Anda di halaman 1dari 79

10/1/2019 1

ABSTRAKSI
HIDROLOGIK
Abstraksi Hidrologik

Keseluruhan abstraksi presipitasi biasanya disebabkan


oleh ;
• Evaporasi
• Transpirasi
• Infiltrasi
• Detensi permukaan dan
• Storage (penyimpanan) yang diperhitungkan sebagai
kehilangan terjadinya limpasan
Evaporasi vs Transpirasi
• Evaporasi = proses pertukaran molekul air di permukaan
menjadi molekul uap air di atmosfer melalui kekuatan panas
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
- faktor-faktor meteorologis
- jenis permukaan tanah
• Transpirasi = proses penguapan pada tumbuh-tumbuhan,
lewat sel-sel stomata
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
- faktor-faktor meteorologis, terutama sinar matahari
- jenis tumbuhan
- jenis tanah
Evaporasi
• Penguapan air dari permukaan air, tanah dan
bentuk permukaan bukan vegetasi lainnya oleh
proses fisika
• Dua unsur utama :
• Energi (radiasi matahari)  sebagian gelombang
dirubah menjadi panasmenghangatkan udara
sekitartenaga mekanikperputaran udara dan uap
air
• Ketersediaan airtidak hanya air yang ada akan tetapi
persediaan air yang siap untuk evaporasi
Faktor-faktor penentu Evaporasi
• Tekanan uap pada permukaan air dan udara diatasnya
• Temperatur udara dan air
• Kecepatan angin
• Tekanan atmosfir
• Kualitas air
• Ukuran badan air
• Suhu udara, permukaan bidang penguapan (air, vegetasi,
dan tanah)
• Kapasitas kadar airtinggi rendahnya suhu di tempat itu
• Proses tergantung pada Dpv (Saturated vapour preseeure deficit)
di udara atau jumlah uap air yang dapat diserap oleh udara
sebelum udara tersebut menjadi jenuh
• Evaporasi banyak terjadi di pedalaman dibanding di Pantai karena
udara sudah lembab
• Kecepatan angin diatas bidang penguapan
• Sifat bidang penguapan
• Kasar memperlambat garak angin turbulenmemperbesar
evaporasi
Pengukuran Evaporasi
• Diukur dari permukaan badan air :
membandingkan jumlah air yang diukur antara
dua waktu yang berbeda
• Evaporasi waduk atau danau yang berurutan :
E0 = I – O - S
I = masukan air ke waduk ditambah curah hujan yang langsung jatuh
pada waduk
O = keluaran dari waduk ditambah bocoran air dalam tanah
S = perubahan kapasitas tampung waduk
E0 (mm/hari) = C (eo -ea)
C = (0.44+0.073 u)*(1.465-0,00073p)
U = kecepatan angin rata-rata (km/jam) diukur pada ketinggian 0,5 m
diatas permukaan tanah
eo = tekanan uap air pada permukaan air yang merupakan fungsi suhu
ea = tekanan uap air di permukaan air
C = angka tetapan yang dihitung dengan persamaan (Rohwer, 1931)
P = tekanan atmosfer (mmHg)
Untuk angka evaporasi waduk maka E0 dikalikan angka
tetap 0,77
Nilai C :
Kolam  C = 15 + 0,93 u
Danau dan waduk kecil  C = 11 + 0,68 u
Evaporasi : pendekatan neraca energi
Qs-QTS-Qlw-Qh-Qe+Qv- Qve = Qc
Qs = Radiasi matahari datang
QTS = Radiasi matahari terefleksi
Qlw = Radiasi gelombang panjang bersih dari permukaan badan
air ke udara bebas
Qh = Pindahan energi dari badan air ke atmosfer dalam bentuk
panas-tampak (sensible heat)
Qe = Energi yang digunakan untuk proses evaporasi
Qv = Energi adveksi bersih yang masuk ke badan air akibat
aliran air
Qve = Energi adveksi keluar dari badan air karena proses
evaporasi
Qc = Energi tersimpan dalam badan air
Satuan dalam kalori/cm2 (langleys)
Variabel pindah panas-tampak tidak diukur langsung tercakup
dalam nisbah Bowen (Bowen’s ratio, R)
R =Qh/ Qe=0,00061 P (Ts-Ta)/(es-ea)
P = Tekanan udara (mb)
TS = Suhu permukaan badan air (C)
Ta = Suhu udara (C)
es = Tek. Uap air permukaan badan air, es=f (Ta) (mb)
ea = Tek. Uap air permukaan udara, ea=es x Rh (mb)
Rh = Kelembaban relatif udara (%)
Besarnya tek.uap air tergantung suhu pada badan air
Tek.uap air di udara dapat diukur dengan sling psychrometer
Energi yang dipindahkan dari badan air proses evaporasi yang
berlangsung di permukaan badan air dihitung :
Qve = Qe c (Ts-Tb)/L
c = Angka panas air (kal/mg/C)
Tb = Suhu dasar yang ditentukan (0C)
L = Panas-tak tampak (590 kal/mg)

Persamaan sebelumnya dapat diturunkan sebagai berikut


Hubungan antara Qe dengan kedalaman evaporasi dari badan
air (Eo) dapat ditunjukkan pada persamaan :

p = Kerapatan air (mg/cm3)

Sehingga persamaan menjadi


pengukuran
Qv dan Qc = Dievaluasi dengan cara mengukur suhu dan volume air
yang keluar dan masuk kedalam waduk
Ts = Suhu permukaan waduk
Ta = Suhu udara, tekanan udara (p) dan tekanan uap air
atmosfir (ea)
Qs = Radiasi matahari datang dapat diukur secara langsung
dengan alat pyrheliometer  jarang ditemukan di stasiun
metereologi  Black dalam Chang (1986)
Sinar gelombang panjang dari bumi ke atmosfersebag
besar diserap oleh uap, awan dan CO2 di
atmosferdipantulkan kembali ke permukaan bumi
sebagai radiasi atmosfer. H2O dan CO2 diradiasikan
kembali dalam bentuk gel yg lbh panjang.
Faktor berpengaruh : profil suhu udara, kadar uap air,
tutupan awan di atmosfer
Krn sulit dihitung maka didekati dengam Qlw
Persamaan panjang gelombang bersih
Brunt (Anderson, 1954)

σ = Tetapan Stefan-Baltzman (1,17 x 10-1 kal/cm2/˚K4/hari

Ts = Suhu permukaan (˚K)

T2 = Suhu udara pada ketinggian 2m di atas bidang kajian (˚K)

e2 = Tekanan uap air pada ketinggian 2m di atas bidang kajian (mb)

c,d = Angka tetapan epiris, ebrvariasi tergantung letak geografis

C = Angka tetapan awan

a = Angka tetapan, tergantung pada tipe awan. Awan rendah =0,9 ; awan
sedang = 0,6 dan awan tinggi = 0,2
Jika data ketinggian awan tidak tersedia maka (1-aC) diganti dengan (0,10+0,90 n/N)

n = lama penyinaran matahari (jam) dan N lama penyinaran matahari maksimal (jam)

Radiasi panjang gelombang bersih yang tidak menjadi bagian dari radiasi matahari
datang dan tidak diradiasikan kembali ke atmosfer :
Transpirasi
• Transpirasi adalah suatu proses ketika air diuapkan ke
udara dari permukaan daun/tajuk vegetasi
• Laju transpirasi ditentukan:
• Radiasi matahari
• Membuka dan menutupnya pori-pori  kedudukan daun dan
cabang, ketersediaan air, tanaman meranggas
Faktor-faktor penentu Transpirasi
• Faktornya hampir sama dengan evaporasi:
• Radiasi matahari
• Suhu
• Kecepatan angin
• Gradien tekanan udara
• Karakteristik dan kerapatan vegetasi seperti struktur
tajuk, perilaku pori-pori daun, kekasaran permukaan
vegetasi
• Transpirasi di hutan lebih besar dibanding di padang rumput
• Keakaran vegetasi  akan berpengaruh jika cadangan air tanah
menyusut
Pengukuran Transpirasi

T = Transpirasi (cm/th)
Pg = Curah hujan (cm/th)
R = Air larian (cm/th)
It = Total intersepsi (cm/th)
S = Perubahan kapasitas tampung air tanah
S = umumnya diabaikan,keseimbangan air tersebut dipengaruhi akan
ditentukan
Evapotranspirasi
• Jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari
permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya
pengaruh faktor-foktor iklim dan fisiologis vegetasi
• Gabungan antara evaporasi, intersepsi, dan transpirasi

T = Transpirasi vegetasi
It = Intersepsi total
Es = Evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan tanah lainnya
Eo = Evaporasi permukaan badan air seperti sungai, danau, dan waduk
S = Perubahan kapasitas tampung air tanah
Untuk tegakan hutan, Eo dan Es biasanya diabaikan
ET = T+It untuk tegakkan hutan, bila unsur vegetasi dihilangkan, ET= ES
Faktor-faktor Evapotranspirasi
• Evapotranspirasi/Evaporasi Total = peristiwa evaporasi
dan transpirasi yang terjadi bersama-sama
• Evapotranspirasi potensial (potential evaporation, PET) =
evaporasi yang terjadi, apabila tersedia cukup air (dari
presipitasi atau irigasi) untuk memenuhi pertumbuhan
optimum  dipengaruhi faktor2 metereologi radiasi
matahari dan suhu
• Evapotranspirasi sesungguhnya (Actual
evapotranspiration, AET) = evapotranspirasi yang terjadi
sesungguhnya, dengan kondisi pemberian air seadanya
 dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur
tanah
• Consumptive use = air yang diperlukan tumbuh-tumbuhan
untuk pertumbuhan sel-selnya
Perkiraan Evaporasi
Perkiraan evaporasi berdasarkan pan evaporasi………… (1)

Evaporasiperm. Air bebas = Cpan x Evaporasipan

Penguapan dari evaporasi pan biasanya lebih besar dari


evaporasi sebenarnya, karena:
• luas permukaan sempit  gel. dan turbulensi udara kecil
• kemampuan menyimpan panas berbeda antara pan dan
danau
• terjadinya pertukaran panas antara pan dgn tanah, udara,
air sekitar
• pengaruh panas, kelembaban, angin akan berbeda bagi
perm. kecil dgn perm. besar atmometer, lysimeter,
phytometer
Evaporation pan
 = 1.21 m = 4”

H = 25.4 cm = 10”
Lysimeter….1
2 type lysimeter
• Tipe drainage (Drainage type)
• Tipe timbang (Spring-balance weighing type)
Metode Thornthwaite
• Memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan
energi panas

Ta = Suhu rata-rata bulanan (C)


I = Indeks panas tahunan
Metoda Blaney-Criddle
• Memperkirakan besarnya evapotranspirasi potensial
(PET) pada awalnya dikembangkan untuk memperkirakan
besarnya konsumsi air irigasi di Amerika Serikat (Dunne
dan Leopold, 1978)
• Besaran  suhu dan sepanjang hari (lamanya waktu
penyinaran matahari)
PET = Evapotranspirasi potensial (cm/bln)
Ta = Suhu rata-rata (C) apabila Ta <3C maka angka konstan
0,142 harus diganti dengan 1,38
k = Faktor pertanaman empiris, bervariasi menurut tipe
pertanaman serta tahap pertumbuhan tanaman tahunan,
angka koefisien disajikan secara bulanan, untuk angka
koef tanaman musiman dinyatakan dalam persentase
menurut musim pertumbuhan
d = Fraksi lama penyinaran matahari per bulan dalam waktu
satu tahun
Angka faktor pertamananan meningkat sejalan
dengan pertambahan ketinggian vegetasi, untuk
memperkirakan besarnya air yang diperlukan
suatu vegetasi selama pertumbuhannya (Blaney-
Criddle)

K = Koefisien pertanaman selama periode pertumbuhan


n = Jumlah bulan selama masa pertumbuhan
Tai = Suhu udara (C)
di = Fraksi lama penyinaran matahari setiap bulan dalam
waktu satu tahun,
Metoda Penman
• Dikembangkan untuk menentukan besarnya evaporasi
dari permukaan air terbuka
• Digunakan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi
potensial (PET)
• Perhitungan besarnya evaporasi dari permukaan vegetasi
jenuh air dapat ditentukan tanpa harus mengukur suhu
pada permukaan bidang penguapan
s = Laju perubahan tekanan uap jenuh dan merupakan fungsi dari suhu (PaC)

A = Energi yang tersedia (Rn-GRn)

Ec = Laju evaporasi tajuk dalam kondisi jenuh (PET) (mm/s)

 = Kerapatan udara (kg/m3)

Cp = Specific heat of air pada tekanan udara konstan, (dalam hal ini adalah 1010 J/Kg/C)

es(T) = Tekanan uap air jenuh pada suhu atmosfer suhu (PaC)

ea = Tekanan uap airatmosfer (PaC)

 = Latent heat of vaporation (J/Kg)

 = Tahanan psikrometik (Pa/C)

ra = Aerodynamic transfer resistance (s/m)

rs = Resistensi stomata (s/m)


Analisis Neraca Kelembaban Tanah (soil
moisture budget analysis)
• Memanfaatkan perangkat komputer
• Teknik  membandingkan ET aktual (AET)dan ET
potensial (PET) dikenal dengan istilah ETR
(Evapotranspiration Ratio)
AET = Evapotranspirasi aktual (panjang/waktu)
PET = Evapotranspirasi potensial (panjang/waktu)
AW = Jumlah air dalam tanah yang diserap oleh akar tanaman (SM-PWP)
AWC = Kapasitas air yang tersedia (FC-PWP)
PWP = Tingkat kelembaban tanah ketika tanaman tidak mampu lagi menyerap air
tanah (wilting point)
FC = Jumlah air yang masih dapat dithan oleh tanah dari gaya tarik bumi ( field
capacity)
Komponen ETR
• Indeks PET untuk kondisi tanah dan vegetasi setempat
• Kelembaban tanah  terkait dengan water table
• AET yang merupakan fraksi PET untuk tingkat
kelembaban tanah tertentu
Perkiraan Evaporasi
Perkiraan evaporasi dengan menggunakan rumus empiris
- aerodynamic method/Dalton law………. (2)

Ea = K. Uz (ew – ez)

Ea = evap perm bebas selama pengamatan


K = konstanta empiris
Uz = fungsi antara evap thd kec angin pada ketinggian
z
ew = tekanan uap jenuh di udara pada temperatur
sama dengan air
ez = tekanan uap sesungguhnya di udara pd
ketinggian z
Perkiraan Evaporasi
• Persamaan Rohwer

E = a (ew – ea) (1 + b V)
E = 0.484 (1+0.6 V) (ew – ea)

E = evaporasi (mm/hari)
ew = tekanan uap jenuh pada temperatur sama dengan
temp air (millibar)
ea = tekanan uap di udara sesungguhnya (millibar)
V = kecepatan angin rata-rata dalam sehari (m/detik)
Perkiraan Evaporasi
• Persamaan Orstom

E = 0.358 (1 + 0.588 V) (ew – ea)

• Persamaan Danau Hefner

E = 0.00177 V (ew – ea)


E = inch/hari
V = meter/jam
Perkiraan Evaporasi
3. Pengukuran Evaporasi secara langsung

Water-balance:
EL = P + Isurf + Igw – Osurf – Ogw - S

EL = evaporasi muka air bebas per hari


P = presipitasi/hujan harian
Isurf = surface inflow/aliran perm masuk
Igw = ground water inflow/air tanah masuk
Osurf = surface outflow/aliran perm keluar
Ogw = ground water outflow/air tanah keluar
S = perubahan jumlah simpanan air selama
pengamatan (1 hari)
Infiltrasi
• Umum 
Saturation Zone
• Proses penetrasi air dari 
Transition Zone
tanah kedalam tanah
• Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Transmission
• Kondisi tanah permukaan,
Zone
vegetasi penutup, sifat-
sifat tanah, konduktivitas
hiddrolik, kandungan air
Wetting Zone
sebelumnya
• 4 zone
Wetting Front
• Jenuh, transmissi, basah
(wetting), dan wetting front depth
Definisi
Element of soil, V
(Saturated)
V  gross volume of element Pore with water
Vv  volume of pores solid
Vs  volume of solids
Vw  volume of water
Vv Pore with air
n   porosity
V
Vw
S  saturation; 0  S  1
Vv
Vw Element of soil, V
  nS  moisture content; 0    n (Unsaturated)
V
• Lapisan Tak Jenuh (Unsaturated zone)= lapisan yang
tidak seluruh pori-pori mikro tanah terisi air
• Lapisan jenuh air (saturated zone) = lap yang seluruh
pori-pori tanah terendam air
 Gaya gravitasi dan gaya kapiler
• Porositas (porosity)= prosentase bagian suatu material
yang berupa pori-pori terhadap volume totalnya
• Porositas total=
vol. pori—pori dalam satu material (berhubungan dan terisolir)
vol. keseluruhan dari material
• Porositas efektif=
vol. pori-pori bersambungan atau berhubungan
volume keseluruhan
• Kapasitas lapang (field capacity/specific retention)=
besarnya kandungan air maximum yang dapat ditahan
oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi
- kerikil : 1 – 10%
- pasir : 5 – 20%
- clay : 25 - 50%
Tumbuhan mengisap air dari sumber ini.
• Koefisien layu/kelembaban kritik (wilting point)=
kandungan air pada tanah, dengan tumbuh-tumbuhan
dalam keadaan layu permanen dan akan mati bila air
tidak ditambahkan
• Abstraksi awal (initial abstraction)= jumlah intersepsi dan
penampungan cekungan yang harus dipenuhi lebih
dahulu, sebelum terjadinya limpasan hujan (overland
flow)
• Soil moisture content= nilai prosentase
kebasahan/lembab tanah
SMC = kehilangan berat pada waktu tanah mengering
berat tanah dalam keadaan basah
SMC = berat tanah dalam keadaan basah – berat tanah kering
berat tanah dalam keadaan basah

• Available soil moisture (lembab tanah yang


tersedia)= selisih antara nilai kebasahan tanah
dalam keadaan kapasitas lapangan dan
kebasahan tanah dalam keadaan titik layu
permanen. Hal ini menggambarkan kebasahan
yang dapat disimpan dalam tanah untuk
menunjang kelanjutan hidup dari tanaman.
Infiltrasi vs perkolasi
• Infiltrasi= proses meresapnya air/proses pelaluan air, ke
dalam tanah melalui permukaan tanah. Kebalikan: mata
air, perembesan (seepage)
• Perkolasi= pergerakan air di dalam tanah melalui soil
moisture zone (lingkungan sejumlah kecil air diantara
sela-sela tanah yang menyebabkan kebasahan tanah)
pada unsaturated zone, sampai mencapai muka air tanah
pada saturated zone
• Kapasitas infiltrasi (infiltration capacity= fp)= kec. infiltrasi
maks. yang bisa terjadi kap. pada awal hujan besar 
mengecil bila profil tanah sudah jenuh (1-2 jam hujan).
• Kecepatan infiltrasi (infiltration rate= fa)= kec. infiltrasi
yang terjadi sesungguhnya) Dipengaruhi oleh intensitas
hujan dan kapasitas infiltrasi
fa<fp bila i < fp
fa=fp bila i ≥ fp
Infiltrasi
• Infiltration rate
• Rate at which water enters the soil at the surface
(in/hr or cm/hr) f (t )
• Cumulative infiltration
• Accumulated depth of water infiltrating during given
time period

t
F (t )   f ( )d
0

dF (t )
f (t ) 
dt
• Kapasitas perkolasi (percolation capacity=Pp)= kecepatan
perkolasi maksimum
Jumlah perkolasi (mm)= jumlah infiltrasi yang terjadi (mm)
– jumlah air yang diperlukan untuk pengisian kelembaban
tanah (soil moisture) (mm)
• Kecepatan perkolasi (percolation rate=Pa)= kecepatan
perkolasi yang sesungguhnya terjadi. Nilai ini dipengaruhi
oleh kecepatan infiltrasi dan kapasitas perkolasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kapasitas infiltrasi
1. Karakteristik hujan: lama hujan, intensitas
hujan terjadi pengurangan kapasitas infiltrasi
secara konstan, karena:
- pemadatan permukaan tanah
- pembengkakan tanah liat dan humus
- penyumbatan pori-pori oleh partikel kecil
- terjeratnya gelembung-gelembung udara
2. Kondisi permukaan tanah; ada/tidak ada
tanaman
3. Karakteristik tanah; tekstur dan struktur
Tekstur= aspek geometris dari partikel
komponen suatu batuan, termasuk ukuran,
bentuk dan aturan susunan butir-butir tanah
Struktur= perbedaan-perbedaan dari bidang
perlapisan yang normal (paralel atau sejajar)
 proses sedimentasi, tektonik
4. Pengerjaan tanah
5. Kondisi klimatologi
6. Nilai lembab tanah (soil moisture)
7. Kedalaman air yang tertahan di permukaan
tanah (D) serta ketebalan lapisan tak jenuh (L)
Soil Particle Sizes
Diameter limits (mm)
Name of soil
separate

2.00 - 1.00
Very coarse sand*

Coarse sand 1.00 - 0.50


Medium sand 0.50 - 0.25
Fine sand 0.25 - 0.10
Very fine sand 0.10 - 0.05
0.05 - 0.002
Silt

less than 0.002


Clay
Soil Texture Triangle

Source: USDA Soil


Survey Manual Chapter 3
Soil Water Content
VolWater
 
TotalVol

Soil Water Content


Infiltration Methods
• Horton and Phillips
• Infiltration models developed as approximate solutions of an exact
theory (Richard’s Equation)
• Green – Ampt
• Infiltration model developed from an approximate theory to an exact
solution
Hortonian Infiltration
    
• Recall Richard’s  D K
t z  z 
Equation
  2 K
• Assume K and D are D 2 
t z z
constants, not a function
of  or z   2 0
D 2
t z
• Solve for moisture
diffusion at surface

f (t )  f c  ( f 0  f c )e kt

f0 initial infiltration rate, fc is constant rate and k is decay constant


Hortonian Infiltration
3.5

3 f0

2.5
Infiltration rate, f

k1
2
k1 < k2 < k3
1.5
k2

1
k3

0.5 fc

0
0 0.5 1 1.5 2
Time
Philips Equation
    
• Recall Richard’s  D K
t z  z 
Equation
• Assume K and D are
functions of , not z
• Solution
• Two terms represent F (t )  St1/ 2  Kt
effects of
• Suction head 1 1/ 2
• Gravity head f (t )  St K
2
• S – Sorptivity
• Function of soil suction
potential
• Found from experiment
Green – Ampt Infiltration
L  Depth to Wetting Front h0
Ponded Water
 i  Initial Soil Moisture
Ground Surface

F (t )  L(  i )  L
Wetted Zone
L
dF dL
f   
dt dt
Wetting Front
h
q z  K f
z i 
h  z
n

f K K
z z Dry Soil
Green – Ampt Infiltration Ground Surface

(Cont.) Wetted Zone L



f K K
z Wetting Front

• Apply finite difference to the i 

derivative, between 
• Ground surface z  0,  0 z Dry Soil
• Wetting front z  L,   f

 f 0 f K K
  z
f K K K K K K
z z L0

F (t )  L
  f 
L
F f  K   1
  F 
Green – Ampt Ground Surface

Infiltration (Cont.) Wetted Zone L

  f  dL

f  K  1 f   Wetting Front
 F  dt
i 
F (t )  L

dL  f 
  K   1
dt  L  z Dry Soil

K  f dL Evaluate the constant of integration


dt dL 
  f L L  0 @t  0
Integrate C   f ln( f )
K
t L  f ln( f  L)  C f
 Kt L   f ln( )
 f L
Green – Ampt Infiltration Ground Surface

(Cont.)
Wetted Zone L

f
Kt L   f ln( ) Wetting Front
 f L i 

F
F  Kt   f ln(1  ) z
 f Dry Soil

  f 
f  K   1 Nonlinear equation, requiring iterative solution.
 F 
ψ is wetting front soil suction head;
θ is porosity;
K is Hydraulic conductivity;
F is the total volume already infiltrate
Soil Parameters
• Green-Ampt model requires
• Hydraulic conductivity, Porosity, Wetting Front
Suction Head
• Brooks and Corey
 r
se  Effective saturation
e
Soil Class Porosity Effective Wetting Hydraulic
e  n   r Effective porosity Porosity Front Conductivity
Suction
Head
  (1  se ) e n e  K
(cm) (cm/h)
Sand 0.437 0.417 4.95 11.78
Loam 0.463 0.434 9.89 0.34
Clay 0.475 0.385 31.63 0.03
Ponding time
• Elapsed time between the time rainfall begins and the
time water begins to pond on the soil surface (tp)
Ponding Time

Infiltration rate, f
• Up to the time of ponding, Potential
Infiltration

all rainfall has infiltrated (i =


Rainfall
rainfall rate) i
f i F  i *t p Actual Infiltration

  f  Time

f  K  1 Accumulated

Infiltration, F
Rainfall

Cumulative
 F  Infiltration

  f 
i  K  1 Fp  i * t p
 i *t p 
 
 f
tp K
i(i  K ) tp Time
Example
 e  0.486
• Silty-Loam soil, 30%
  16.7 cm
effective saturation, K  0.65 cm / hr
rainfall 5 cm/hr se  0.30
intensity
  (1  se ) e  (1  0.3)(0.486)  0.340
  16.7 * 0.340
 f 5.68
tp K  0.65  0.17 hr
i(i  K ) 5.0(5.0  0.65)(i  K )
Infiltrometer

Single ring infiltrometer

Double ring infiltrometer


Infiltration
Rainfall Excess
Rainfall Intensity in/hr

fi
-Index

Time in hours
10/1/2019 79

Thank You

Anda mungkin juga menyukai