Kapal Pinisi lahir dari puing-puing kapal yang pecah dihantam ombak. Kisah ini berawal di sekitar abad ke-14, saat putra mahkota Kerajaan Luwu, Sawerigading, berlayar ke negeri Cina untuk meminang seorang wanita bernama We Cudai. Niat sang Putra Mahkota memang terwujud, tapi nahas saat pelayaran kembali ke kerajaan Luwu, kapal yang ditumpangi pangeran terhadang ombak dan terbelah menjadi tiga. Puing-puing kapal Sawerigading ini kemudian terdampar di tiga tempat berbeda, yaitu di desa Ara, Lemo-Lemo, dan Tanjung Bira. Oleh masyarakat dari ketiga desa ini, puing-puing kapal tadi kembali dikumpulkan dan dibentuk lagi menjadi kapal. Orang dari desa Ara membuat badan kapal, orang desa Lemo merakit kapal, dan orang Bira bertugas merancang kapal hingga akhirnya kapal ini berhasil dibangun kembali dengan nama Pinisi.