1. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak
akan terjadi terjadi kebuntingan.
2. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal
dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina
keturunan / breed kecil.
3. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari
pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama.
4. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor
tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).
Cara Memproduksi Semen Beku
1. Mempersiapkan sapi pejantan yang akan diinseminasi yang umurnya 15 – 18 bulan, tingginya 123 cm
dan beratnya minimal 350 kg.
2. Persiapan vagina buatan yang suhunya mencapai 420C, vagina buatan ini harus licin, karena itu
gunakan vaseline agar licin seperti vagina yang asli.
3. Penampungan semen sapi pejantan, sapi pejantan dan spai betina disatukan kemudian sapi-sapi itu
akan melakukan fisin (pemanasan sebelum kawin), bila penis jantan telah kelihatan merah, tegang
dan kencang, maka penis langsung dimasukan ke vagina buatan.
4. Kemudian sperma dalam vagina buatan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Bila sperma
berwarna hijau, ada kotoran yang terdorong. Bila sperma berwarna merah, segar, venis teriritasi. Bila
sperma berwarna cokelat, venis ada yang luka. Bila sperma berwarna krem susu bening, maka itulah
sperma yang bagus.
5. Penentuan konsentrasi semen segar.
6. Proses pengenceran sperma.
7. Proses filing dan sealing, memasukan sperma ke dalam mini strow isi I strow 0,25 CC.
8. Proses pembekuan.
9. After throwing dan water intubator test
Syarat Sapi yang Layak untuk Dilakukan Inseminasi Buatan
• Pemeriksaan Awal
• Deteksi birahi yang tepat adalah kunci utama keberhasilan Inseminasi Buatan,
selanjutnya adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan Inseminasi Buatan itu sendiri
dilaksanakan.
• Keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu
yang cukup lama. Jarak antara satu birahi ke birahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari
sehingga bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 hari lagi untuk
melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan kebuntingan setelah
pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) juga akan berakibat pada terbuangnya waktu
percuma, selain kerugian materiil dan non materiil karena terbuangnya semen cair dan
alat pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk
melaporkan dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi
birahi berada.
Tanda-tanda Birahi pada Sapi Betina
1. Ternak gelisah.
2. Sering berteriak.
3. Suka menaiki dan dinaiki sesamanya
4. Vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa:
abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh).
5. Dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna.
6. Nafsu makan berkurang
Gejala - gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik
ternak. Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh
menunda laporan kepada petugas inseminator agar sapinya masih dapat memperoleh
pelayanan Inseminasi Buatan (IB) tepat pada waktunya. Sapi dara umumnya lebih
menunjukkan gejala yang jelas dibandingkan dengan sapi yang telah beranak.
Waktu Melakukan Inseminasi Buatan
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada
saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka. Kemungkinan terjadinya
konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah
dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :