Anda di halaman 1dari 31

RADIOLOGI Rontgen Konvensional traktus

Digestivus non kontras


Oleh:
Rike Iman Wicaksono

BAGIAN ILMU RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
Alat Rontgen
Radilogi konvensional (tanpa
kontras)
 Radiologi konvensinal adalah pemeriksaan
radiologi tanpa kontras dan dengan biasa
menggunakan media kontras. Pemeriksaan
radiologi konvensional di lakukan untuk
pemeriksaan organ-organ yaitu tractus
digestivus, tractus urinarius, tractus
respiratorius, sistem reproduksi, sistem
musculoskeletal, organ-organ superficial
dan jaringan lunak.
Foto Polos Abdoman (Non kontras)

FPA
Indikasi pemeriksaan foto polos abdomen :
 Untuk melihat ada tidaknya kalsifikasi
 Di curigai adanya massa intraperitonial,
retroperitoneal
 Kolik abdomen
 Di curigai adanya perforasi
 Untuk melihat kelainan kongenital
AP Supine : tampak batas atas diafragma dan VT XII,
batas bawah symphisis pubis. Kontur ginjal kanan kiri
terlihat. Peritoneal fat line tidak boleh terpotong.
Tampak musculus psoas mayor.

Proyeksi setengah duduk : tampak udara atau


cairan usus diluar. Akan tampak gambaran udara bebas
dibawah diafragma. Akan tampak gambaran cairan di
rongga pelvis.

Left Lateral Decubitus (LLD) : untuk


memperlihatkan air fluid level yang mungkin terjadi
akibat perforasi kolon.
Gambar 6. Foto polos abdomen
Posisi AP supine

Persyaratan teknis : ukuran film 35x43 cm/30x40 cm,


posisi memanjang menggunakan grid yang bergerak
maupun statis.

Posisi pasien : Pasien tidur terlentang dengan MSP (Mid


Sagital Plane) pada garis tengah meja atau kaset, lengan
pasien diletakkkan di samping tubuh, garis tengah badan
terletak tepat pada garis tengah pemeriksaan, kedua
tungkai ekstensi.
Posisi obyek : tengah kaset setinggi crista iliaca, dengan
batas bawah pada sympisis pubis, tanpa ada rotasi pelvis
atau shoulder ( dengan melihat kedua SIAS mempunyai
jarak yang sama pada kedua sisi.

Central ray : CR tegak lurus dan langsung pada kaset


(film) setinggi crista iliaca,.
Kolimasi : Kolimasi meliputi pada tepi atas bawah kaset.
Gambar 7. Foto posisi AP
Posisi Left Lateral Decubitis (LLD)

Penting : Pasien harus pada posisi LLD minimal 5 menit sebelum


eksposi (supaya udara naik atau cairan yang abnormal
terakumulasi) ; 10 sampai 20 menit dipilih jika memungkinkan
untuk menampakkan yang paling baik potensial small amount
udara intraperitoneum.

Left lateral Decubitus paling baik untuk menampakkan udara


bebas intraperitoneum pada daerah liver abdomen atas bagian
kanan (right upper abdomen) terpisah dengan udara gaster Faktor
teknik : Kaset 35 x 43 cm, moving atau stationary grid.
Shielding : gunakan gonad shield pada pasien laki-laki.
Posisi pasien : pasien ditempatkan pada permukaan
yang keras dimana hepar berada dibawah, hal ini
dimaksudkan supaya tidak terjadi “ anatomy cutoff ”. Lutut
ditekuk dan pada salah satu lutut saling superposisi dengan
yang lain untuk sabilisasi pasien. Kedua lengan berada didekat
kepala dan diganjal dengan bantal.
Posisi obyek : Atur pasien dan ditengah kaset kira-kira 5
cm setinggi crista iliaca (termasuk diafragma), margin proximal
kaset kira-kira setinggi axilla. dengan batas bawah pada
sympisis pubis, tanpa ada rotasi pelvis atau shoulder ( dengan
melihat kedua SIAS mempunyai jarak yang sama pada kedua
sisi. Atur tinggi kaset ditengah MSP pasien menuju tengah Film
(Image reseptor), tetapi pastikan bagian atas abdomen masuk
dalam film (Image Reseptor / IR.
Central ray : CR horizontal, langsung menuju tengah film kira-
kira 5 cm setinggi Krista iliaca, menggunakan sinar horizontal
untuk memperlihatkan air-fluid levels dan udara bebas
intraperitoneum.

Kolimasi : Kolimasi meliputi pada keempat sisi jangan ada “ cut off
” pada abdomen bagian atas.

Respiration : eksposi dilakukan pada saat akhir ekspirasi


Gambar 8. Posisi LLD
Posisi Setengah Duduk/ berdiri

Faktor teknik : Kaset 35 x 43 cm, moving atau stationary grid.


