Anda di halaman 1dari 83

Aduh...Pinggangku Nyeri....

Pemicu 3
Maxi
Urogenital
Learning Objective
1. MMM batu saluran kemih.
2. MMM infeksi saluran kemih.
MMM batu saluran kemih.

LO 1
Batu Saluran Kemih (BSK)
• Keadaan tidak normal di dalam ginjal, dan
mengandung komponen kristal serta matriks organik.
• Massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang
saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
• Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih).
• Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis
renalis, nefrolitiasis).
Keterangan
Klasifikasi •Berdasarkan letak :
Nefrolitiasis → batu di ginjal
Vesikolitiasis → batu di vesica urinaria
Ureterolitiasis  batu di ureter
•Berdasarkan pembentukan :
BSK primer : akibat kelainan urin pada ginjal
BSK sekunder : akibat pengerasan kristal pada benda asing dalam
saluran kemih

Epidemiologi •Menyerang penduduk di seluruh dunia


•Pada negara berkembang  pasien batu buli-buli
•Pada negara maju  lebih banyak karena batu saluran kemih
bagian atas karena adanya pengaruh status gizi & aktivitas pasien
sehari-hari
•Seluruh dunia rata-rata terdapat 1-12% penduduk menderita
batu saluran kemih
•Merupakan penyakit ke-3 terbanyak di bidang urologi selain ISK
& pembesaran prostat jinak
Etiologi
• Gangguan aliran urine
• Gangguan metabolik
• Infeksi saluran kemih
• Dehidrasi
• Idiopatik  40%
Faktor Predisposisi
FAKTOR INTRINSIK
• Herediter
• Umur  30-50 thn
• Jenis kelamin  laki 3x > byk

FAKTOR EKSTRINSIK
• Geografi  daerah stone belt (termasuk Indonesia)
• Iklim dan temperatur
• Asupan air  kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yg dikonsumsi
• Diet  byk purin, oksalat, kalsium
• Pekerjaan  pd org yg pekerjaannya byk duduk atau kurang
aktifitas atau sedentary life.
Patogenesis
Patofisiologi
Patofisiologi
• Supersaturasi
– Konsentrasi garam > cairan
• Presipitasi
– Urin  muatan (+) dan (-)  presipitasi garam urin.
– Dipengaruhi oleh pH urin : urin alkali  batu calcium phosphate;
urin asam  batu asam urat.
• Kristalisasi
– Supersaturasi > upper limit of metastability.
– Debris sel & kristal  menjadi template kristalisasi di permukaan
tubulus renal & papillae (heterogeneous nucleation)  membentuk
nidus (+ matrix : material organik yg terdapat pd urea-splitting
pathogen).
Jenis-jenis Batu
• Batu kalsium
• Batu struvit
• Batu asam
urat BATU KALSIUM OKSALAT BATU KALSIUM FOSFAT BATU ASAM URAT

• Batu sistin
• Batu xanthin
• Batu
triamteren
• Batu silikat BATU STRUVIT BATU XANTHIN
Jenis-jenis Batu
• Batu kalsium;
– paling sering ditemukan.
– Bentuknya besar dengan permukaan yang halus.
– Sering pada orang yang mempunyai kadar vitamin D berlebihan atau gangguan
kelenjar paratiroid.
– Orang-orang yang menderita penyakit kanker, penyakit ginjal, atau penyakit
sarkoidosis juga dapat menderita batu kalsium.
• Batu kalsium oksalat :
– berwarna coklat tua, bentuknya seperti murbei
– terdiri dari kalsium oksalat monohidrat (whewelit) atau juga batu keras,
– mudah pecah,
– kuning muda,
– tajam, yang
– tertdiri dari kalsium oksalat dihidrat (weddelit).
– Batu jenis ini tampak jelas (sebagai bayangan putih) pada pemeriksaan foto
roentgen.
Jenis-jenis Batu
• Batu kalsium fosfat :
– lunak,
– agak keputihan,
– bias nampak jelas dalam roentgen
– sering bercampur dengan komponen batu lain.
• Batu tripelfosfat
– terdiri dari ammonium magnesium fosfat
– dalam keadaan murni tidak terlihat pada foto roentgen, tetapi
biasanya tercampur dengan kalsium fosfat,
– bentuk yang terkenal ialah batu koral atau batu tanduk rusa,
yang terbentuk akibat infeksi oleh bakteri (batu struvit).
Jenis-jenis Batu
• Batu asam urat
– permukaannya halus,
– berwarna coklat, dan lunak.
– Batu ini terbentuk akibat kadar asam urat pada air seni tinggi.
– Batu asam urat biasanya menyertai penyakit radang sendi akibat asam
urat (gout arthritis).
– dan biasanya tidak tampak pada foto roentgen.
• Batu struvite;
– batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa.
– Timbul akibat kadar amoniak dalam air seni tinggi.
– Amoniak yang tinggi biasanya terjadi akibat adanya infeksi saluran
kemih, karena bakteri penyebab infeksi dapat menghasilkan amoniak.
Jenis-jenis Batu
• Batu sistin;
– berbentuk kristal kekuningan.
– Timbul akibat tingginya kadar sistin dalam urin.
– Keadaan ini terjadi pada penyakit sistinuria.
– Batu jenis ini jarang dijumpai,
– Batu sistin biasanya mengenai penderita usia 10 –
30 tahun.
– terlihat pada foto roentgen, tetapi tidak tampak
jika masih sangat kecil.
Tipe Batu Ginjal
Jenis batu Gambaran diagnostik
Sistin Ekskresi sistin 24 jam sangat 
Kromatografi memperlihatkan pola as. Amino
abnormal
Magnesium amonium fosfat ISK kronis atau rekuren
(Struvite) Dapat terjadi distorsi pelvis dan kaliks ginjal bila
parah
Asam urat As. Urat serum  pada 40%-50% kasus
Ekskresi as. Urat urine selama 24 jam 
Urine biasanya selalu asam
Ca Oxalat dan Ca Fosfat Eskresi Ca 24 jam , terutama bila asupan Ca
tinggi (1000 mg/hari)
Ekskresi oxalat 24 jam biasanya 
Ekskresi as. Urat 24 jam biasanya 
Sintesis 1,25-dihidroksi vit. D3 
Aktivitas paratiroid 
Kadar Ca dan fosfat serum bervariasi
Batu Saluran Kemih
1. Batu kalsium
– Faktor risiko
• Hiperkalsiuri
– Kadar kalsium dalam urin lebih besar dari 250-300 mg/hari
• Hiperoksaluri
– Kadar oksala urine melebihi 45 g/hari
– Gangguan fungsi usus dan konsumsi makanan kaya oksalat
seperti the, kopi, soft drink, kokoa, arbei, sayuran hijau terutama
bayam
• Hiperurikosuria
– Asam urat dalam urine melebihi 850 mg/hari
• Hipositraturia
– Dapat terjadi pada asidosis tubuler ginjal, malabsorbsi atau
pemakaian diuretik gol tiazid dalam jangka waktu lama.
• Hipomagnesuria
– Dapat terjadi pada inflamasi usus
Batu Saluran Kemih
2. Batu Struvit
– Terbentuk akibat infeksi saluran kemih,
terutama golongan kuman pemecah urea
– UREA ENZIM UREASE AMONIAK
– Suasana basa mengakibatkan mudah
terbentuknya garam magnesium amonium
fosfat.
– Protius spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus
Batu Saluran Kemih
3. Batu Asam Urat
– Faktor risiko Patofisiologi
• Gout PURIN
• Mieloproligeratif ASAM INOSINAT
• Terapi antikanker HIPOXANTHIN
• Terapi urokosurik
XANTHIN OKSIDASE
( sulfinpirazone, thiazide,
salisilat ) XANTHIN

• Kegemukan
• Alkohol ASAM URAT
• Diet tinggi protein
Batu Saluran Kemih
3. Batu Asam Urat
– Faktor pendukung
• pH urine < 6
• Volume urine < 2 l/hari
• Dehidrasi
• Hiperurikosuri
• Asam urat darah tinggi
– Terapi : allopurinol
Batu Saluran Kemih
Batu Jenis lain
• Batu sistin, xanthin, triamteren, silikat 
jarang dijumpai
• Batu sistin  k/ kelainan absorbsi sistin di
mukosa usus
• Batu xanthin  k/ def enzim xanthin oxidase.
• Batu silikat  k/ pemakaian antasida >>
dalam waktu yg lama
Penghambat Pembentukan BSK
• Ion Mg  jika berikatan dengan oksalat  garam Mg oksalat 
sehingga jumlah oksalat yang berikatan dengan Ca akan menurun
• Sitrat  jika berikatan dengan Ca  garam Ca sitrat sehingga
jumlah Ca yang berikatan dengan oksalat b(-).
• Senyawa lainnya yang bertindak sebagai inhibitor dengan
menghambat pertumbuhan kristal, agregasi kristal, dan retensi
kristal :
– Glikosaminoglikan
– Protein Tamm Horsfall / uromukoid
– Nefrokalsin
– osteopontin
Keterangan
Faktor resiko •Hiperkalsiuria
•Hipositraturia
•Hiperurikosuria
•Penurunan jumlah air kemih
•Jenis cairan yang diminum
•Hiperoksaluria
•Ginjal spongiosa medulla
•Faktor diet : intake NaCl, protein, kalsium, kalium, sukrosa,
vitamin, asam lemak
•Jumlah air yang diminum
Tanda & Gejala •Nyeri kencing/disuria hingga stranguria
•Perasaan tidak enak sewaktu kencing
•Kencing tiba-tiba terhenti kemudian lancar kembali jika
perubahan posisi tubuh
•Nyeri pada saat miksi biasanya reffered pain
•Kencing keluar batu
•Pada anak sering enuresis nokturna disamping sering menarik-
narik penisnya atau menggosok-gosok vulvanya
Manifestasi Klinis Berdasar Letak Batu

• Batu pelvis ginjal


– Tumbuh mengikuti susunan pelviokaliks
sehingga bercabang membentuk tanduk
rusa.
– Gejala :
• Nyeri di pinggang (pegal - kolik)
• Terabanya ginjal yang membesar karena
hidronefrosis
• Nyeri tekan atau nyeri ketok pada daerah ginjal
Manifestasi Klinis Berdasar Letak Batu
• Batu ureter
– Karena obstruksi batu pada beberapa tempat
penyempitan ureter maka terjadi gerak peristaltik
berulang – ulang sampai batu bergeser dan memberi
kesempatan urin lewat.
– Sehingga batu pun dapat lewat sampai ke kandung kemih
atau keluar saat BAK.
– Dapat tetap menetap pada ureter dan menyebabkan
obstruksi kronik dengan hidroureter, hidronefrosis dan
pielonefritis.
– Gejala :k olik / nyeri yang hilang timbul disertai perasaan
mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih yang
khas.
Manifestasi Klinis Berdasar Letak Batu

• Batu kandung kemih


– Gejala :
• Karena batu menghalangi aliran kemih karena obstruksi
leher kandung kemih, maka aliran yang lancar akan
tiba- tiba terhenti dan menetes disertai rasa nyeri.
• Terdapat batu saat BAK
• Bila terdapat infeksi sekunder, maka terdapat nyeri
yang menetap pada suprapubik
Manifestasi Klinis Berdasar Letak Batu
• Batu prostat
– Batu prostat berasal dari saluran kemih secara retrogad
tedorong ke saluran prostatdan mengendap.
– Namun tidak menyebabkan gejala.
• Batu uretra
– Batu menyangkut di tempat yang lebar seperti pars
prostatika, permulaan pars bulbosa, dan di fosa
navikular.
– Gejala : miksi yang tiba – tiba terhenti, menetes dan
nyeri
Lokasi batu

Batu di
pelvis
Pemeriksaan Keterangan
Anamnesis Riwayat penyakit
Fisik •Nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra
•Teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis
•Terlihat tanda-tanda gagal ginjal
•Retensi urine
•Jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil
Sedimen urine •Leukosituria
•Hematuria
•Dijumpai kristal-kristal pembentuk batu
Kultur urin Mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah
urea
Foto polos •Melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih
abdomen •Batu kalsium oksalat & kalsium fosfat bersifat radio-opak
(paling sering dijumpai)
•Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen)
Pielografi Intra •Menilai keadaan anatomi & fungsi ginjal
Vena •Mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut
•Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran
kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd
Keterangan
Gambaran batu •USG (Ukuran, bentuk, posisi batu): diperlukan pada ♀ hamil
dan pasien yang alergi kontras. Dapat diketahui adanya batu
radiolusen. Kelemahan: Sulit menunjukkan batu ureter, tidak
dapat dibedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen
•BNO (Ukuran, bentuk, posisi batu): membedakan batu
kalsifikasi dan densitas2nya. Kelemahan: tidak dapat
menentukan batu radiolusen, batu kecil, dan batu yang tertutup
bayangan struktur tulang
Investigasi •Pemeriksaan lab. Rutin dan sample urin (pH, BJ, sedimen)
biokimiawi •Lakukan: penampungan urine 24 jam atau waktu tertentu,
penurunan pH urine, pengawetan urine dengan timol,
pemeriksaan serum, protokol diet
Urogram •Deteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian
•Menunjukkan lokasi batu dalam sistem kolektikus
•Menunjukan kelainan anatomis
•Urogram: batu radiolusen (filling defect +), dapat menunjukkan
lokasi batu, kelainan anatomis
Pemeriksaan Keterangan
Radiologi Pemeriksaan radiologi yang diperlukan:
• BNO
• IVP (penting)
• USG
• CT-Scan
• RPG (membantu urologist)
Jenis batu yang ditemukan umumnya:
• Ca Oxalat
• Phosphat
• Triple phosphate
• As. Urat
• Sistin
Penilaian batu ginjal:
• Jumlah, densitas, bayangan batu
• Lokasi
• Komplikasi (obstruksi, parut ginjal, striktur)
• Anomali
• Nefrokalsinosis
Batu ginjal dapat radio-opak dan radiolusen
Penatalaksanaan
Medikamentosa
•Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat
keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar
aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar

ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)


•Alat ESWL adalah pemecah batu .Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu
dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih.

Endourologi
•PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang berada di
saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui
insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.
•Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.
Penatalaksanaan
•Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per uretram
guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai
energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises
dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini.
•Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan
keranjang Dormia.

Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

Bedah terbuka :
•Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran ginjal
•Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter
•Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria
•Ureterolitotomi : mengambil batu di uretra
Pilihan Terapi Batu di Ginjal dan di Saluran
Ureter (Portis dan Sundaram, 2001 )
Jenis pengobatan Indikasi Komplikasi
ESWL Batu radiolusen Penyumbatan pecahan
Batu di ginjal < 2 cm batu di ureter dan memar
Batu di ureter < 1 cm di tepi ginjal
Ureteroskopi Batu di ureter Penyempitan/cedera ureter
Ureterorenoskopi Batu di ginjal < 2 cm Penyempitan/cedera ureter
Nefrolitotomi perkutaneus Batu di ginjal > 2 cm Perdarahan
Batu di ureter atas > 1 cm Cedera ginjal
Bedah terbuka Batu yg tidak dapat diatasi Infeksi tempat operasi
dengan prosedur di atas
Penatalaksanaan
Batu kalsium
•Hiperkalsiuria idiopatik:
• Diuretik thiazid  menurunkan Ca urine dan mencegah pembentukan batu
• Kalium sitrat  cegah hipokalemia
•Hiperurikosuria: Diet rendah purin, Allopurinol
•Hiperparatiroidisme primer: Paratiroidektomi
•Asidosis tubuler renal distal:
• Suplemen alkali (Natrium bukarbonat)  membatasi produksi batu baru
• Larutan Shohl (as. Nitrat + sitrik)
• Tiazid
•Hiperoksaluria: Kolestiramin resin pengikat oksalat, Perbaikan malabsorpsi lemak,
Diet rendah lemak, intake cairan yang banyak, Fosfat, Piridoksin
•Litiasis kalsium idiopatik:
• Asupan cairan tinggi  pertahankan BJ = 1.005
• Fosfat oral  Ca urin , pirofosfat urin   kemungkinan rekurensi 
• Tiazid  ekskresi Ca 
• Allopurinol  ekskresi as. Urat 
Penatalaksanaan
Batu asam urat
•Tujuan terapi: meningkatkan pH urine dan penurunan ekskresi as. Urat urine
sampai < 1 g/hr
•Diberikan suplemen alkali dengan dosis terbagi, salah satu dosisnya diberikan
menjelang waktu tidur
•Diberikan kalsium sitrat untuk menurunkan risiko kristalisasi garam kalsium jika
pH urine naik
•Jika pH urine semalam < 5.5, naikkan dosis bikarbonat malam hari atau
ditambahkan asetazolamid
•Diberikan allopurinol untuk menurunkan ekskresi as. Urat yang sangat berlebihan
•Terapi alkali dihindari jika terdapat hiperkalsiuria
Batu sistin
•Asupan cairan tinggi (vol. urine sebaiknya > 3 L)
•Tingkatkan pH urine dengan alkali (> 7.5)
•Penisilamin digunakan hanya jika beban cairan dan terapi alkali inefektif
•Berikan merkaptopropinilglisin untuk menghancurkan kalkuli renal dengan
perfusi pelvis renalis dan diberikan peroral untuk mencegah batu
Penatalaksanaan
Batu Struvite
•Metenamin mandelat  menurunkan pH urine dan melepas formaldehid untuk
menekan infeksi kronik jika terdapat batu
•Pemberian NH4Cl kronik dapat menurunkan pH urine secara ekstrim dan
menghambat pembentukan batu, tetapi juga dapat meningkatkan kadar Ca urine
dan merangsang pembentukan batu Ca Oxalat.
•Terapi antimikroba untuk melawan infeksi akut dan pemeliharaan sterilitas urine
pascaoperasi untuk mencegah rekurensi dan pembentukan batu
•Pembedahan untuk obstruksi berat, nyeri, perdarahan, atau ISK yang sulit
disembuhkan
•Lakukan irigasi pelvis dan kaliks renalis dengan Renacidin untuk menghancurkan
struvite yang tersisa pascaoperasi
Keterangan
Pencegahan Batu kalsium
•Obat diuretik thiazid(trichlormetazid) mengurangi pembentukan
batu yang baru
•Minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
•Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan
batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
•Menfurangi asupan makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam,
coklat, kacang-kacangan, merica dan teh)
•Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti
hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis
tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan
pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut
Batu asam urat
•Mengurangi asupan daging, ikan dan unggas
•Mengurangi pembentukan asam urat  allopurinol.
•Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah,
karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa),
bisa diberikan kalium sitrat.
•Banyak minum air putih.
Terapi Gizi Urolitiasis
DD Komplikasi
• Kolik sakluran cerna, • Infeksi
kandung empedu, atau • Anemia
apendisitis akut
• Kerusakan dinding
• Keganasan ; karsinoma
epidermoid kantung kencing
• Tumor ginjal mulai dari
(divertikel)
jenis ginjal polikista hingga • Pembengkakan ginjal
tumor Grawitz karena terisi air yang
• Tumor ureter terbendung
• Tumor kandung kemih (hidronefrosis)
• Karsinoma prostat • Gagal ginjal
MMM infeksi saluran kemih.

LO 2
Infeksi saluran kemih
Istilah dalam ISK
• ISK uncomplicated (sederhana)  ISK pada pasien tanpa disertai
kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih
• ISK complicated (rumit)  ISK yg terjadi pada pasien yg menderita
kelainan anatomi/struktur saluran kemih, atau adanya penyakit
sistemik
• First infection/isolated infection  ISK yg baru pertama kali diderita
atau infeksi yang didapat setelah sekurang-kurangnya 6 bulan telah
bebas dari ISK
• Unresolved bakteriuria  infeksi yang tidak mempan dengan
pemberian antibiotika
• Infeksi berulang  timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya
dapat dibasmi dengan terapi antibiotika pada infeksi yang pertama
ISK
• Menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urine. Bakteriuria
bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni
>100.000 colony forming units (cfu/ml) pada biakan urine.
• Klasifikasi :
– Menurut lokasi infeksi :
• ISK bawah : infeksi pada uretra, kandung kemih, prostat (uritritis, sistitis ,
prostatitis)
• ISK atas : infeksi pada ginjal (pielonefritis)
– Menurut gejala:
• Bakteriuria asimptomatis ( tanpa disertai gejala )
• Bakteriuria simptomatis ( disertai gejala )
– Menurut komplikasi:
• ISK sederhana ( tanpa faktor predisposisi )
• ISK berkomplikasi ( disertai faktor perdisposisi )
ISK
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) BAWAH INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) ATAS
Perempuan : •Pielonefritis akut (PNA)  proses inflamasi
•Sistitis parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
•Sindrom uretra akut (SUA) bakteri
•Pielonefritis kronis (PNK)  akibat lanjut
Laki – laki : dari infeksi bakteri berkepanjangan atau
•Sistitis infeksi sejak kecil
•Prostatitis
•Epidimitis
•Uretritis
Keterangan
Epidemiologi •ISK tergantung pada faktor : umur, gender, prevalensi bakteriuria,
faktor predisposisi
•Wanita > pria
•Pada neonatus  anak laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani
sirkumsisi daripada anak perempuan (0,7%)
•Pada masa sekolah  pada anak perempuan (3%) sedangkan
anak laki-laki (1,1%)
•ISK pada usia remaja  anak perempuan meningkat dari 3,3
sampai 5,8%
•Bakteri asimptomatik pada wanita usia 18-40 tahun (5-6%) dan
meningkat pada usia lanjut (20%)

PREVALENSI ISK MENURUT USIA & SEKS


KELOMPOK USIA PREVALENSI (%) L : P
NEONATUS 1 1,5 : 1
USIA PRASEKOLAH 2-3 1 : 10
USIA SEKOLAH 1-2 1 : 30
USIA REPRODUKSI 2.5 1 : 50
USIA 65-70 20 1 : 10
USIA  80 30 1:2

USIA LANJUT ( 65) DIRAWAT DI R.S 30 1:1


Faktor predisposisi
• Litiasis
• Obstruksi saluran kemih
• Penyakit ginjal polikistik
• Nekrosis papilar
• DM pasca transplantasi ginjal
• Nefropati analgesik
• Penyakit sickle-cell
• Senggama
• Kehamilan dan peserta KB dg tablet progesteron
• Kateterisasi
Keterangan
Patofisiologi Mikroorganisme memasuki sal.kemih melalui cara :
•Ascending
• Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain :
factor anatomi  wanita memiliki uretra yang > pendek
daripada laki-laki  insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor
tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat
ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik,
pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi
• Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
•Hematogen (penularan M.Tuberculosis atau S.aureus)
• Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen
• Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu:
adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut,
dan lain-lain
•Limfogen
•Langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi
ISK
• ISK terjadi  adanya gangguan keseimbangan
antara mikroorganisme penyebab infeksi
sebagai agent dan epitel saluran kemih
sebagai host
Faktor Agent
• Bakteri diperlengkapi oleh pili/fimbrae  untuk
menempel pada urotelium
• Ditinjau dari jenis pili :
– Bakteri tipe pili 1  banyak menimbulkan infeksi pada
sistitis
– Bakteri tipe pili P  sering menimbulkan infeksi berat
pielonefritis akut
• Beberapa bakteri punya sifat membentuk antigen,
menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan
enzim urease yang dapat mengubah suasana urine
menjadi basa
Faktor dari Host
• Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme
masuk ke dalam sal kemih ok:
– Pertahanan lokal dari host
– Peranan dari sistem kekebalan tubuh yg t/d imunitas
humoral dan seluler
• Yg mempermudah terjadinya ISK dan menyulitkan
pengobatannya:
– DM
– Usila
– Kehamilan
– Penyakit imunosupresif
Pertahanan Lokal Tubuh terhadap Infeksi
• Mekanisme pengosongan urin yg teratur dari
buli-buli dan gerakan peristaltik ureter
• pH urine yang rendah
• Adanya ureum di dalam urine
• Osmolalitas urine yg cukup tinggi
• Estrogen pada wanita pada usia produktif
• Panjang uretra pada pria
• Adanya zat antibakteria pada kelenjar prostat yg
tdr atas unsur Zn
• Uromukoid (protein Tamm-Horsfall) yg
menghambat penempelan bakteri pada urotelium
Presentasi klinis ISK Keterangan
Pielonefritis akut Panas tinggi (39,5-40,5°C), disertai menggigil dan sakit pinggang
(PNA) Sering didahului gejala ISK bawah
ISK bawah (sistitis) Sakit suprapubik, polakisuria, nokturia, disuria, dan stranguria
Sindrom Uretra Sulit dibedakan dengan sistitis
Akut (SUA) Sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun
Keterangan
Tanda & Gejala •ISK Bawah
• Nyeri atau rasa terbakar pada saat kencing
• Sering kencing
• Tidak dapat menahan kencing
• Rasa susah kencing
• Nyeri perut bagian bawah
• Demam
•ISK Atas
• Demam
• Muntah
• Nyeri kosto-vertebral
•Gejala klinis pada anak
• Anak < 3 tahun : demam, muntah, gelisah
• Anak > 3 tahun : demam, nyeri perut, muntah, hilang nafsu
makan, sering kencing, nyeri pada saat kencing
Uretritis Sistitis Pielonefritis akut
•Mukosa memerah dan •Disuria (nyeri waktu •Demam
oedema berkemih) •Menggigil
•Terdapat cairan eksudat •Peningkatan frekuensi •Nyeri pinggang
yang purulent berkemih •Disuria
•Ada ulserasi pada •Perasaan ingin
urethra berkemih
•Adanya rasa gatal yang •Adanya sel-sel darah
menggelitik putih dalam urin
•Good morning sign •Nyeri punggung bawah
•Adanya nanah awal atau suprapubic
miksi •Demam yang disertai
•Nyeri pada saat miksi adanya darah dalam
urine pada kasus yang
parah
Klasifikasi ISK Rekuren dan Mikroorganisme (MO)
Klasifikasi ISK Patogenesis Mikroorganisme Gender
Sekali – sekali •Reinfeksi •Berlainan •Laki – laki/wanita
ISK
Sering ISK •Sering episode ISK •Berlainan •Wanita
•ISK persisten •Sama •Wanita/laki – laki
ISK setelah •Terapi tidak sesuai •Sama •Wanita/laki – laki
terapi
Tidak adekuat •Terapi infektif •Sama •Wanita/laki – laki
(relapsing) setelah reinfeksi
•Infeksi persisten •Sama •Wanita/laki – laki
•Reinfeksi cepat •Sama/berlainan •Wanita/laki – laki
•Fistula •Berlainan •Wanita/laki – laki
enterovesikal
Pemeriksaan Keterangan
Anamnesis •ISK bawah: frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri
suprapubik
•ISK atas: nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah,
hematuria
Fisik •Febris
•Nyeri tekan suprapubik
•Nyeri ketok sudut kostovertebra
Penunjang PEMERIKSAAN URIN
• Urin dikatakan mengandung leukosit/piuria jika secara
mikroskopik didapat >10 leukosit per mm3 atau >5
leukosit/LPB
• Dikatakan bakteuria jika didapati > 105 CFU/ml pada
pengambilan contoh urin porsi tengah
• Pada contoh pengambilan urin melalui aspirasi suprapubik
 bakteuria jika > 103 CFU/ml
PEMERIKSAAN DARAH
• Untuk mengungkapkan adanya proses inflamasi/infeksi
• Leukositosis, LED ↑, sel-sel muda pada sediaan hapus darah
yang menandakan adanya proses inflamasi akut
Pemeriksaan Keterangan
Penunjang PENCITRAAN
• Foto polos abdomen : batu opak, emphysematous
pyelonephritis
• Renal tomogram : batu opak/semi opak, gas dalam ginjal
•IVP : letak & derajat obtruksi, kelainan
kongenital/anatomis  double collecting, horse shoe
kidney
•Voiding sistouretrografi : vesiko ureteral reflux,
neurogenik bladder, divertikel buli, urachus
•USG : hidronefrosis, pionefrosis, perirenal abses
•CT SCAN
• Pada ISK uncomplicated  tidak perlu pemeriksaan
• Pada ISK complicated  perlu pemeriksaan untuk
mengetahui sumber infeksi
Manajemen ISK Keterangan
ISK bawah •Intake cairan yang banyak
•Antibiotika tunggal (ampisilin, trimetropin)
•Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria)
diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari
ISK atas •Rawat inap guna memelihara status hidrasi dan terapi
antibiotika parenteral paling sedikit >48 jam
•Antibiotika parenteral :
• Fluorokuinolon
• Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin
• Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida

Indikasi rawat inap pasien dengan Pielonefritis Akut


•Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotika oral
•Pasien sakit berat atau debilitasi
•Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
•Diperlukan investigasi lanjutan
•Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
•Komorbiditas seperti kehamilan, DM, usia lanjut
Pencegahan
• Bagi wanita, setelah buang air kencing
membasuh dari depan ke belakang untuk
mencegah masuknya bakteri dari anus ke
dalam uretra.
• Banyak minum air putih.
• Segera buang air kecil apabila bila kandung
kemih sudah terasa penuh.
Keterangan
Komplikasi •ISK sederhana (uncomplicated)
ISK akut tipe sederhana (sistitis)  non obstruksi dan bukan
perempuan hamil merupakan penyakit ringan
•ISK tipe berkomplikasi
ISK selama kehamilan
ISK pada diabetes melitus

Morbiditas ISK selama Kehamilan


Kondisi Risiko potensial
BAS tidak diobati •Pielonefritis
(basiluria •Bayi orematur
asimtomatik) •Anemia
•Pregnancy-induced
hypertension
ISK trimester III •Bayi mengalami retardasi
mental
•Pertumbuhan bayi lambat
•Cerebral palsy
•Fetal death
Pielonefritis Akut
• Reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada
pielum dan parenkim ginjal
• Kuman yg menyebabkan infeksi ini berasal dari
saluran kemih bagian bawah yang naik ke ginjal
melalui ureter
• Kuman : Escherechia coli, Proteus, Klebsiella spp,
Streptococcus faecalis, Enteroccus
• Staphylococcus aureus  penularan secara
hematogen
Gambaran Klinis Pielonefritis Akut
• Gejala :
– Demam tinggi disertai menggigil
– Nyeri di daerah perut dan pinggang
– Mual dan muntah
– Gejala iritasi pd buli-buli : disuri, frekuensi atau
urgensi
• Pemeriksaan fisik :
– Nyeri pada pinggang dan perut
– Suara usus melemah seperti pada ileus paralitik
Pemeriksaan Penunjang
Pielonefritis Akut
• Pemeriksaan darah : leukositosis, LED ↑
• Urinalisis : piuria, bakteriuria, hematuria,
penurunan faal ginjal
• Pemeriksaan foto polos perut :
– Kekaburan dari bayangan otot psoas
– Bayangan radioopak dari batu saluran kemih
• PIV :
– Bayangan ginjal membesar
– Keterlambatan pada fase nefrogram
DD Pielonefritis Akut
• Pankreatitis
• Appendisitis
• Kolesistitis
• Divertikulitis
• Pneumonitis
• Inflamasi pd organ pelvis
Terapi Pielonefritis Akut
• Tujuan : mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang
lebih parah dan memperbaiki kondisi pasien yaitu
berupa terapi suportif dan pemberian antibiotika
• Antibiotika  yang bersifat bakterisidal dan
berspektrum luas, yang secara farmakologis mampu
mengadakan penetrasi ke jaringan ginjal dan
kadarnya di dalam urine cukup tinggi
Terapi Pielonefritis Akut
• Golongan obat-obatan tsb adalah :
– Aminoglikosida + aminopenisilin (ampisilin/amoksisilin)
– Aminopenisilin + asam klavulanat/sulbaktam
– Karboksipenisilin, sefalosporin, atau fluoroquinolone
• Jika setelah pemberian antibiotika keadaan klinis
membaik  teruskan pemberian parenteral sampai 1
minggu  lanjutkan per oral selama 2 minggu berikutnya
• Tapi jika dalam 48-72 jam keadaan klinis tidak membaik
 mungkin kuman tidak sensitif terhadap antibiotika
yang diberikan
Sistitis akut
• Inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang
disebabkan oleh infeksi oleh bakteri
• Bakteri masuk ke buli-buli terutama melalui uretra
• Mudah terjadi jika pertahanan lokal tubuh menurun
• Wanita lebih sering mengalami sistitis  uretra
wanita lebih pendek
• Pada pria  getah cairan prostat bersifat
bakterisidal sehingga relatif tahan terhadap ISK
Etiologi Sistitis akut
• Mikroorganisme
– E coli
– Enterococci
– Proteus
– Stafilococcus aureus
• Bahan kimia
– Detergent yang dicampurkan ke dalam air untuk rendam duduk
– Deodorant yang disemprot pada vulva
• Obat-obatan yang dimasukkan intravesika untuk terapi
kanker buli-buli (siklofosfamid)
Gambaran Klinis Sistitis akut
• Mukosa buli-buli kemerahan (eritrema)
• Edema
• Hipersensitif
• Nyeri di daerah suprapubik
• Hematuria
• Demam, nyeri pinggang  penjalaran ISK atas
Diagnosis Sistitis akut
• Pemeriksaan urine  keruh, berbau
• Urinalisis  piuria, hematuria dan bakteriuria
• Kultur urin  penting untuk mengetahui jenis
kuman penyebab infeksi
• Jika sistitis sering kambuh  pikirkan adanya
kelainan lain (keganasan, urolitiasis) 
pemeriksaan pencitraan (USG, PIV) atau
sistoskopi
Terapi Sistitis akut
• Uncomplicated sistitis  terapi antimikroba
dosis tunggal/jangka pendek
• Pilih antimikroba yang cukup sensitif terhadap E
coli  nitrofurantoin, trimetoprim-
sulfametolsazol, atau ampisillin
• Golongan antikolinergik (propantheline bromide)
 mencegah hiperiritabilitas
• Fenazopiridin hidroklorida  antiseptik pada
saluran kemih
Abses
• Abses ginjal  karbunkel ginjal
• E/ : Stafilokokus, infeksi nonspesifik atas dasar urolitiasis
• Tanda gejala :
– Demam
– Tanda lokal
– Nyeri costovertebra angle
– Terdapat massa saat palpasi
• Th/ :
– Pembilasan abses (nefrostomi)
– Bila ginjal tidak dapat diselamatkan  nefrektomi
Ureteritis
• Infeksi ureter saja tidak ditemukan
• Infeksi yang bejalan naik dari sistitis-pielum /
turun dari radang primer hematogen/ limfogen
ginjal-VU
• Pada ujung ureter buntu dengan refluks setelah
nefrektomi, uterolitiasis, divertikulum ureter
Penatalakasanaan ISK
• Tujuan pengobatan ISK adalah
– mencegah dan menghilangkan gejala
– mencegah dan mengobati bakteriemia
– mencegah dan mengurangi risiko kerusakan
jaringan ginjal yang mungkin timbul dengan
pemberian obat-obatan yang sensitif, murah,
aman dengan efek samping yang minimal.
Penatalaksanaan ISK

•TMP-SMX atau FQ PO selama 3 hari (tanpa komplikasi) atau selama 10-14 hari
(komplikasi)
Sistisis
•Bakteriuria asimtomatik pada perempuan hamil atau pernah mengalami
pembedahan urologi sebelumnya → antibiotik selama 3 hari

Tangani untuk Neisseria dan Chlamydia


Uretritis Neisseria; seftriakson 125 mg IM x 1 atau ofloksasin 400 mg PO x 1
Chlamydia; doksisiklin 100 mg PO x 7 d atau aztromisin 1 g PO x 1

Prostatitis TMP-SMX atau FQ PO x 14 – 28 hari (akut) atau 6-12 minggu (kronis)

•Pasien rawat jalan; FQ atau amoksilin/klavulanat atau sefalosporin


generasi I PO selama 14 hari
•Pasien rawat inap; [ampisilin IV + gentamisin] atau
Pielonefritis ampisilin/sulbaktam atau FQ selama 14 hari
(perubahan IV menjadi PO apabila pasien secara klinis membaik dan tidak
demam selama 24-48 jam dan kemudian diselesaikan dengan
pemberian selama 14 hari)

Abses ginjal Drainase + antibiotik seperti pada pielonefritis


Penatalakasanaan ISK
• Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan
kemungkinan adanya:
– Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
– Interaksi obat
– Efek samping obat
– Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang
ekskresinya melalui ginjal
– Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam
kaitannya dengan faal ginjal:
• Efek nefrotosik obat
• Efek toksisitas obat
Daftar Pustaka
• Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elisabeth, editor.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI, 2007.
• Kasper DL, dkk. Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 17th edition. Mc Graw Hill, Boston. 2008.
• Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 2.CV. Sagung
Seto. Jakarta. 2003.
• Sanityoso A, Soemohardjo S, Gunawan S. Dalam: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S . Infeksi
Saluran Kemih. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
Edisi IV. Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, 2006.
• Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.
2. EGC, Jakarta. 2003.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai