Anda di halaman 1dari 77

FARMAKOLOGI GERIATRI

FLORYA JOCENLY LOMU NIFU 1608010001


KINANTI PUTRI AKDANI TUUK 1608010002
MARGUERITA MERPATI O. WORA WORA 1608010003
ELISABETH FLORA SABU KEDANG 1608010004
GIOVANI RIZALDO HADI 1608010005
WIDYARTI HANDIENY BENU 1608010006
HELENA VAUSTINA ANU 1608010007
FRETRIEN JILIAMARCH SUPARDI 1608010008
JEANETTE MAUREEN PONGSILURANG 1608010009
BARTOLOMEUS UMBU FLUGENTIUS 1608010010
BERNIKE LUSITANIA SUMBAYAK 1608010011
CLARITHA KACI LOUIS LENGGU 1608010012
AGATHA DELA STEFANI DIAMANTA 1608010013
MARIA ANGGELINA MEGARIANI 1608010014
JUAN CHRISTIAN PETRIDEL THEEDENS 1608010015
ELSYE YURIKE LALUPANDA 1608010016
KASUS 1

Seorang laki-laki usia 75 tahun dibawa oleh keluarganya di


puskesmas dengan keluhan mual, muntah, sakit kepala,
malas makan/minum. Keluhan dialami sejak 3 hari yang lalu.
Sejak istrinya meninggal 1 bulan yang lalu pasien mengalami
penurunan BB, sering menyendiri dan mengalami kesulitan
tidur. Pasien juga mempunyai penyakit Hipertensi, DM, dan
Pembesaran prostat, yang mendapatkan obat dari dokter
puskesmas, tetapi jarang kontrol sejak istrinya meninggal.
DAFTAR OBAT YANG DIBERIKAN

• Ranitidin 2x1 tablet ac

• Omeprazole 2x1 tablet ac

• Antasida 3x1 Cl pc

• Asam mefenamat 3x1 prn

• Glibenclamid 1-0-0

• Prazosin 1 mg 0-1-0

• Ciprofloxacin 2x500 mg

• Amoxicillin 3x500 mg

• Paracetamol 3x1 Tab

• Diazepam 0-0-1

• Simvastatin 1x1
PERTANYAAN

1. Jelaskan perubahan Farmakokinetik (Absorbsi, distribusi,


ekskresi, metabolisme, dan eliminasi pada pasien geriatri)
2. Jelaskan perubahan farmakodinamik pada pasien geriatri
3. Jelaskan jenis, golongan terapi dan efek samping terkait
umur yang mungkin timbul akibat pemberian obat
4. Jelaskan kemungkinan interaksi obat dari pemberian
resep diatas
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
PADA GERIATRI
1. Absorbsi
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Ekskresi
PERUBAHAN ABSORBSI OBAT

↓ sekresi asam ↑pH asam


lambung lambung

↓Absorbsi ↓Pelarutan Obat


PERUBAHAN DISTRIBUSI OBAT
↓ Volume
↑ konsentrasi
↓ cairan tubuh distribusi obat
plasma
larut air

↓ Volume ↑ Konsentrasi
↓ massa otot
distribusi obat plasma

↑ Volume
↑ Lemak tubuh distribusi larut ↑ Waktu paruh
lemak

Obat dengan
↓ Plasma Albumin ikatan protein ↓ Ikatan protein ↑ Obat (aktif) bebas
tinggi
PERUBAHAN METABOLISME HEPATIK

↓ Massa hepar
Metabolisme obat oleh enzim
hati

↓ Aliran darah ke hepar

↓ Klirens

↑ Waktu paruh
PERUBAHAN EKSKRESI GINJAL

↓ Massa ginjal

Metabolisme obat melalui ginjal

↓ Aliran darah ke ginjal

↓ Klirens

↑ Waktu paruh
PERUBAHAN FARMAKODINAMIK
PADA GERIATRI

Degenerasi
Kualitas Reseptor
Reseptor Obat di
Menurun
Jaringan
Perubahan
Farmakodinamik disebabkan

Perubahan
Farmakodinamik
RANITIDIN
Farmakokinetik
• Biovailabilitas secara oral sekitar 50%.
• Masa paruhnya kira-kira 1,7 – 3 jam pada orang dewasa dan
memanjang pada orang tua dan pasien gagal ginjal.
• Kadar puncak pada plasma dicapai dalam 1 – 3 jam setelah
penggunaan 150 mg ranitidin secara oral dan yang terikat protein plasma
hanya 15%.
• Ranitidin mengalami metabolisme lintas pertama di hati dalam jumlah
cukup besar setelah pemberian oral. Ranitidin dan metabolitnya
diekskresi terutama melalui ginjal sisanya melalui tinja.
Farmakodinamik
• Ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel.
Penghambatan reseptor H2 akan menghambat sekresi asam lambung.
• Ranitidin juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung.
Jenis Golongan Terapi Efek Interaksi Obat
Samping
Antihistamin Antagonis • Efek samping ini • Nifedipin, walvarin, teofilin
Reseptor H2 (AH2) antara lain nyeri dan metoprolol dilaporkan
berinteraksi dengan ranitidin.
kepala, pusing, Ranitidin dapat menghambat
malaise, myalgia, absorbsi diazepam dan
mual, diare, mengurangi kadar plasmanya
sejumlah 25%. Obat-obat ini
konstipasi, ruam
diberikan dengan selang
kulit, pruritus. waktu 1 jam.
• Ranitidin tidak • Penggunaan ranitidin
berefek bersama antasid atau
antikolinergik sebaiknya
antiadrogenik
diberikan dengan selang
sehingga mungkin waktu 1 jam.
tidak • Simetidin dan ranitidin
menyebabkan cenderung menurunkan aliran
darah hati sehingga akan
impotensi dan
memperlambat klirens obat
ginekomastia. lain.
OMEPRAZOLE

Farmakokinetik
• Sebaiknya diberikan dalam sediaan salut enterik untuk
mencegah degradasi Zat aktif dalam suasana asam,
bioavailabilitasnya lebih baik karena tidak teraktivasi di
lambung .
• Sedangkan tablet omeprazole akan pecah di lambung ,
mengalami aktivasi lalu terikat pada berbagai gugus
sufhidril, mukus dan makanan, oleh sebab itu sebaiknya
diberikan 30 menit sebelum makan.
• Obat ini dimetabolisme dihati oleh sitokrom P450 (CYP)
terutama CYP2C19 dan CYP3A4.
Farmakodinamik
• Setelah diabsorbsi dan masuk ke sirkulasi obat ini akan
berdifusi ke sel parietal lambung, terkumpul di kanalikuli
sekretoar dan mengalami aktivasi dan berubah menjadi
sulfonamid tetrasiklik. Bentuk aktif ini berikatan dengan
gugus suhidril enzim H+, K+ ATP-ase, mengakibatkan
penghambatan kerja enzim tersebut dan produksi asam
lambung terhenti. Penghambatan berlangsung lama antara
24-48 jam.
Jenis Golongan Terapi Efek Interaksi Obat
Samping
Obat Penghambat • Efek samping yang • PPI dapat mempengaruhi
Penghambat Pompa Proton umum terjadi yaitu eliminasi beberapa obat yang
Sekresi Asam mual, nyeri perut, memiliki jalur metabolisme yang
konstipasi, flatulens sama dengannya. Antara lain
Lambung
dan diare. warfarin, diazepam dan
• Dilaporkan pula siklosporin.
terjadi myopati • Diantara PPI hanya omeprazol
subakut, artralgia, yang dapat menghambat
sakit kepala dan aktivitas enzim CYP2C19
ruam kulit. (sehingga menurunkan klirens
• Keadaan disulfiram, fenitoin, kopidogrel
hipergastrinemia dan beberapa obat lain yang
lebih sering terjadi dimetabolisme oleh enzim
dan lebih berat pada tersebut) serta menginduksi
penggunaan PPI CYP1A2 (sehingga meningkatkan
dibandingkan dengan klirens imipramin, beberapa obat
H2 antagonis. antipsikotik, takrin dan teofilin).
SIMVASTATIN

Farmakokinetik
• Simvastatin merupakan pro-drug dalam bentuk lakton dan
harus dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk aktif, asam
Beta-hidroksi.
• Simvastatin diabsorbsi sekitar 40-75% dan mengalami
metabolisme lintas pertama di hati. Waktu paruh berkisar
sekitar 1-3 jam.
• Simvastatin terikat protein plasma dan sebagian besar
diekskresi oleh hati kedalam cairan empedu dan sebagian
kecil lewat ginjal.
• Simvastatin terutama dimetabolisme oleh CYP3A4.
Farmakodinamik
• Simvastatin berkerja dengan cara menghambat sintesis
kolesterol dalam hati dengan menghambat enzim HMG Co-
A reduktase. Akibat penurunan sintesis kolesterol ini, maka
SREBP yang terdapat pada membran dipecah oleh protease
lalu diangkut ke nukleus.
• Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan
gen reseptor LDL sehingga terjadi peningkatan sintesis
reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada
membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol
darah lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga
menurun sedangkan HDL meningkat.
Jenis Golongan Terapi Efek Interaksi Obat
Samping
Obat Statin (penghambat Pada kira-kira 1-2% pasien Simvastatin akan berakumulasi
penurun HMG CoA terjadi peningkatan kadar dalam plasma bila diberikan
lipoprotein reduktase) transaminase hingga bersama obat yang menghambat
plasma melebihi 3 kali kadar normal. atau berkompetisi untuk CYP3A4,
Efek samping simvastatin seperti antibiotik makrolid,
yang potensial berbahaya siklosporin, ketokonazol,
adalah miopati dan penghambat protease HIV,
rabdomiolisis. Insiden takrolimus, nefazodon, fibrat, dll.
miopati rendah (<1%), tetapi Sebaliknya obat-obat yang
meningkat bila diberikan menstimulasi CYP3A4 seperti
dengan obat-obat tertentu fenitoin, barbiturat, griseofulvin,
seperti fibrat dan asam dan rifampin akan mengurangi
nikotinat dan mempengaruhi kadar plasma simvastatin. Hal
metabolisme statin. Efek serupa juga terjadi pada
samping lainnya antara lain : penghambat CYP2C9 seperti
gangguan saluran cerna, ketokonazol, metronidazol,
sakit kepala, rash, neuropati sulfinpirazon, amiodaron dan
perifer dan sindrom lupus. simetidin yang akan meningkatkan
kadar plasma fulvastatin,
rosuvastatin bila diberikan
bersamaan. Pravastatin tampaknya
merupakan obat terpilih bila
digunakan bersama verapamil,
ketokonazol, makrolit dan
siklosporin.
ANTASIDA

Farmakokinetik
a. Absorpsi
- Tiap kandungan obat Antasida berbeda daya absorpsi.
-Untuk kandungan Magnesium hitungannya adalah secara inversi
proporsional terhadap dosis, yaitu 50% dengan diet yang terkontrol
- Untuk kandungan Kalsium bioavailabilitas adalah 25─35%.
- Onset kerja obat tergantung pada lamanya pengosongan lambung.
-Waktu puncak obat dalam plasma adalah 20─60 menit dalam keadaan
puasa. Apabila obat dikonsumsi satu jam setelah makan, maka kadar
puncak dicapai hingga 3 jam kemudian.
ANTASIDA

• Farmakokinetik
b. Distribusi
- Tiap kandungan obat Antasida berbeda distribusi obat.
- Untuk kandungan Magnesium dapat ditemukan sekitar 50─60% pada
tulang. - Sekitar 1─2% didistribusikan ke dalam cairan ekstraseluler.
Obat berikatan dengan protein, 30% dengan albumin. Untuk kandungan
Kalsium, obat berikatan dengan protein sebanyak 45%.
c. Eliminasi
Renal clearance pada obat Antasida yang mengandung kalsium adalah
50─300 mg per hari. Obat Antasida yang dapat diabsorpsi, akan
diekskresikan ke urine. Sedangkan obat Antasida yang tidak dapat
diabsorpsi, akan diekskresikan ke feses.
ANTASIDA

• Farmakodinamik
a. Antasida absorbable :
- onset kerja obat yang cepat guna memberikan efek terapeutik yang
diharapkan.
- masa kerja obat pendek.
- Tingkat keasaman lambung, atau pH akan meningkat hingga 7 atau
lebih dalam waktu sekitar 15─20 menit -> dapat stimulasi hipersekresi
asam lambung secara sekunder, yang disebut sebagai sindrom
rebound
b. Antasida non-absorbable :
berhubungan dengan absorpsi asam hidroklorida yang dihasilkan oleh
lambung. Onset kerja obat dimulai sekitar 10─30 menit setelah
menelan pil. Selanjutnya, obat ini tidak lagi memberikan efek
terapeutik. Aktivitas obat dalam menetralkan asam lambung berakhir
ketika pH normal tercapai, yaitu sekitar 3,0─4,0.
ANTASIDA

Jenis, Golongan, Efek Samping


a. Jenis
- Obat penetral asam lambung
- Fungsi : mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, tukak lambung, gastritis, tukak usus dua belas jari.
b. Golongan
- Antasid sistemik contohnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus
halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis.
- Antasid nonsistemik hampir tidak menimbulkan alkalosis metabolik.
Contoh : sediaan magnesium,alumunium, dan kalsium.

c. Efek Samping
- Sindroma susu alkali, Neurotoksisitas, Saluran cerna (diare, obstruksi),
Asupan Natrium
ANTASIDA

• Interaksi Obat
a. Antasida + Alprazolam
Antasida bisa menunda penyerapan dan mengurangi
konsentrasi Cmax pada benzodiazepine.
b. Antasida + Ranitidin
Antasida dapat menurunkan konsentrasi pada H2
blocker.
c. Antasida dan Siprofloksasin
Dapat mengurangi absorbsi dari siprofloksasin
ASAM MEFENAMAT
• Farmakokinetik
•Cepat di absorbsi setelah administrasi
oral. Level puncak plasma dimulai dari 2-
Absorpsi 4 jam dan eliminasi waktu paruh kira-
kira 2 jam. Dalam 2x500 mg dosis oral,
luas daerah absorbsi sebesar 30.5
mcg/hr/mL.

•90% asam mefenamat dikelilingi


albumin. Volume distribusi yang jelas
Distribusi (VZss/F) diperkirakan mengikuti 500mg
dosis oral asam mefenamat yaitu 1.06
L/kg.
ASAM MEFENAMAT
• Farmakokinetik
•Dimetabolisme di hati oleh enzim
Metabolis sitokrom P450 CYP2C9 menjadi 3-
hydroximethyl mefenamic acid
me (metabolite I) → proses oksidasi lebih
lanjut → 3-carboxymefenamic acid
(metabolite II).

•52% → melalui urine terutama sebagai


glukuronida asam mefenamat (6 %), 3-
Ekskresi hidroxymefenamic acid (25%) dan 3-
carboxymefenamic acid (21%).
•20% → melalui feses dalam bentuk 3-
carboxymefenamic acid yang belum
dikonjugasi.
ASAM MEFENAMAT

• Farmakodinamik
Asam mefenamat mempunyai efek sentral dan
perifer. Asam mefenamat juga dapat menghambat
beberapa efek tertentu dari prostaglandin secara
langsung, meskipun belum diketahui secara pasti
bahwa reseptor dapat dihambat pada konsentrasi
terapeutik.
ASAM MEFENAMAT

• Jenis, Golongan, Efek Samping


a. Jenis : Jenis obat anti nyeri yang bekerja untuk
menghambat COX 1 dan COX 2.
b. Golongan : NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi
Drug).
Asam mefenamat digunakan sebagai analgetik, anti-
inflamasi dan antipiretik.
EFEK SAMPING

- Toksisitas akibat penghambatan sintesis prostaglandin.


- Meningkatkan sekresi asam lambung dan mencegah
pembekuan darah sehingga menimbulkan toksisitas saluran
pencernaan.
- Saluran cerna : dyspepsia, diare sampai diare berdarah dan
gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Dapat
menimbulkan diare berat pada pasien geriatri.
- Menghalangi atau mengganggu fungsi ginjal, menyebabkan
retensi cairan dan reaksi hipersensitivitas.
- Dapat meningkatkan tekanan darah rata-rata (mean arterial
presure) sebanyak kurang lebih 5 mmHg
- Reaksi kulit
GLIBENKLAMID

• Glibenklamid merupakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


golongan sulfonylurea generasi kedua yang hanya
digunakan untuk mengobati individu dengan diabetes
melitus tipe II untuk menurunkan konsentrasi gula darah.
Jenis Golongan Efek Samping Interaksi obat

Anti- Sulfonilurea Gangguan saluran cerna berupa: Efek hipoglikemia


diabetes generasi kedua mual, diare, sakit perut, dan ditingkatkan oleh
hipersekresi asam lambung. alkohol,
Gangguan susunan syaraf pusat siklofosfamid, antik
berupa: sakit kepala, vertigo, oagulan kumarina,
bingung, ataksia. inhibitor MAO,
Hipoglikemia dapat terjadi fenilbutazon,
apabila dosis tidak tepat atau penghambat beta
diet terlalu ketat, juga pada adrenergik,
gangguan fungsi hati atau ginjal sulfonamida.
atau pada lansia Efek hipoglikemia
Golongan sulfonilurea diturunkan oleh
cenderung meningkatkan berat adrenalin,
badan kortikosteroid,
tiazid.
GLIBENKLAMID

• Absorbsi
Pemberian glibenklamid secara oral akan diabsorbsi melalui
saluran cerna dengan cukup efektif dan memiliki waktu paruh
sekitar 4 jam.
• Distribusi
Setelah absorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan
ekstrasel.Dalam plasma sebagian besar terikat pada protein
plasma terutama albumin (70%-90%). Untuk mencapai kadar
optimal glibenklamid akan lebih efektif jika diminum 30 menit
sebelum makan. Mula kerja (onset) glibenklamid: kadar insulin
serum mulai meningkat 15-60 menit setelah pemberian dosis
tunggal. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 2-4 jam.
Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam setelah pemberian
kadar dalam plasma hanya tinggal sekitar 5%. Masa kerja sekitar
15 sampai 24 jam.
• Metabolisme
Metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung
dengan jalan hidroksilasi gugus sikloheksil pada
glibenklamid, menghasilkan satu metabolit dengan
aktivitas sedang dan beberapa metabolit inaktif.
• Ekskresi
Hanya 25-50 % metabolit diekskresi melalui ginjal,
sebagian besar diekskresi melalui empedu dan dikeluarkan
bersama tinja. Waktu paruh eliminasi sekitar 15-16 jam,
dapat bertambah panjang apabila terdapat kerusakan hati
atau ginjal.
FARMAKODINAMIK

• Menstimulasi pancreas untuk memproduksi insulin dan


meningkatkan sensitivitas sel beta terhadap glukosa.
Glibenklamide hanya bermanfaat pada penderita diabetes
dewasa yang pankreasnya masih mampu memproduksi
insulin dengan baik. Pada penggunaan per oral
glibenklamid diabsorpsi sebagian secara cepat dan
tersebar keseluruh cairan ekstrasel, sebagian besar terikat
dengan protein plasma. Pemberian glibenklamid dosis
tunggal akan menurunkan kadar gula darah dalam 3 jam
dan kadar ini dapat bertahan selama 15 jam. Glibenklamid
dieksresikan bersama feses dan sebagai metabolit
bersama urin.9
PRAZOSIN

Farmakokinetik
• Absorpsi:
Prazosin diabsorpsi baik melalui saluran cerna. Onset untuk
hipertensi dalam waktu 30 sampai 90 menit setelah dosis
tunggal.
• Distribusi:
Prazosin sangat mudah berikatan dengan protein dan jika
berikatan dengan obat lain yang juga sangat mudah berikatan
dengan protein, pasien harus diperiksa terhadap timbulnya
reaksi yang merugikan. Konsentrasi puncak plasma terjadi 1-3
jam setelah dosis oral, bioavailabilitas nya berkisar 50-85%,
dalam jumlah kecil didistribusikan ke ASI.
• Metabolisme:
Sebagian besar prazosin akan hilang selama
metabolisme hati pertama. Waktu paruh obat ini
singkat yaitu 2-4 jam sehingga sering diberikan
dua kali sehari namun pada pasien gagal jantung
waktu paruhnya meningkat sekitar 7 jam.
• Ekskresi:
Kurang dari 10% obat ini akan diekskresikan
keluar melalui urin.
FARMAKODINAMIK