Shielding : gunakan gonad shield pada pasien
Posisi pasien : Berdiri tungkai pada posisi meregang,
punggung menempel pada buck stand atau grid, Lengan
berada pada samping tubuh. MSP tubuh pasien berada
ditengah meja dan bucky stand.

gonad shield

buck stand
Posisi obyek : Tidak boleh ada rotasi pada pelvis dan
shoulder. Atur ketinggian film / IR sehingga tengah-
tengahnya kira-kira 5 cm diatas Krista iliaca (termasuk
diafragma). Dimana rata-rata pasien akan ditempatkan diatas
film / IR kira-kira setinggi axilla.,
Central ray : Horisontal menuju tengah pada kaset film / IR
FFD minimal 100 cm.
Kolimasi : Kolimasi meliputi pada keempat tepi kaset.
Jangan ada cut off abdomen atas.
Respiration : eksposi dilakukan pada saat akhir ekspirasi.10
Gambar 9. Posisi erect
Kasus Pada Pemeriksaan
FPA
Pemeriksaan FPA dengan
(kontras)
 Kontras biasanya di gunakan dalam pemeriksaan
radiologik alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4).
Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat
(Karena barium mempunyai berat atom besar) dan
tidak larut dalam air.
 Garam tersebut di aduk dalam air dengan
perbandingan tertentu sehingga terjadi suspense
(bukan larutan). Suspense tersebut harus di minum
oleh pasien pada pemeriksaan oesophagus, lambung
dan usus halus, atau di masukkan lewat klisma pada
pemeriksaan kolon (lazim di sebut enema)
 Sinar Roentgen tidak dapat menembus barium
sulfat tersebut, sehingga menimbulkan bayangan
dalam foto roentgen. Misalnya bila pasien minum
suspense tersebut kemudian di foto oesophagus,
maka tergambarlah oesophagus oleh suspense itu
pada foto roentgen
Sialografi
Merupakan pemeriksaan radiografi untuk menilai
struktur dan kelainan pada saluran saluran
kelenjar air liur dengan menggunakan kontras
dan sinar-x.
Kelenjar Ludah terbagi menjadi 3:
 Glandula Parotis (Stenson’s duct). letaknya
dibelakang angulus mandibula dan di bawah telinga.
 Glandula sub Mandibularis (Wharton’s duct).
terletak di bagian bawah tengah dari rahang bawah
(mandibula)
 Glandula sub Lingualis. terletak di bawah lidah.
merupakan kelenjar ludah terkecil. bentuknya
seperti buah kenari tetapi permukaannya tidak
rata
Oesophagografi
Merupakan pemeriksaaan radiografi untuk menilai struktur
dan kelainan pada Oesophagus dengan memasukkan
kontras.
Indikasi pemeriksaan Oesophagografi :
 Disfagia, GERD, kelainan Oesophagus karena infeksi,
kongenital, neoplasma, termasuk akalasia, atresia, striktur,
diverticula oesophagus, post operasi anastomose.
Kontra indikasi pemeriksaan Oesophagografi :
 Adanya perforasi
Contoh kelainan pada Oesophagus dan gambaran
radiologinya : Akalasia
Gambar 16. Oesophagograf dari akalasia
Oesophagus Maag Duodenum
Merupakan pemeriksaan radiografi untuk menilai struktur
dan kelainan pada Oesophagus, Gaster dan Duodenum
dengan memasukkan media kontras (Barium Sulfat)
Indikasi pemeriksaan OMD :
 Nyeri epigastrium, ulkus atau radang, tumor lambing,
hematemesis dan melena serta penurunan berat badan.
Kontra indikasi pemeriksaan OMD :
 Adanya perforasi, ileus, keadaan umum yang memburuk,
hal-hal lainnya yang mungkin dapat memperburuk keadaan
pasien
Persiapan pasien :
 Puasa minimal 4-6 jam, Teknik : minum larutan Barium
Sulfat 300 cc, dengan bantuan fluoroskopi diikuti jalannya
kontras dan di buat foto serial
Contoh kelaianan pada Oesophagus, Gaster dan Duodenum.
Gambar 18. Hypertropi Pyloric Stenosis
Barium Follow Trough
Peemeriksaan untuk menilai struktur dan kelainan pada usus halus
dengan memasukkan kontras
Indikasi pemeriksaan
 Anemia yang tidak diketahui sebabnya.
 Sakit perut yang tidak diketahui sebabnya.
 Tanda-tanda malabsorbsi
 Berat badan menurun dan adanya keluhan pada saluran cerna.
Kontraindikasi :
 Obstruksi usus halus
 Perforasi
Prosedur Persiapan Barium follow through
(puasa min 8jam) Pemeriksaan usus halus dapat dilakukan sebagai
lanjutan pemeriksaan lambung atau dimintakan sendiri. Dengan
memasukkan selang karet atau plastik sampai lewat pilorus dan baru
kemudian dimasukkan suspensi barium sulfat
Gambar 23. Ileus obstruksi
Colon in loop
 Pemeriksaan untuk menilai struktur dan kelainan pada colon dengan
memasukkan kontras per anal/barium enema.
Indikasi pemeriksaan Colon in Loop
 Kelainan pada kolon seperti polip, tumor, invaginasi, kelainan kongenital,
Kontra indikasi :
 Perforasi, colitis berat di mana dinding colon menjadi sangat tipis, ileus
paralitik
Persiapan pasien :
 Untuk obstipasi kronis minimal 2 hari sebelum pemeriksaan makan
makanan yang mudah di cerna, lunak dan tidak mengandung lemak. Apa
bila obstipasi tidak ada minimal 1 hari makan makana lunak, mudah di
cerna dan tidak mengandung lemak. Di berikan laksan 8-10 jam
sebelum pemeriksaan
Teknik pemeriksaan Colon in Loop :
 Dengan kontras ganda, di bagi dalam fase pengisian, fase pelapisan, fase
evakuasi dan fase pengembangan serta fase pemotretan
Contoh kelainan pada Colon dan gambaran radiologinya : Volvulus
Gambar 24. Volvulus yang tampak pada
pemeriksaan colon in loop

Anda mungkin juga menyukai