Anda di halaman 1dari 42

Pengabdian kepada Masyarakat

Fakultas Psikologi USU


Tahun 2010.

“Pendampingan Anak Pasca-


Gempa Bumi Sumatera Barat:
Dukungan Psikososial untuk Anak
di Komunitas Desa”

Oleh:
Wiwik Sulistyaningsih dkk.
Kerjasama antara lembaga

• P3M Fakultas Psikologi USU


• PADMA Indonesia
• Plan Indonesia
Gempa Sumatra 30 September 2009
DaerDaerah rawan gempa bumi

Sumber: Bakosurtanal
Kejadian gempa bumi yang menyebabkan
tsunami hingga 2006

Sumber: Bakosurtanal
Gbr1. Pasar Raya Padang setelah gempa 30 September 2009
Gbr 2. Reruntuhan bangunan akibat gempa Padang
Gbr 3. Bangunan STBA: atapnya runtuh ke lantai
Gbr 4. Evakuasi korban gempa Padang
Gbr 5. Tanah longsor di Pariaman usai gempa
Gbr 6. Pemukiman penduduk terkena tanah longsor akibat gempa
Gbr 7. Jalan raya longsor akibat gempa
Gbr 8. Tentara Kuwait menyolatkan jenazah korban gempa
“Pendampingan Anak Pasca-Gempa Bumi
Sumatera Barat: Dukungan Psikososial untuk
Anak di Komunitas Desa”

• Dilaksanakan pada bulan Januari s/d Maret


2010
• Pada anak 6 desa di Kecamatan Pariaman
Utara, kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat
• Tim pelaksana: manajer proyek, koordinator
program, konsultan teknis, fasilitator
komunitas (6 orang)
Sasaran kegiatan (Subjek)
• Anak di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA),
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman
Kanak-Kanak (TK), dan Sekolah Dasar (SD) di 6
desa yakni Desa Cubadak Air, Cubadak Air
Utara, Cubadak Air Selatan, Sikapak Barat,
Tungkal Selatan, dan Sungai Rambai.
• Komunitas anak semuanya berjumlah sekitar
700 an orang anak.
Tujuan kegiatan
Program psikososial berbasis komunitas
untuk anak di Pariaman ini bertujuan:
a. Agar anak memiliki ketangguhan dalam
menghadapi bencana;
b. Anak tumbuh berkembang dengan baik
dalam aspek fisik, perasaan, cara berpikir,
perilaku, dan ketrampilan hubungan
sosial.
Bentuk pendekatan program
Bentuk pendekatan programnya adalah
pendampingan komunitas yakni pada
komunitas anak di enam desa dalam
wilayah Kecamatan Pariaman Utara yang
meliputi desa: Cubadak Air, Cubadak Air
Utara, Cubadak Air Selatan, Sikapak Barat,
Tungkal Selatan, dan Sungai Rambai.
Tujuan pendampingan untuk anak
• Menguatkan ketangguhan anak dalam menghadapi
kesulitan hidup dengan mengembangkan berbagai
potensi dan sumber daya yang dimilikinya.
• Menyiapkan anak dengan berbagai ketrampilan
hidup, seperti misalnya ketrampilan bekerjasama,
memecahkan masalah, dan membantu orang lain.