Prazosin merangsang di pusat reseptor adrenergik-alfa, hal ini


menyebabkan penurunan simpatis dan penurunan tahanan
vaskular perifer sehingga tekanan darah menurun. Obat ini
menembus sawar plasenta, dan sebagian kecil memasuki air
susu pada ibu yang menyusui. Penghambatan adrenergiK-alfa
selektif mendilatasi arteriola dan venula, dan menurunkan
tahanan perifer serta tekanan darah.
Jenis Golongan Efek Samping Interaksi obat

anti- α1-blocker hipotensi ortostatik, • Alkohol: meningkatkan resiko


hipertens pusing, sakit kepala, hipotensi
i palpitasi, nausea, • Beta-bloker: meningkatkan
edem perifer, reaksi akut hipotensi
impotensi ortostatik setelah dosis
pertama prazosin
• Verapamil: meningkatkan
kadar serum prazosin dan
sensitivitasnya terhadap
hipotensi ortostatik
• Obat antiinflamasi:
memperberat keadaan
edema perifer jika
dikonsumsi setiap hari
• Nitrogliserin: menimbulkan
sinkop (pingsan) karena
penurunan tekanan darah
AMOXICILLIN

Farmakodinamik

• Amoxicillin adalah moderate-spectrum antibiotic


yang active terhadapt banyak bakteri gram-positif
dan beberapa organisme gram-negatif.

• lebih baik lewat administrasi oral dibandingkan


dengan beta-lactam antibiotics lainnya.
FARMAKOKINETIK

• Amoxicillin tidak terpengaruhi oleh asam lambung, dan


akan terserap dengan cepat setelah administrasi secara
oral.
FARMAKOKINETIK

• Distribusi

Amoxicillin akan berdifusi ke sebagian besar jaringan dan


cairan dalam tubuh, terkecuali otak, dan cairan
cerebrospinal. Dalam serum darah, amoxicillin kira-kira
20% terikat dengan protein.
FARMAKOKINETIK

• Metabolisme dan Ekskresi

Waktu paruh dari Amoxicillin adalah 61.3 menit. Kurang


lebih 60% dari dosis amoxicillin yang diadministrasikan
secara oral akan di ekskresikan dengan urin dalam 6
sampai 8 jam. Level konsentrasi Amoxicillin dalam serum
dapat diobservasi sampai 8 jam setelah di administrasikan
secara oral.
PENGGUNAAN PADA PASIEN GERIATRI

• Amoxicillin telah diketahui di ekskresikan dalam


jumlah besar lewat ginjal, dan resiko reaksi toxic dari
obat ini akan meningkat pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal. Karena pasien geriatric
lebih mungkin memiliki penurunan fungsi ginjal,
maka pemilihan dosis harus lebih diperhatikan, dan
sebaiknya dilakukan monitoring fungsi ginjal.
EFEK SAMPING

• Efek samping yang paling sering (>1%) di temukan pada


kapsul, tablet, atau suspensi oral dari Amoxicillin adalah
diare, ruam, mual dan muntah. Dapat juga terjadi reaksi
anafilaksis dan CDAD.
INTERAKSI OBAT

• Probenecid
• Antikoagulan Oral
• Allopurinol
• Kontrasepsi Oral
• Antibacterial lainnya
• Efek Terhadap Pemeriksaan Lab
CIPROFLOXACIN

Farmakodinamik
• Ciprofloxacin bekerja dengan cara mempengaruhi enzim
DNA gyrase pada bakteri dan menghambat sintesis DNA
bakteri.
• Ciprofloxacin aktif terhadap bakteri gram positif dan
negative namun memiliki aktivitas yang sangat baik
terhadap gram negative.
FARMAKOKINETIK

• Fluorokuinolon pada pemberian secara per oral diserap


secara baik (bioavailibilitas 80-95%) dan terdistribusi
secara luas dalam cairan tubuh serta jaringan. Waktu
paruh untuk ciprofloxacin adalah 3-5 am dengan kadar
puncak serum 2,4µg/ml. kadar serum pada pemberian oral
sama dengan kadar serum pada pemberian intravena,
namun pada pemberian oral efeknya berkurang bila
diberikan bersama antasida/zat nesi.
FARMAKOKINETIK

• Absorbsi
Ciprofloxacin diberikan sebagai tablet oral dengan cepat
dan diserap dengan baik dari saluran pencernaan setelah
pemberian oral. Bioavailibilitas obat ini kira-kira 70% tanpa
kehilangan substansial oleh metabolisme first pass.
Konsentrasi serum maksimum Ciprofloxacin dan area di
bawah kurva ditunjukkan pada grafik untuk kisaran dosis
250 mg hingga 1000 mg.
Maksimum konsentrasi serum mencapai 1-2 jam setelah dosis oral.
Rata-rata konsentrasi yang dicapai 12 jam setelah dengan dosis
250,500, atau 750 mg berturut-turut yaitu 0.1, 0.2, dan 0.4 mcg/ml.
Waktu paruh eliminasi serum pada pasien dengan fungsi ginjal normal
adalah sekitar 4 jam. Konsentrasi serum meningkat seimbang dengan
dosis hingga 1000 mg.
FARMAKOKINETIK

• Distribusi

Pengikatan ciprofloxacin terhadap protein serum adalah 20-40%.

Ciprofloxacin dalam bentuk aktif dalam saliva, sekresi hidung, dan

bronkial, mukosa sinus, dahak, cairan blister kulit, getah bening,

cairan peritoneum, empedu, dan sekresi prostat. Ciprofloxacin juga

terdapat di paru-paru, kulit, lemak, otot, tulang rawan, dan tulang.

