Obstruktif
1
Ileus obstruktif
Pengertian dan konsep 1 2
“
Obstruksi usus / ileus obstruktif adalah sumbatan
total atau parsial yang mencegah aliran normal
melalui saluran pencernaan. (Brunner and
Suddarth, 2001).
3
Jenis Obstruksi
4
Etiologi
5
patofisiologis
6
farmakologi
7
Manifestasi klinis
8
Pemeriksaan penunjang
9
Penatalaksanaan bedah
10
Asuhan Keparawatan
Klien dengan Ileus Obstruktif 2 11
Contoh kasus
Ny p, 38 tahun, Sejak 3 hari yang lalu mengeluh nyeri pada
abdomen,awalnya mengalami diare, perut melilit dan kramp, kemudian
sejak kemarin perut kembung, tidak lagi bisa bab, mual dan muntah keluar
cairan warna kehijauan. Riwayat operasi laparatomi appendiktomi sejak
1tahun yang lalu. Pasien riwayat TB colon 2 tahun yang lalu sudah
mendapat terapi OAT selama 1 tahun, Hasil pemeriksaan fisik didapatkan,
distensi abdomen, peristaltic kolon tidak ada, nyeri-tekan, Auskultasi paru:
pernafasan vesikuler, terdengar ronchi pada paru kanan atas, Observasi
tanda- tanda vital : s :38,20 C, nadi : 118x/mnt, p:30x/mnt, td 110/90 mmhg.
Hasil lab menunjukan hb 17 gr% dan ht 56%. diberikan therapy
oksigen 3 L/mnt. Pasien dipuasakan, terapi infuse RL dan Dextrose 5% III
diberikan 40 tts/mnt, terapi ceftriaksone 2x2 gr/iv. Alinamin F 2x1amp,
cimetidine 2x1 amp/iv. K 25meq/hr
12
1. pengkajian 2. Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama :
o Identitas Klien mengeluh nyeri pada abdomen.
13
Pemeriksaan fisik 1. Sistem penginderaan
◉ Penglihatan : Konjungtiva kedua mata ananemis, sklera kedua mata
Keadaan Umum anikterik, reflex cahaya (+), reflex kornea (+), distribusi kedua alis
merata, tajam penglihatan normal (klien dapat membaca huruf
◉ Penampilan : padakoran pada jarak baca sekitar 30 cm), lapang pandang pada
klien meringis kedua mata masih dalam batas normal, tidak ada massa, tidak ada
kesakitan nyeri tekan pada kedua mata.
◉ Kesadaran : ◉ Penciuman : Fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat
compos membedakan bau kopi dan kayu putih. Terpasang oksigen 3L/mnt.
mentis ◉ Pendengaran : Tidak ada lesi pada kedua telinga, tidak ada serumen,
fungsi pendengaran pada kedua telinga baik ditandai dengan klien
dapat menjawab seluruh pertanyaan tanpa harus diulang, tidak ada
nyeri tragus, tidak ada nyeri tekan pada kedua tulang mastoid, tidak
ada massa pada kedua telinga
◉ Perasa/pengecapan : Fungsi pengecapan baik, klien dapat
membedakan rasa manis,asam, asin dan pahit
◉ Peraba : Klien dapat merasakan sentuhan ketika tangannya dipegang,
kliendapat merasakan sensasi nyeri ketika dicubit.
14
2. Sistem Pernafasan 3. Sistem Pencernaan 4. Sistem Kardiovaskuler
Mukosa hidung merah muda, Keadaan bibir simetris, Tidak ada peningkatan
lubang hidung simetris, tidak mukosa bibir kering, vena jugularis, Capillary
ada lesi pada hidung, polip (-),
keadaan hidung bersih,
stomatitis (-), tidak ada Refill Time (CRT) kembali
sianosis (-), tidak ada nyeri gigi yang tanggal maupun kurang dari 2 detik, bunyi
tekan pada area sinus, tidak berlubang, lidah berwarna perkusi dullness pada
ada lesi pada daerah leher merah muda pucat, daerah ICS 2 lineasternal
dan dada, tidak ada massa terpasang NGT, cairan dekstra dan sinistra,
pada daerah leher, bentuk NGT hijau ± 400 cc, tidak terdengar jelas bunyi
dada simetris, tidak ada nyeri ada pembesaran hepar, jantung S1 pada ICS4
tekan pada daerah leher dan
dada, pergerakan dada
tidak ada parut, nyeri lineasternal sinistra dan
simetris, tidak tampak tekan (+), bising usus (-), bunyi jantung S2 pada
pernapasan cuping hidung perut kembung (distensi), ICS 6 midklavikula sinistra
dan retraksi interkosta, tidak bisa BAB dan flatus. tanpa ada bunyi
auskultasi paru : pernafasan tambahan, irama jantung
vesikuler, terdengar ronchi regular. TD : 110/90
pada paru kanan atas, RR : mmHg, Nadi : 118x/mnt.
30x/mnt.
15
5. Sistem Urinaria 7. Sistem Muskuloskeletal 8. Sistem Reproduksi
Tidak ada keluhan nyeri ◉ Ekstremitas Atas Pertumbuhan payudara (+), tidak
atau sulit BAK, tidak Kedua tangan dapat ada lesi, tidak ada benjolan pada
digerakkan, reflek bisep dan payudara. Klien mengalami haid
terdapat distensi pada pertama pada usia 12 tahun
kandung kemih, tidak ada trisep positif pada kedua
tangan. ROM (range of (kelas 6SD), siklus haid 28 hari,
nyeri tekan pada daerah kadang-kadang nyeri haid
motion) pada kedua tangan
supra pubis, terpasang maksimal, tidak ada atrofi (dismenorhoe).
cateter. otot kedua tangan, terpasang
6. Sistem Endokrin infuse pada kedua tangan. 9. Sistem Integumen
Pada saat dilakukan ◉ Ekstremitas Bawah Warna kulit sawo matang,
palpasi tidak ada Kedua kaki dapat digerakkan, keadaan kulit kepala bersih,
pembesaran kelenjar tidak ada lesi, reflek patella rambut ikal tumbuh merata,
positif,reflek babinski turgor kulit kembali lebih dari 2
thyroid, tremor (-), tidak
negative, tidak ada varises, detik, klien tampak pucat, tidak
ada kretinisme, tidak ada tidak ada edema ada lesi, kuku pendek dan bersih,
gigantisme suhu : 38.2 0C
16
Pemeriksaan penunjang dan terapi farmakologi
Hasil lab
Ringer laktat IV
menunjukan Hb 17
Dextrose 5% III 40 tt/mnt IV
gr% dan Ht : 56%
Ceftriaxone 2 x 2 gr IV
Alinamin F 2 x 1 amp IV
cimetidine 2 x 1 amp IV
17
Analisa DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Obstruksi usus
Distensi abdomen
Refluk inhibisi spingter terganggu
Peristaltik usus (-)
Gangguan pola eliminasi
Konstipasi
Spingter ani ekterna tidak relaksasi
Konstipasi
19
DO : Obstruksi usus
Cairan NGT hijau jumlah ± 400 cc Penimbunan cairan intralumen Resiko kekurangan volume
cairan dan elektrolit
Konjungtiva anemis
Resiko hipovolemik
20
DS : Obstruksi usus
21
Diagnosa keperawatan
22
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV tiap shif 1. Nyeri hebat yang dirasakanpasien
keperawatan selama 2 X 24 akibat adanya distensiabdomen
jam pasien tidak mengalami 2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan dapat menyebabkanpeningkatan
nyeri, dengan kriteria hasil : skala nyeri yang dirasakanpesien hasil TTV.
sehubungan denganadanya distensi
Klien mengungkapkan abdomen 2. Mengetahui kekuatan nyeriyang
secara verbal rasa dirasakan pasien danmenentukan
nyeri berkurang . 3. Berikan posisi yang nyaman:posisi tindakanselanjutnya guna
semi fowler mengatasinyeri.
Skala nyeri 2 (1-10)
4. Ajarkan dan anjurkan teknik 3. Posisi yang nyaman
1 Klien dapat rileks. relaksasi nafas dalam saat merasa dapatmengurangi rasa nyeri
nyeri yangdirasakan pasien
Klien mampu
mendemonstrasikan 5. Kolaborasi dengan medic untuk 4. Relaksasi dapat mengurangirasa
keterampilan relaksasi terapi analgetik nyeri
23
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan 1. Mengetahui ada atau
keperawatan selama 2 x 24 konsistensi feces tidaknyakelainan yang terjadi
jam konstipasi klien teratasi, pada eliminasi fekal.
dengan kriteria hasil : 2. Auskultasi bising usus
2. Mengetahui normal atautidaknya
Pola BAB dalam batas 3. Kaji adanya flatus pergerakan usus.
normal
4. Kaji adanya distensi abdomen 3. Adanya flatus
konsistensi lembek menunjukanperbaikan fungsi
5. Berikan penjelasan kepada pasien usus.
BU normal : 6-12 dan keluarga penyebab terjadinya
2 x/menit gangguan dalam BAB 4. Gangguan motilitas usus dapat
menyebabkan akumulasi gas
tidak ada distensi 6. Kolaborasi dalam pemberianterapi didalam lumen usus sehingga
abdomen. pencahar (Laxatif) terjadi distensi abdomen.
5. Meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga serta untuk
meningkatkan kerjasama antara
perawat-pasien dan keluarga
26
Pencegahan primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya mempertahankan orang
yang agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan
primer berarti mencegah terjadinya ileus obstruktif. Pencegahan primer yang
dilakukan antara lain :
1. Bergaya hidup sehat dengan cara menjaga diri dan lingkungannya
2. Dengan meningkatkan asupan makanan bergizi yang meningkatkan daya tahan
tubuh.
3. Diet Serat Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi
serat dan insidens timbulnya berbagai macam penyakit. Hasil penelitian
membuktikan bahwa diet tinggi serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian
penyakit saluran pencernaan.
4. Untuk membantu mencegah kanker kolorektal, makan diet seimbang rendah
lemak dengan banyak sayur dan buah, tidak merokok, dan segera untuk
skrining kanker kolorektal setahun sekali setelah usia 50 tahun.
5. Untuk mencegah hernia, hindari angkat berat, yang meningkatkan tekanan di
dalam perut dan mungkin memaksa satu bagian dari usus untuk menonjol
melalui daerah rentan dinding perut Anda.
27
Pencegahan sekunder
28
PENCEGAHAN TERSIER
29
Evidance based practise
30
Fungsi Advokasi Perawat Kritis
31
Aspek Legal Etik Tatanan Keperawatan Kritis
32
Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak Perawat
◉ Kewajiban:
o Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan
o Setiap perawat wajib mempunyai: dilakukan perawat sesuai dgn kondisi pasien baik
o Sertifikat kompetensi secara tertulis.
o Mencatat semua tindakan keperawatan secara
o Surat Tanda Registrasi
akurat sesuai peraturan dan SOP yang berlaku
o Surat ijin Praktek (SIP) o Memakai standar profesi dan kode etik perawat
o Memperbaharui sertifikat kompetensi Indonesia dalam melaksanakan praktik
o Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
o Menghormati hak pasien o Melakukan pertolongan darurat yang mengancam
o Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani jiwa sesuai dengan kewenangan
o Menyimpan rahasia pasien sesuai o Melaksanakan program pemerintah dalam
dengan aturan undang-undang meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
keperawatan . . o Mentaati semua peraturan perundang-undangan
o Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama
o Wajib memberikan informasi kepada perawat maupun dgn anggota tim kesehatan
pasien sesuai dengan kewenangan lainnya
33
◉ Hak – Hak Perawat
o Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang
diatur oleh hukum.
o Hak mendapat upah yang layak.
o Hak bekerja di lingkungan yang baik
o Hak terhadap pengembangan profesional.
o Hak menyusun standar praktik dan pendidikan
keperawatan.
34
etik
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa yang akan
dilakukan. Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana seharusnya perawat berprilaku, apa yang
harus dilakukan perawat terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan keperawatan kritis.
Penerapan pengetahuan etik di area critical care, terdapat delapan asas etik dalam
keperawatan yaitu :
◉ Autonomi (otonomy)
◉ Non Maleficience (tidak merugikan)
◉ Beneficence (kemurahan hati)
◉ Justice (perlakuan adil)
◉ Fidelity (setia, menepati janji)
◉ Veracity (kebenaran, kejujuran)
◉ Confidenciality (kerahasian)
◉ Accountability (akuntabilitas)
35
TERIMAKASIH 😉