Anda di halaman 1dari 36

Ileus

Obstruktif
1
Ileus obstruktif
Pengertian dan konsep 1 2

Obstruksi usus / ileus obstruktif adalah sumbatan
total atau parsial yang mencegah aliran normal
melalui saluran pencernaan. (Brunner and
Suddarth, 2001).

Ada juga menurut Reeves, 2001 Obstruksi terjadi


ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi
peristaltiknya normal.

3
Jenis Obstruksi

1. Obstruksi paralitik (ileus paralitik)


Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau
trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik
tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang
secara spontan setelah 2 sampai 3 hari.
2. Obstruksi mekanik
Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan
ekstrinsik. Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan
ekstrinsik. Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik
simpleks (satu tempat obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup ( paling
sedikit 2 obstruksi).

4
Etiologi

Adapun beberapa penyebab dari obstruksi usus adalah sebagai


berikut :
1. Adhesi ( perlekatan usus halus ) .
2. Hernia inkarserata eksternal.
3. Batu empedu yang masuk ke ileus.
4. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma,
intususepsi, atau penumpukan cairan.
5. Benda asing
6. Divertikulum Meckel
7. Fibrosis kistik

5
patofisiologis
6
farmakologi

Obat antibiotik dapat


diberikan untuk
obat analgesic untuk
membantu mengobati
mengurangi rasa nyeri.
atau mencegah infeksi
dalam perut

7
Manifestasi klinis

• Mekanika sederhana – usus halus atas • Obstruksi mekanik parsial


Kolik (kram) pada abdomen Dapat terjadi bersama granulomatosa
pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi abdomen, distensi ringan dan diare.
gemerincing bernada tinggi terdengar pada
interval singkat), nyeri tekan difus minimal. • Strangulasi
• Mekanika sederhana – usus halus bawah Gejala berkembang dengan cepat;
Kolik (kram) signifikan midabdomen, nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir;
distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – distensi sedang; muntah persisten; biasanya
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir
bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna
minimal. gelap atau berdarah atau mengandung darah
• Mekanika sederhana – kolon samar.
Kram (abdomen tengah sampai
bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan
bising usus, nyeri tekan difus minimal.

8
Pemeriksaan penunjang

1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus


2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi
udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat
muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis,
strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum
amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau
alkalosis metabolik

9
Penatalaksanaan bedah

1. Terapi Na+, K+, komponen darah


2. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
3. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
4. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
5. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
6. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik,
ileus paralitik atau infeksi.
7. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
8. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.

10
Asuhan Keparawatan
Klien dengan Ileus Obstruktif 2 11
Contoh kasus
Ny p, 38 tahun, Sejak 3 hari yang lalu mengeluh nyeri pada
abdomen,awalnya mengalami diare, perut melilit dan kramp, kemudian
sejak kemarin perut kembung, tidak lagi bisa bab, mual dan muntah keluar
cairan warna kehijauan. Riwayat operasi laparatomi appendiktomi sejak
1tahun yang lalu. Pasien riwayat TB colon 2 tahun yang lalu sudah
mendapat terapi OAT selama 1 tahun, Hasil pemeriksaan fisik didapatkan,
distensi abdomen, peristaltic kolon tidak ada, nyeri-tekan, Auskultasi paru:
pernafasan vesikuler, terdengar ronchi pada paru kanan atas, Observasi
tanda- tanda vital : s :38,20 C, nadi : 118x/mnt, p:30x/mnt, td 110/90 mmhg.
Hasil lab menunjukan hb 17 gr% dan ht 56%. diberikan therapy
oksigen 3 L/mnt. Pasien dipuasakan, terapi infuse RL dan Dextrose 5% III
diberikan 40 tts/mnt, terapi ceftriaksone 2x2 gr/iv. Alinamin F 2x1amp,
cimetidine 2x1 amp/iv. K 25meq/hr
12
1. pengkajian 2. Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama :
o Identitas Klien mengeluh nyeri pada abdomen.

1. Nama : Ny. P • Riwayat penyakit sekarang


2. Umur : 38 thn klien mengatakan sejak 3 hari yang lalu nyeri pada abdomen, awalnya
mengalami diare, perut melilit dan keram, kemudian sejak kemarin perut kembung,
3. Jenis kelamin: tidak lagi bisa BAB, mual muntah keluar cairan warna kehijauan.
perempuan Pada saat dikaji klien masih mengalami nyeri perut, nyeri berat dengan
skala 7 (1-10), nyeri melilit dari perut sekitar pusar (supra umbilikus) menyebar ke
bagian atas, tidak bisa buang air besar (BAB) dan flatus, nyeri terasa hilang timbul,
nyeri bertambah jika tidur terlentang atau dalam posisi miring, dan nyeri berkurang
dalam posisi setengah duduk (semi fowler).