Obat berdifusi ke dalam cairan serebrospinal (CSF), namun

konsentrasi CSF umumnya kurang dari 10% dari konsentrasi serum

puncak.
FARMAKOKINETIK

• Metabolisme dan ekskresi


Waktu paruh eliminasi serum pada pasien dengan fungsi
ginjal normal adalah sekitar 4 jam. Sekitar 40 hingga 50%
dari dosis yang diberikan secara oral diekskresikan dalam
urin sebagai obat yang tidak berubah.
EFEK PADA PASIEN GERIATRI

• Pasien geriatri berada dalam resiko tinggi dari kelainan


tendon, termasuk ruptur tendon ketika sedang diobati
dengan floroquionolone seperti siprofloksasin
• Siprofloksasin diketahui secara substansial dikeluarkan
oleh ginjal, dan resiko reaksi yang berlawanan lebih besar
pada pasien dengan fungsi renal yang terganggu. Ketika
pasien geriatri mengalai penurunan fungsi renal dilihat dari
umurnya, perawatan serta dosis harus lebih diperhatikan
untuk orang tua dan terus melakukan monitori fungsi renal.
EFEK SAMPING

• Mual, muntah, diare (colitis akibat antibiotic), sakit perut,

sakit kepala, pusing, gangguan tidur, ruam, pruritus,

anafilaksis, fotosensitivitas, peningkatan ureum dan

kreatinin serum, gangguan fungsi hati sementara, atralgia,

myalgia, gangguan darah (eosinophilia, leukopenia,

trombositopenia, dan gangguan kadar protrombin).


EFEK SAMPING

• Gangguan sistem saraf

• Gangguan sistem integumen

• Gangguan renal

• Gangguan hepar

• Gangguan kardio

• Gangguan darah

• Efek samping lain


INTERAKSI OBAT

• Teofilin
• Cyclosporin
• Probenesid
• Anti Koagulan oral
• Metoklopramid
INDIKASI & KONTRAINDIKASI

• Indikasi
• Infeksi saluran kemih termasuk prostatitis.
• Uretritis dan servisitis gonorrhea.
• Infeksi saluran cerna, demam tifoid yang disebabkan oleh S. typhi.
• Infeksi saluran nafas, kecuali pneumonia akibat Streptococcus.
• Infeksi kulit dan jaringan lunak.
• Infeksi tulang dan sendi.
• Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap ciprofloxacin atau antibiotic derivate
quinolone lainnya, wanita hamil dan menyusui, anak< 18
tahun.
PARASETAMOL

• Jenis :antipiretik dan analgesik


• Golongan : derivat para amino fenol
• Asetaminofen atau lebih dikenal dengan sebutan
parasetamol merupakan metabolit aktif fenasetin dan
berperan menghasilkan efek analgesik dan antipiretik.
Efek antipiretik dihasilkan oleh gugus aminobenzen. Obat
ini juga merupakan inhibitor lemak COX-1 dan COX-2 di
jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi.
FARMAKOKINETIK

• Absorbsi : Asetaminofin diberikan secara oral. Penyerapan


berkaitan dengan laju pengosongan lambung, konsentrasi
darah puncak biasanya tercapai dalam 30-60 menit.
• Distribusi : sekitar 25% terikat plasma dan sekitar 80%
engalami metabolisme parsial di konjugasi dengan
glukoronat dan asam sulfat. 5 %
• Metabolisme : mengalami hdorksilasi
• Ekskresi : melalui ginjal = 3% parasetamol dan sebagian
besar dalam bentuk terkonjugasi. Waktu paruh 2-3 jam dan
meningkat 2 kali jika mengalami kerusakan hati atau dosis
toksis
FARMAKODINAMIK

Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu


menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga juga berdasarkan efek sentral salisilat seperti salisilat.
EFEK SAMPING

• Dalam dosis terapeutik , kadang terjadi peningkatan ringan


enzim hati tanpa ikterus. Hal ini reversibel bila obat
dihentikan. Pada dosis lebih besar, dapat terjadi pusing
bergoyang, eksitasi, dan disorientasi. Dosis lebih dari 4
gram/hari biasanya tidak dianjurkan dan riwayat
alkoholisme merupakan kotraindikasi, bahkan pada dosis
ini.
INTERAKSI OBAT

• Kombinasi :
1. AINS untuk analgetik
2. Probenesid dalam pengobatan GOUT
• Lebih di pilih daripada aspirin
• Efek heptotoksisitas dengan barbiturat, antikonvulsi lain
atau pada alkoholik yang kronis.
DIAZEPAM
• Absorbsi
• Setelah pemberian oral, diazepam diserap > 90%
• waktu rata-rata untuk mencapai konsentrasi puncak plasma adalah 1 - 1,5
jam dengan kisaran 0,25 - 2,5 jam.

• Distribusi
• Diazepam berikatan dengan plasma protein hingga 98%.
• Konsentrasi diazepam dalam plasma memiliki waktu paruh 1 jam hingga 3
jam.
• Volume distribusi diazepam pada laki-laki sehat berkisar antara 0.8-1.0
L/kg.
• Diazepam memiliki solubilitas lipid yang tinggi sehingga diazepam dapat
dengan cepat masuk ke otak.
• Diazepam bersifat transplasental pada fetus dan disekresikan dalam ASI
(sebesar sepersepuluh yang ada di maternal plasma pada hari ke-3 – 9
post partum)
DIAZEPAM

• Metabolisme
• Metabolisme utama diazepam berada di hepar.
• dimetabolisme oleh enzim hepatik menjadi bentuk metabolit aktif yaitu
oxazepam, temazepam, dan desmethyldiazepam. Temazepam dan
oxazepam dieliminasi dengan cepat oleh proses glukuronidasi.

• Eliminasi
• Waktu paruh diazepam inisial (1-3 jam) diikuti oleh waktu paruh terminal
( mencapai 48 jam).
• Untuk eliminasi waktu paruh terminal metabolit aktif dari
desmethyldiazepam membutuhkan waktu hingga 100 jam.
• Diazepam dan metabolit aktifnya diekskresikan lewat urin dalam bentuk
sulfat dan konjugat glukuronida.
• Rata-rata kecepatan waktu pembersihan diazepam dalam tubuh
manusia dewasa adalah 20-30 mL/menit.
FARMAKOKINETIK GERIATRI

• Eliminasi waktu paruh meningkat sekitar 1 jam untuk


setiap usia, misalnya pada usia 20 tahun kira-kira 20 jam,
dan pada usia 80 tahun kira-kira 90 jam.

• Pada geriatri, terjadi penurunan fungsi organ sehingga,


panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk pembersihan
akan cenderung menyebabkan diazepam terakumulasi dan
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya disorientasi.
FARMAKODINAMIK

• Efek sistem saraf pusat


• amnesia, anti kejang, hipnotik, relaksasi otot danmepunyai efek sedasi, efek
analgesik tidak ada, menurunkan aliran darah otak dan laju metabolisme.
• Efek Kardiovaskuler
• Menyebabkan vasodilatasi sistemik yang ringan dan menurunkan cardiac out
put.
• Sistem respiratori
• penurunan frekuensi nafas dan volume tidal, depresi pusat nafas mungkin
dapat terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau pasien dengan retardasi
mental.
• Efek terhadap saraf otot
• penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat supra spinal dan spinal,
sehingga sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan otot rangka
DIAZEPAM
(JENIS, GOLONGAN, EFEK SAMPING)
• Jenis : Jenis obat yang berfungsi sebagai antikonvulsan,
antiansietas, antispasmodik, dan sedatif.

• Golongan : Long acting Benzodiazepine dengan ½ > 24 jam


EFEK SAMPING DIAZEPAM

• Euforia • Sakit kepala


• Inkoordinasi • Perubahan pada salivasi
• Somnolens • Potensial fatal:
• Gatal kemerahan (suppositoria) • Hipersensitivitas dan/atau reaksi
anafilaktik
• Diare • Neutropenia
• Hipotensi • Jaundice
• Lemas • Efek lokalis: nyeri, tromboplebitis,
• Kelemahan otot bengkak, carpal tunnel syndrome,
nekrosis jaringan
• Depresi pernafasan • Phlebitis jika IV diadministrasi terlalu
• Retensi urin cepat
• Depresi
• Inkontinensia
• Pandangan buram
• Disartria
INDIKASI DAN DOSIS DIAZEPAM

• Intravena
• Dewasa dan anak : 100-200 mg/kg
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Oral
• Dewasa : 5-20 mg
• Anak : 2-10 mg
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa

• Rektal
• Dewasa : 500 mg/kg
• Anak: ³ 1 tahun: 250-500 mg/kg; untuk praktikal klinis diberikan 5 atau
10 mg.
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Gangguan ansietas berat
• Oral
• Dewasa : 2 mg 3 kali sehari. Maksimal 30 mg/hari.
• Anak : 1-2.5 mg 3-4 kali sehari, naikkan perlahan sesuai kebutuhan dan
toleransi.
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Parenteral
• Dewasa : IM/IV: hingga 10 mg, dapat diulangi setelah 4 jam jika
dibutuhkan.
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Rektal
• Dewasa : 500 mg/kg, ulangi setelah 12 jam apabila dibutuhkan
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Spasme otot
• Oral
• Dewasa : 2-15 mg/hari dalam dosis terbagi, dapat dinaikkan hingga 60mg/hari
pada spastik otot berat seperti serebral palsy.
• Anak : 2-40 mg/hari dalam dosis terbagi
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Parenteral
• Dewasa : IV/IM: hingga 10 mg, dapat diulangi setelah 4 jam jika dibutuhkan.
Tetanus: 0.1-0.3 mg/kg setiap 1-4 jam via IV injeksi, atau 3-10 mg/kg diberikan
selama 24 jam via IV infus.
• Anak : 0.04-0.3 mg/kg IV setiap 2-4 jam maksimal 0.6 mg/kg dalam 8 jam.
Tetanus: >30 hari-5 tahun 1-2 mg; >5 tahun 5-10 mg. seluruh dosis diberikan
lewat injeksi IV secara perlahan-lahan, dapat diulang setiap 3-4 jam sesuai
kebutuhan.
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Rektal
• Dewasa : 500 mg/kg, ulangi setelah 12 jam apabila dibutuhkan
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Profilaksis kejang
• Oral
• Dewasa : 2-60 mg/hari dalam dosis terbagi
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa

• Abortif kejang (epilepsi, kejang demam, status epileptikus)


• Parenteral
• Dewasa : pemberian pertama 5-10 mg IV dapat diulang interval 10-15 menit
maksimal 30 mg jika kejang masih berlanjut. Apabila kejang sudah berhenti,
mulai terapi maintenance. Pemberian diutamakan IV tapi jika tidak
memungkinkan IM diperbolehkan.
• Anak : dosis Diazepam 0.2-0.5 mg/kg IV kecepatan pemberian 2 mg/menit,
maksimal 10 mg.
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Rektal
• Dewasa : 10 mg suppositoria dapat diulang
• Anak : < 12kg dosis suppositoria 5 mg , ³12 kg dosis suppositoria 10 mg.
Jika kejang tidak berhenti dalam 5 menit dapat diberikan dosis sup kedua
sambil dibawa ke UGD. Maksimal pemberian 2 kali dosis supp pada
prehospital.
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Alcohol withdrawal syndrome
• Oral
• Dewasa : 5-20 mg dapat diulang 2-4 jam jika dibutuhkan. Atau 10 mg, 3-4
kali sehari pada hari pertama, kemudian diturunkan menjadi 5 mg 3-4 kali
sehari jika dibuthkan
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Parenteral
• Dewasa : IM/IV: 10-20 mg jika gejala berat dan terdapat delirium tremens
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
• Insomnia dengan ansietas
• Oral
• Dewasa : 5-15 mg sebelum tidur
• Anak : 1-25. mg 3-4 kali sehari, dinaikkan perlahan sesuai kebutuhan dan
toleransi
• Geriatri : tidak melebihi setengah dosis dewasa
KONTRAINDIKASI:

• Riwayat hipersensitivitas
• Intoksikasi alkohol akut
• Miastenia gravis
• Glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma sudut terbuka,
kecuali pasien mendapat terapi yang sesuai
• Depresi pernafasan
• Pemberian IV diazepam pada pasien syok, koma, depresi
pernafasan, dan pasien yang telah menerima obat respiratori
depresan
• Sleep apnea atau insufisiensi pulmoner akut
• Anak < 6 bulan
• Trimester pertama kehamilan
KONTRAINDIKASI:
• Peringatan:
• Pada penggunaan kelompok benzodiazepin yang dikombinasi dengan
opioid atau depresan sistem saraf harus diperhatikan: efek sedasi yang
semakin kuat, depresi pernafasan, koma, bahkan meninggal dunia.
Apabila penggunaan kedua kelompok ini tidak dapat dihindari maka
kurangi sepertiga dosis opioid saat diazepam diberikan.
• Perhatian lebih untuk penggunaan diazepam pada pasien dengan
PPOK, gangguan renal/liver, depresi, keinginan bunuh diri, gag
reflex terganggu, riwayat penggunaan NAPZA dan alkohol, pasien
obesitas
• Dapat menimbulkan reaksi paradoks seperti halusinasi, perilaku
agresif, dan psikosis. Apabila ada gejala ini penggunaan diazepam
harus dihentikan.
• Penghentian konsumsi secara tiba-tiba dapat menyebabkan bangkitan
kejang.
INTERAKSI OBAT

• Centrally Acting Agents


Jika Valium harus dikombinasikan dengan Centrally Acting Agents
lainnya, pertimbangankan agar diberikan kepada agen farmakologi
yang dipekerjakan khususnya untuk mempotensiasi aksi diazepam,
seperti fenotiazin, antipsikotik, anxiolytics / sedatif, hipnotik,
antikonvulsan, analgesik narkotika, anestesi, antihistamin sedatif,
narkotika, barbiturat, inhibitor MAO dan antidepresan lainnya.
• Alkohol
Penggunaan bersamaan dengan alkohol tidak dianjurkan karena
peningkatan efek sedatif.
• Antasida
Puncak konsentrasi Diazepam 30% lebih rendah ketika antasida
diberikan secara bersamaan. Namun, tidak ada efek pada tingkat
absorbsi.
• Senyawa Yang Menghambat Enzim Hati Tertentu
Ada interaksi yang berpotensi relevan antara diazepam dan
senyawa yang menghambat enzim hati tertentu (khususnya
sitokrom P450 3A dan 2C19). Data menunjukkan bahwa
senyawa ini mempengaruhi farmakokinetik dari diazepam dan
dapat menyebabkan peningkatan sedasi yang berkepanjangan.
Saat ini, diketahui terjadi reaksi dengan simetidin, ketokonazol,
fluvoxamine, fluoxetine, dan omeprazole.

• Fenitoin
Laporan mngatakan bahwa eliminasi metabolit fenitoin
diturunkan oleh diazepam.
DAFTAR PUSTAKA

• Buku Farmakologi dan terapi edisi 4 , universitas indonesia 1995


• https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2008/01326
3s083lbl.pdf
• Buku mininotes farmakologi
• Griffin CE, Kaye MA, Bueno RF, Kaye AD. www.ncbi.nlm.nih.gov.
[Online].; 2013. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3684331/
• Medscape. reference.medscape.com. [Online]. 2017. Available from:
https://reference.medscape.com/drug/valium-diastat-diazepam-
342902
• MIMS. www.mims.com. [Online].; 2017. Available from:
http://www.mims.com/indonesia/drug/info/diazepam?mtype=generic
• https://www.scribd.com/doc/313545168/PRAZOSIN-docx
• Team Medical Mini Notes.2017.Basic Pharmacology & Drug Notes ed.
2017.Makassar: MMN Publishing
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai