
dosis hingga 1000 mg.
FARMAKOKINETIK
• Distribusi
puncak.
FARMAKOKINETIK
• Gangguan renal
• Gangguan hepar
• Gangguan kardio
• Gangguan darah
• Teofilin
• Cyclosporin
• Probenesid
• Anti Koagulan oral
• Metoklopramid
INDIKASI & KONTRAINDIKASI
• Indikasi
• Infeksi saluran kemih termasuk prostatitis.
• Uretritis dan servisitis gonorrhea.
• Infeksi saluran cerna, demam tifoid yang disebabkan oleh S. typhi.
• Infeksi saluran nafas, kecuali pneumonia akibat Streptococcus.
• Infeksi kulit dan jaringan lunak.
• Infeksi tulang dan sendi.
• Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap ciprofloxacin atau antibiotic derivate
quinolone lainnya, wanita hamil dan menyusui, anak< 18
tahun.
PARASETAMOL
• Kombinasi :
1. AINS untuk analgetik
2. Probenesid dalam pengobatan GOUT
• Lebih di pilih daripada aspirin
• Efek heptotoksisitas dengan barbiturat, antikonvulsi lain
atau pada alkoholik yang kronis.
DIAZEPAM
• Absorbsi
• Setelah pemberian oral, diazepam diserap > 90%
• waktu rata-rata untuk mencapai konsentrasi puncak plasma adalah 1 - 1,5
jam dengan kisaran 0,25 - 2,5 jam.
• Distribusi
• Diazepam berikatan dengan plasma protein hingga 98%.
• Konsentrasi diazepam dalam plasma memiliki waktu paruh 1 jam hingga 3
jam.
• Volume distribusi diazepam pada laki-laki sehat berkisar antara 0.8-1.0
L/kg.
• Diazepam memiliki solubilitas lipid yang tinggi sehingga diazepam dapat
dengan cepat masuk ke otak.
• Diazepam bersifat transplasental pada fetus dan disekresikan dalam ASI
(sebesar sepersepuluh yang ada di maternal plasma pada hari ke-3 – 9
post partum)
DIAZEPAM
• Metabolisme
• Metabolisme utama diazepam berada di hepar.
• dimetabolisme oleh enzim hepatik menjadi bentuk metabolit aktif yaitu
oxazepam, temazepam, dan desmethyldiazepam. Temazepam dan
oxazepam dieliminasi dengan cepat oleh proses glukuronidasi.
• Eliminasi
• Waktu paruh diazepam inisial (1-3 jam) diikuti oleh waktu paruh terminal
( mencapai 48 jam).
• Untuk eliminasi waktu paruh terminal metabolit aktif dari
desmethyldiazepam membutuhkan waktu hingga 100 jam.
• Diazepam dan metabolit aktifnya diekskresikan lewat urin dalam bentuk
sulfat dan konjugat glukuronida.
• Rata-rata kecepatan waktu pembersihan diazepam dalam tubuh
manusia dewasa adalah 20-30 mL/menit.
FARMAKOKINETIK GERIATRI
• Intravena
• Dewasa dan anak : 100-200 mg/kg
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Oral
• Dewasa : 5-20 mg
• Anak : 2-10 mg
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Rektal
• Dewasa : 500 mg/kg
• Anak: ³ 1 tahun: 250-500 mg/kg; untuk praktikal klinis diberikan 5 atau
10 mg.
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Gangguan ansietas berat
• Oral
• Dewasa : 2 mg 3 kali sehari. Maksimal 30 mg/hari.
• Anak : 1-2.5 mg 3-4 kali sehari, naikkan perlahan sesuai kebutuhan dan
toleransi.
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Parenteral
• Dewasa : IM/IV: hingga 10 mg, dapat diulangi setelah 4 jam jika
dibutuhkan.
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Rektal
• Dewasa : 500 mg/kg, ulangi setelah 12 jam apabila dibutuhkan
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Spasme otot
• Oral
• Dewasa : 2-15 mg/hari dalam dosis terbagi, dapat dinaikkan hingga 60mg/hari
pada spastik otot berat seperti serebral palsy.
• Anak : 2-40 mg/hari dalam dosis terbagi
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Parenteral
• Dewasa : IV/IM: hingga 10 mg, dapat diulangi setelah 4 jam jika dibutuhkan.
Tetanus: 0.1-0.3 mg/kg setiap 1-4 jam via IV injeksi, atau 3-10 mg/kg diberikan
selama 24 jam via IV infus.
• Anak : 0.04-0.3 mg/kg IV setiap 2-4 jam maksimal 0.6 mg/kg dalam 8 jam.
Tetanus: >30 hari-5 tahun 1-2 mg; >5 tahun 5-10 mg. seluruh dosis diberikan
lewat injeksi IV secara perlahan-lahan, dapat diulang setiap 3-4 jam sesuai
kebutuhan.
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Rektal
• Dewasa : 500 mg/kg, ulangi setelah 12 jam apabila dibutuhkan
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Profilaksis kejang
• Oral
• Dewasa : 2-60 mg/hari dalam dosis terbagi
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Riwayat hipersensitivitas
• Intoksikasi alkohol akut
• Miastenia gravis
• Glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma sudut terbuka,
kecuali pasien mendapat terapi yang sesuai
• Depresi pernafasan
• Pemberian IV diazepam pada pasien syok, koma, depresi
pernafasan, dan pasien yang telah menerima obat respiratori
depresan
• Sleep apnea atau insufisiensi pulmoner akut
• Anak < 6 bulan
• Trimester pertama kehamilan
KONTRAINDIKASI:
• Peringatan:
• Pada penggunaan kelompok benzodiazepin yang dikombinasi dengan
opioid atau depresan sistem saraf harus diperhatikan: efek sedasi yang
semakin kuat, depresi pernafasan, koma, bahkan meninggal dunia.
Apabila penggunaan kedua kelompok ini tidak dapat dihindari maka
kurangi sepertiga dosis opioid saat diazepam diberikan.
• Perhatian lebih untuk penggunaan diazepam pada pasien dengan
PPOK, gangguan renal/liver, depresi, keinginan bunuh diri, gag
reflex terganggu, riwayat penggunaan NAPZA dan alkohol, pasien
obesitas
• Dapat menimbulkan reaksi paradoks seperti halusinasi, perilaku
agresif, dan psikosis. Apabila ada gejala ini penggunaan diazepam
harus dihentikan.
• Penghentian konsumsi secara tiba-tiba dapat menyebabkan bangkitan
kejang.
INTERAKSI OBAT
• Fenitoin
Laporan mngatakan bahwa eliminasi metabolit fenitoin
diturunkan oleh diazepam.
DAFTAR PUSTAKA