Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus, yang ditandai dengan : Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet positif, trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/µl), hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa perbesaran hati. (Depkes RI, 2005) ETIOLOGI DBD • Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda. manifestasi Gejala klasik dari demam berdarah dengue ditandai dengan 4 manifestasi klinis utama yaitu :demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit dan seringkali disertaipembesaran hati (hepatomegali) dan kegagalan peredaran darah.Demam tinggi mendadak selama 2 - 7 hari, dengan muka kemerahan. Demam tinggi ini dapat menimbulkan kejang terutama pada bayi. Keluhan lain seperti anoreksia, nyeri kepala, otot, tulang dan sendi, serta mual dan muntah sering ditemukan. Biasanya juga ditemukan nyeri perut di epigastrium dan dibawah tulang iga. Pada beberapa penderita kadang mengeluh nyeri telan dengan faring hiperemis saat dilakukan pemeriksaan, namun jarang didapatkan batuk – pilek . Bentuk perdarahan yang paling sering ditemukan adalah pada uji tourniquet, kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan intravena atau bekas pengambilan darah. Umumnya ditemukan petekie halus yang tersebar didaerah ekstremitas, aksila, wajah dan palatum mole pada fase awal demam. Epistaksis dan perdarahan pada gusi lebih jarang ditemukan serta perdarahan pada saluran cerna kadang ditemukan pada fase demam. Hati biasanya membesar dengan perabaan mulai dari hanya teraba sampai 2 - 4 cm di bawah arcus costae kanan. Pembesaran hati ini tidak berhubungan dengan berat dan ringannya penyakit tetapi pembesaran hati ini lebih sering didapatkan pada penderita dengan syok. Fenomena patofisiologi utama yang membedakan DBD dari DD adalah meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, hipotensi, trombositopenia, peningkatan hematokrit (hemokonsentrasi), hipoproteinemia. Masa krisis terjadi pada akhir fase demam, dimana terjadi penurunan suhu tiba - tiba yang seringkali disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi beratnya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan terjadi perubahan minimal dan hanya sementara, sedangkan pada kasus berat penderita dapat mengalami syok. komplikasi a. Ensefalopati Dengue Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut. b. Kelainan ginjal Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. c. Udema paru Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada. Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut: a. Dehidrasi b. Pendarahan c. Jumlah platelet yang rendah d. Hipotensi e. Bradikardi f. Kerusakan hati g. Pemeriksaan diagnostic Langkah - la