• Mengoptimalkan perkembangan anak dengan
merangsang kemampuan dan potensinya.
• Memberi ruang bagi anak untuk terlibat dan
berperan dalam komunitas.
7 Bentuk kegiatan psikososial anak
1. Penguatan kapasitas bagi pendamping anak
2. Pembentukan anak siaga bencana
3. Pelatihan peningkatan kapasitas anak
4. Psikoedukasi Pengurangan Risiko Bencana
5. Kegiatan partisipatif anak
6. PORSENI (Pekan olah raga dan seni)
7. Perkemahan anak siaga bencana dan pentas
seni
1. Penguatan kapasitas bagi pendamping anak
• Memberikan dukungan kepada para kader desa yakni
pendamping anak di 6 desa agar mampu
memfasilitasi kegiatan bersama anak.
• Memberi pelatihan bagi kader desa agar memahami
tentang konsep pengurangan risiko bencana dan
menerapkannya di lingkungan desa mereka.
• Memberi pelatihan bagi kader desa agar mereka
memahami tentang perkembangan anak dan upaya
untuk meningkatkan ketangguhan mental anak
dalam menghadapi bencana.
• Mendorong para kader dalam masyarakat untuk
secara aktif terlibat dalam mempromosikan kondisi
kesejahteraan psikososial anak.
1. Penguatan kapasitas bagi pendamping anak
• Berupa kegiatan pelatihan selama dua hari,
dari pk 09.00 s/d 16.00.
• Materi pelatihan meliputi:
a. ketangguhan mental (resiliensi) anak
b. konsep umum pengurangan risiko bencana
c. bencana dan upaya pengurangan risiko
bencana
d. pemetaan daerah berisiko dan potensi desa
2. Pembentukan anak siaga bencana
• Melatih anak agar memahami tentang bencana dan
upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana, dengan cara memahami tentang bahaya
dan risiko bencana yang ada di lingkungan tempat
tinggal mereka, memahami kerentanan, dan
meningkatkan kapasitas mereka dalam menghadapi
bencana.
• Memberi kesempatan bagi anak untuk
mengembangkan aspek ketrampilan sosialnya dalam
bentuk belajar bekerjasama dengan orang lain,
perilaku menolong, dan peduli dengan lingkungan.
2. Pembentukan anak siaga bencana
• Tiap desa dibentuk anak siaga bencana yakni
15 orang anak yg t.d. anak perempuan dan
laki-laki dalam jumlah yg seimbang.
• Anak siaga bencana adalah anak yang paham
tentang bencana dan tahu bagaimana cara
mengatasinya. Selain itu anak mampu
berpartisipasi sebatas kemampuannya dalam
penanggulangan bencana.
3. Pelatihan peningkatan kapasitas anak
Anak siaga bencana mendapat pelatihan
peningkatan kapasitas, 4x3 jam dengan
materi :
a. Pelatihan P3K
b. Pelatihan logistik
c. Pelatihan pendampingan anak
d. Pelatihan pemetaan daerah berisiko dan
potensi desa
4. Psikoedukasi pengurangan risiko bencana

• Memberikan pemahaman tentang bencana


dan bagaimana sebaiknya bertindak dalam
menghadapi bencana, melalui media
pemutaran film yang diikuti dengan sesi
diskusi dan tanya jawab dengan anak.
• Meningkatkan kesadaran anak tentang
pentingnya menjaga lingkungan.
5. Kegiatan partisipatif anak
• Memberi kesempatan untuk pengembangan
kemampuan berpikir anak yakni agar anak memiliki
ketrampilan sosial dalam bentuk kemampuan
berkomunikasi, memecahkan masalah,
menyampaikan pendapat, menghargai pendapat
orang lain, bermusyawarah, dan mengambil
keputusan.
• Melatih anak agar memiliki rasa percaya diri dan
berani tampil di tengah-tengah lingkungannya.
• Berupa dua kegiatan rapat yg dimotori oleh anak yg
membahas topik POSENI dan perkemahan anak.
6. Pekan olah raga dan seni (PORSENI)
• Memberi ruang dan kesempatan bagi
perkembangan anak dalam berbagai aspeknya
yakni fisik, perasaan, cara berpikir, perilaku,
dan ketrampilan hubungan sosial.
• Memupuk sikap sportivitas dan motivasi
berprestasi anak.
• Memberikan penghargaan atas upaya kerja
keras anak untuk mencapai prestasi melalui
pemberian penghargaan/hadiah bagi
pemenang lomba
7. Perkemahan anak dan pentas seni
• Memberi kesempatan bagi anak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan yang
merupakan media ekspresi dari kemampuan
dan ketrampilan anak dalam hal kesiap-
siagaan bencana.
• Memberi ruang dan kesempatan bagi anak
untuk menampilkan bakat seni dalam bentuk
menyanyi, berpantun, dan baca puisi.
Temuan Lapangan dan Pembelajaran
• Pemberian dukungan psikososial bagi anak korban
gempa di Pariaman menunjukkan pengaruh yg positif
pada perkembangan anak. Hal ini terlihat dari:
a. Kesadaran yang meningkat pada anak tentang
bencana dan cara mengatasinya;
b. Perubahan sikap dan perilaku anak yang berubah
meningkat dalam hal kebersihan, kepedulian thd
lingkungan, dan hubungan interpersonal;
c. Sikap dan semangat belajar yg semakin membaik; dan
d. Kondisi psikologis yg membaik: hilang kesedihan,
termotivasi utk lebih maju, perasaan yg gembira.
(lanjut)
• Meskipun pd awalnya orangtua dan sekolah
kurang mendukung namun setelah melihat
perubahan/perkembangan pd anak, akhirnya
pihak tsb ikut mendukung program kegiatan
yg dilakukan.
• Upaya meningkatkan ketangguhan anak
sebagian telah dipraktekkan dlm masyarakat.
Contoh: kegiatan “didikan subuh”
(lanjut)
• Upaya pengembangan masyarakat
(community development) pasca bencana
khususnya untuk kelompok anak memerlukan
cara pendekatan yang mempertimbangkan
kondisi perkembangan mereka. Apabila
kelompok anak didekati dengan metode yang
tepat, maka kelompok ini bisa merupakan
agen perubahan dan agen pembaharuan
untuk mewujudkan kemajuan masyarakat
tersebut.
Saran
a.Para pekerja psikososial berbasis komunitas
khususnya pendamping anak perlu memahami
kekhasan kondisi sosial budaya masyarakat
setempat agar kegiatan yang dilakukan dapat
berjalan lancar.
b. Perlunya pendamping menyelaraskan kegiatan
yang akan dilakukan untuk anak dengan kegiatan
yang telah ada di dalam masyarakat agar
berbagai pihak yang dekat dengan kehidupan
anak dapat memberikan dukungan terhadap
upaya optimalisasi perkembangan anak.
Saran
c. Agar kegiatan yang dilaksanakan bersama anak
dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target
yang diharapkan, maka perlu diperhatikan kondisi
fisik dan mental anak. Sebagai contoh, pengaturan
jam istirahat pada waktu anak berkegiatan dan
penggunaan metode bermain untuk
menyampaikan pesan-pesan kepada anak.
d. Masyarakat di daerah bencana memiliki kondisi dan
keadaan psikologis yang khas, maka dituntut sikap
kehati-hatian dan arif lokal dalam melakukan
kegiatan rehabilitasi pasca bencana.
Tim pelaksana kegiatan psikososial di Pariaman
Manajer proyek : Yovianus Toni Sakera
Koordinator program: Ervin Ayu Walenta
Konsultan teknis : Wiwik Sulistyaningsih
Fasilitator komunitas : Yefri Yudianto
Victor de Cruz
Agus Susanto
Jovi Arso
Zulvia Aztradiana
Septi Mayang Sary
Terimakasih
Tugas Latihan (Kelompok)
1. Pilih satu peristiwa bencana yang pernah terjadi di
Indonesia (lokasi, waktu)
2. Buatlah usulan program kegiatan dukungan
psikososial untuk masyarakat yang terdampak
bencana tersebut (boleh lebih dari satu)
3. Naskah usulan berisi a.l.: lokasi kegiatan, sasaran,
waktu, tujuan, uraian/penjelasan kegiatan,
pendanaan, personalia.
 Sebutkan usulan untuk fase: pra bencana/tanggap
darurat/pasca bencana ???

Anda mungkin juga menyukai