• Riwayat Penyakit Dahulu


Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat operasi laparatomi
apendiktomi sejak 1 tahun yang lalu. Klien juga mempunyai riwayat TB colon 2 tahun
yang lalu sedah mendapat terapi OAT selama 1 tahun

• Riwayat Penyakit Keturunan


Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit keturunan maupun penyakit menular.

13
Pemeriksaan fisik 1. Sistem penginderaan
◉ Penglihatan : Konjungtiva kedua mata ananemis, sklera kedua mata
Keadaan Umum anikterik, reflex cahaya (+), reflex kornea (+), distribusi kedua alis
merata, tajam penglihatan normal (klien dapat membaca huruf
◉ Penampilan : padakoran pada jarak baca sekitar 30 cm), lapang pandang pada
klien meringis kedua mata masih dalam batas normal, tidak ada massa, tidak ada
kesakitan nyeri tekan pada kedua mata.
◉ Kesadaran : ◉ Penciuman : Fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat
compos membedakan bau kopi dan kayu putih. Terpasang oksigen 3L/mnt.
mentis ◉ Pendengaran : Tidak ada lesi pada kedua telinga, tidak ada serumen,
fungsi pendengaran pada kedua telinga baik ditandai dengan klien
dapat menjawab seluruh pertanyaan tanpa harus diulang, tidak ada
nyeri tragus, tidak ada nyeri tekan pada kedua tulang mastoid, tidak
ada massa pada kedua telinga
◉ Perasa/pengecapan : Fungsi pengecapan baik, klien dapat
membedakan rasa manis,asam, asin dan pahit
◉ Peraba : Klien dapat merasakan sentuhan ketika tangannya dipegang,
kliendapat merasakan sensasi nyeri ketika dicubit.

14
2. Sistem Pernafasan 3. Sistem Pencernaan 4. Sistem Kardiovaskuler
Mukosa hidung merah muda, Keadaan bibir simetris, Tidak ada peningkatan
lubang hidung simetris, tidak mukosa bibir kering, vena jugularis, Capillary
ada lesi pada hidung, polip (-),
keadaan hidung bersih,
stomatitis (-), tidak ada Refill Time (CRT) kembali
sianosis (-), tidak ada nyeri gigi yang tanggal maupun kurang dari 2 detik, bunyi
tekan pada area sinus, tidak berlubang, lidah berwarna perkusi dullness pada
ada lesi pada daerah leher merah muda pucat, daerah ICS 2 lineasternal
dan dada, tidak ada massa terpasang NGT, cairan dekstra dan sinistra,
pada daerah leher, bentuk NGT hijau ± 400 cc, tidak terdengar jelas bunyi
dada simetris, tidak ada nyeri ada pembesaran hepar, jantung S1 pada ICS4
tekan pada daerah leher dan
dada, pergerakan dada
tidak ada parut, nyeri lineasternal sinistra dan
simetris, tidak tampak tekan (+), bising usus (-), bunyi jantung S2 pada
pernapasan cuping hidung perut kembung (distensi), ICS 6 midklavikula sinistra
dan retraksi interkosta, tidak bisa BAB dan flatus. tanpa ada bunyi
auskultasi paru : pernafasan tambahan, irama jantung
vesikuler, terdengar ronchi regular. TD : 110/90
pada paru kanan atas, RR : mmHg, Nadi : 118x/mnt.
30x/mnt.
15
5. Sistem Urinaria 7. Sistem Muskuloskeletal 8. Sistem Reproduksi
Tidak ada keluhan nyeri ◉ Ekstremitas Atas Pertumbuhan payudara (+), tidak
atau sulit BAK, tidak Kedua tangan dapat ada lesi, tidak ada benjolan pada
digerakkan, reflek bisep dan payudara. Klien mengalami haid
terdapat distensi pada pertama pada usia 12 tahun
kandung kemih, tidak ada trisep positif pada kedua
tangan. ROM (range of (kelas 6SD), siklus haid 28 hari,
nyeri tekan pada daerah kadang-kadang nyeri haid
motion) pada kedua tangan
supra pubis, terpasang maksimal, tidak ada atrofi (dismenorhoe).
cateter. otot kedua tangan, terpasang
6. Sistem Endokrin infuse pada kedua tangan. 9. Sistem Integumen
Pada saat dilakukan ◉ Ekstremitas Bawah Warna kulit sawo matang,
palpasi tidak ada Kedua kaki dapat digerakkan, keadaan kulit kepala bersih,
pembesaran kelenjar tidak ada lesi, reflek patella rambut ikal tumbuh merata,
positif,reflek babinski turgor kulit kembali lebih dari 2
thyroid, tremor (-), tidak
negative, tidak ada varises, detik, klien tampak pucat, tidak
ada kretinisme, tidak ada tidak ada edema ada lesi, kuku pendek dan bersih,
gigantisme suhu : 38.2 0C

16
Pemeriksaan penunjang dan terapi farmakologi

◉ Pemeriksaan Terapi farmakologi


penunjang jenis dosis jalur

Hasil lab
Ringer laktat IV
menunjukan Hb 17
Dextrose 5% III 40 tt/mnt IV
gr% dan Ht : 56%
Ceftriaxone 2 x 2 gr IV

Alinamin F 2 x 1 amp IV

cimetidine 2 x 1 amp IV

Kalium Klorida 25 mEq/hari oral

17
Analisa DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Obstruksi usus

Klien mengeluh nyeri pada bagian Peristaltik usus menurun


abdomen
Akumulasi cairan dan gas
DO :
Distensi abdomen
 Klien tampak kesakitan
Rangsangan nyeri ditangkap oleh reseptor nyeri
 Ekspresi wajah meringis
Rangsangan nyeri sampai keserabut syaraf nyeri nyeri
 Skala nyeri 7 (1-10)
Sampai ke dorsal horn prostaglandin
 Distensi abdomen
Melalui traktus spinotalamikus anterolateralis
 Peristaltik usus (-)
Thalamus
 Nyeri tekan
Cortex cerebri

Nyeri abdomen dipersepsikan


18
DS : Obstruksi usus

Klien mengatakan tidak bisa BAB dan


flatus
Peristaltik usus menurun
DO :

 Distensi abdomen
Refluk inhibisi spingter terganggu
 Peristaltik usus (-)
Gangguan pola eliminasi
Konstipasi
Spingter ani ekterna tidak relaksasi

Refluk lama dalam colon dan rectum

Konstipasi

19
DO : Obstruksi usus

Klien mengeluh badan lemas dan mual


muntah
Peristaltik usus menurun
DO :

 Klien tampak lemah dan pucat


Peningkatan ekskresi cairan kedalam
 Distensi abdomen lumen usus

 Cairan NGT hijau jumlah ± 400 cc Penimbunan cairan intralumen Resiko kekurangan volume
cairan dan elektrolit
 Konjungtiva anemis

 Turgor kulit kembali > 2 dtk Kehilangan H2O dan elektrolit

 Mukosa bibir kering

Volume ECF menurun

Resiko hipovolemik
20
DS : Obstruksi usus

Klien mengeluh badan lemas, kilen puasa

DO : Peristaltik usus menurun

 Klien tampak lemah

 Bising usus (-) Akumulasi cairan dan gas

 Distensi abdomen Resiko perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
Distensi abdomen

Gangguan absorbsi nutrisi

Resiko perubahan nutisi kurang dari


kebutuhan

21
Diagnosa keperawatan

1. Nyeri abdomen berhubungan dengan distensi


abdomen
2. Ganguan pola eliminasi : Konstipasi berhubungan
dengan disfungsi motilitas usus
3. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan akumulasi cairan dalam lumen
usus dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan absobsi nutrisi

22
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Dan Kriteria Hasil

Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV tiap shif 1. Nyeri hebat yang dirasakanpasien
keperawatan selama 2 X 24 akibat adanya distensiabdomen
jam pasien tidak mengalami 2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan dapat menyebabkanpeningkatan
nyeri, dengan kriteria hasil : skala nyeri yang dirasakanpesien hasil TTV.
sehubungan denganadanya distensi
 Klien mengungkapkan abdomen 2. Mengetahui kekuatan nyeriyang
secara verbal rasa dirasakan pasien danmenentukan
nyeri berkurang . 3. Berikan posisi yang nyaman:posisi tindakanselanjutnya guna
semi fowler mengatasinyeri.
 Skala nyeri 2 (1-10)
4. Ajarkan dan anjurkan teknik 3. Posisi yang nyaman
1  Klien dapat rileks. relaksasi nafas dalam saat merasa dapatmengurangi rasa nyeri
nyeri yangdirasakan pasien
 Klien mampu
mendemonstrasikan 5. Kolaborasi dengan medic untuk 4. Relaksasi dapat mengurangirasa
keterampilan relaksasi terapi analgetik nyeri

 TTV dalam batas 5. Analgetik dapat mengurangirasa


normal nyeri

23
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan 1. Mengetahui ada atau
keperawatan selama 2 x 24 konsistensi feces tidaknyakelainan yang terjadi
jam konstipasi klien teratasi, pada eliminasi fekal.
dengan kriteria hasil : 2. Auskultasi bising usus
2. Mengetahui normal atautidaknya
 Pola BAB dalam batas 3. Kaji adanya flatus pergerakan usus.
normal
4. Kaji adanya distensi abdomen 3. Adanya flatus
 konsistensi lembek menunjukanperbaikan fungsi
5. Berikan penjelasan kepada pasien usus.
 BU normal : 6-12 dan keluarga penyebab terjadinya
2 x/menit gangguan dalam BAB 4. Gangguan motilitas usus dapat
menyebabkan akumulasi gas
 tidak ada distensi 6. Kolaborasi dalam pemberianterapi didalam lumen usus sehingga
abdomen. pencahar (Laxatif) terjadi distensi abdomen.

5. Meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga serta untuk
meningkatkan kerjasama antara
perawat-pasien dan keluarga

6. Membantu dalam pemenuhan


kebutuhan eliminas
24
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairanpasien.
perawatan luka selama 2 x24
jam klien tidak mengalami 2. Observasi tanda-tanda vitai 2. Perubahan yang drastis padatanda-
kekurangan volume cairan tanda vital merupakanindikasi
dan elektrolit, dengan 3. Observasi tingkat kesadaran kekurangan cairan.
kriteria hasil : dantanda-tanda syok
3. kekurangan cairan dan elektrolit
 TTV dalam batas 4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 dapat mempengaruhi
normal jam tingkatkesadaran dan mengakibatkan
syok.
 Intake dan output 5. Monitor intake dan outputsecara
cairan seimbang ketat 4. Menilai fungsi usus1
3
 Turgor kulit elastic 6. Pantau hasil laboratorium serum 5. Menilai keseimbangan cairan
elektrolit, hematocrit
 Mukosa lembab 6. Menilai keseimbangan cairandan
7. Beri penjelasan kepada pasien dan elektrolit
 Elektrolit dalam batas keluarga tentang tindakan yang
normal dilakukan: pemasanganNGT dan 7. Meningkatkan pengetahuanpasien
puasa dan keluarga sertakerjasama antara
perawat-pasien-keluarga.
8. Kolaborasi dengan medik untuk
pemberian terapi intravena 8. Memenuhi kebutuhan cairandan
elektrolit pasien
25
Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nutrisidengan seksama 1. Mengidentifikasi kebutuhan
perawatan selama 2 x 24
jam klien tidak mengalami 2. Auskultasi bising usus. 2. Kembalinya fungsi usus menunjukan
perubahan nutrisi kurang kesiapan untuk mencerna kembali.
dari kebutuhan tubuh, 3. Mulai dengan nutrisi cairanperlahan, bila
dengan kriteria : masukan oraldimulai 3. Menurunkan insiden kram abdomen dan
mual.
 Tidak ada tanda-tanda 4. Berikan makanan enteral atau parenteral
4 malnutrisi jika diindikasikan 4. Untuk mengantisipasi kebutuhan tubuh
dalam metabolisme
 Berat badan stabil

 Bising usus 6-12kali


/menit

26
Pencegahan primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya mempertahankan orang
yang agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan
primer berarti mencegah terjadinya ileus obstruktif. Pencegahan primer yang
dilakukan antara lain :
1. Bergaya hidup sehat dengan cara menjaga diri dan lingkungannya
2. Dengan meningkatkan asupan makanan bergizi yang meningkatkan daya tahan
tubuh.
3. Diet Serat Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi
serat dan insidens timbulnya berbagai macam penyakit. Hasil penelitian
membuktikan bahwa diet tinggi serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian
penyakit saluran pencernaan.
4. Untuk membantu mencegah kanker kolorektal, makan diet seimbang rendah
lemak dengan banyak sayur dan buah, tidak merokok, dan segera untuk
skrining kanker kolorektal setahun sekali setelah usia 50 tahun.
5. Untuk mencegah hernia, hindari angkat berat, yang meningkatkan tekanan di
dalam perut dan mungkin memaksa satu bagian dari usus untuk menonjol
melalui daerah rentan dinding perut Anda.
27
Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan


terhadap ileus obstruktif adalah dengan cara mendeteksi
secara dini, dan mengadakan penatalaksanaan medik
untuk mengatasi akibat fatal ileus obstruktif. Cara
mendeteksi secara dini ileus obstruktif adalah dengan
melakukan pemeriksaan.

28
PENCEGAHAN TERSIER

Tujuan pencegahan tersier adalah untuk


mengurangi ketidakmampuan, mencegah kecacatan dan
menghindari komplikasi yang dapat memperparah keadaan.
Tindakan perawatan post operasi serta melakukan
mobilitas/ambulasi sedini mungkin.

29
Evidance based practise

◉ Menurut jurnal Amir, Mayasyanti Dewi Tahun 2018


Hasil penelitian didapatkan bahwa 17 orang sebelum dilakukan
relaksasi nafas dalam skala n yeri 5.00 dan sesudah diberikan relaksasi
nafas dalam skala nyeri 3.00 berdasarkan hasil uji wilcoxon bahwa ada
pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post
opetarif ileus obstruktif dengan nilai p=0.000(p<0.05). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah ada pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap
intensitas nyeri pada pasien post operatif ileus obtruktif.
◉ Menurut jurnal Ar mega wahyuni, Hasanah, Mariyah Ulfah Tahun 2015
Dari 30 responden frekuensi usia responden sebagian besar 30-
45 yaitu berjumlah 17 responden (57%) berhasil menurunkan nyeri dengan
melakukan teknik napas dalam sedangkan 6 responden lain (20%) kurang
begitu berhasil.

30
Fungsi Advokasi Perawat Kritis

Advokasi adalah memberitahukan dan mendukung individu


guna membuat keputusan yang terbaik bagi dirinya.
Advokasi merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan klien.
Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya
untuk mempengaruhi para pembuat keputusan(decission
maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa
program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

31
Aspek Legal Etik Tatanan Keperawatan Kritis

Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin


yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan
praktik profesi perawat yaitu Surat Tanda Registrasi (STR) bila bekerja di
dalam suatu institusi. Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka
yang memiliki kemampuan, namun memiliki kemampuan tidak berarti
memiliki kewenangan.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum
saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala
keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.

32
Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak Perawat

◉ Kewajiban:
o Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan
o Setiap perawat wajib mempunyai: dilakukan perawat sesuai dgn kondisi pasien baik
o Sertifikat kompetensi secara tertulis.
o Mencatat semua tindakan keperawatan secara
o Surat Tanda Registrasi
akurat sesuai peraturan dan SOP yang berlaku
o Surat ijin Praktek (SIP) o Memakai standar profesi dan kode etik perawat
o Memperbaharui sertifikat kompetensi Indonesia dalam melaksanakan praktik
o Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
o Menghormati hak pasien o Melakukan pertolongan darurat yang mengancam
o Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani jiwa sesuai dengan kewenangan
o Menyimpan rahasia pasien sesuai o Melaksanakan program pemerintah dalam
dengan aturan undang-undang meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
keperawatan . . o Mentaati semua peraturan perundang-undangan
o Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama
o Wajib memberikan informasi kepada perawat maupun dgn anggota tim kesehatan
pasien sesuai dengan kewenangan lainnya

33
◉ Hak – Hak Perawat
o Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang
diatur oleh hukum.
o Hak mendapat upah yang layak.
o Hak bekerja di lingkungan yang baik
o Hak terhadap pengembangan profesional.
o Hak menyusun standar praktik dan pendidikan
keperawatan.

34
etik

Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa yang akan
dilakukan. Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana seharusnya perawat berprilaku, apa yang
harus dilakukan perawat terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan keperawatan kritis.
Penerapan pengetahuan etik di area critical care, terdapat delapan asas etik dalam
keperawatan yaitu :
◉ Autonomi (otonomy)
◉ Non Maleficience (tidak merugikan)
◉ Beneficence (kemurahan hati)
◉ Justice (perlakuan adil)
◉ Fidelity (setia, menepati janji)
◉ Veracity (kebenaran, kejujuran)
◉ Confidenciality (kerahasian)
◉ Accountability (akuntabilitas)

35
TERIMAKASIH 😉

Jenazah susah mingkem


Karena semasa hidupnya
Sering bertanya saat teman presentasi 36

Anda mungkin juga menyukai