Anda di halaman 1dari 17

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM

TERUMBU KARANG
Kelompok 2
Sharfina Amalia D. (26010117140004)
Riyatun (26010117120005)
Ayu Luvitasari (26010117140005)
B. Mutiara Kinanti (26010117120006)
Bima Aji Sukma (26010117140006)
PENDAHULUAN

Valuasi ekonomi terumbu karang bertujuan untuk untuk menghitung


nilai manfaat ekonomi total yang disediakan oleh ekosistem terumbu karang
terhadap masing – masing kegiatan pemanfaatan yang ada di beberapa
kawasan. Sehingga, diharapkan dengan diketahuinya nilai kontribusi ekonomi
dari masing – masing kegiatan pemanfaatan dapat membantu memberikan
pemahaman mengenai kontribusi barang dan jasa yang disediakan oleh
terumbu karang. Penentuan nilai ekosistem terumbu karang dapat dihitung
melalui perkiraan nilai ekonomis dari kegiatan yang memanfaatkan ekosistem
tersebut baik secara langsung seperti keuntungan dari kegiatan perikanan,
pariwisata, dan penelitian maupun secara tak langsung seperti perlindungan
pantai, penyedia keanekaragaman hayati, dan penyimpan lkarbon (Samonte-
Tan & Armedilla, 2004).
Nilai ekonomis terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat
penangkapan berbagai jenis biota laut Konsumsi dan berbagai jenis ikan
hias, bahan konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi dan sebagai
daerah wisata serta rekreasi yang menarik. Salah satu proxy bagi nilai
ekonomi terumbu karang adalah melalui proxy terhadap nilai produktivitas
perikanan.
METODOLOGI

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode penelitian


survei adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode ini
digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi
pada situasi sekarang. Data primer diperoleh dengan pengisian kuisioner, melakukan
wawancara serta observasi langsung di lapangan. Data sekunder merupakan data dan
informasi yang bersumber dari instansi – instansi terkait. Teknik pengambilan sampel
adalah purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan
pertimbangan tertentu (Nasoetion, 2007).
Menurut Fauzi (1999), lahirnya konsep valuasi ekonomi didasarkan pada masalah yang sering
timbul dalam pengukuran surplus konsumen untuk barang dan jasa non konvensional, sehingga
menggunakan konsep Total Economic Value :

TEV = TUV+NUV
Dimana:
TEV : Total Economic Value
TUV : Total Use Value
NUV : Non Use Value
Menurut Fauzi (1999), nilai pakai ini secara lebih rinci diklasifikasikan lagi menjadi :
TUV = TDUV+TIUV+OV
Dimana : TUV : Total Use Value
TDUV : Total Direct Use Value
TIUV : Total Indirect Use Value
OV : Option Value
HASIL DAN PEMBAHASAN
 MANFAAT LANGSUNG

Merujuk pada rata-rata nilai pendapatan dari kegiatan dari manfaat langsung
potensi lestari ekosistem karang pada KKP Kabupaten Wakatobi dapat dihitung. Total
manfaat tersebut diperoleh sebesar Rp45,785,447,753/ha/tahun. Manfaat ini berfungsi
sebagai gambaran sumbangsi keberadaan ekosistem karang terhadap pendapatan
masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan dan kelautan.
MANFAAT LANGSUNG

Pendapatan responden per tahun pada Kepulauan Banda Neira bersihnya dapat mencapai Rp.
118.711.716 atau sebesar 9 jutaan rupiah per bulannya.
Pada sektor perikanan tangkap di wilayah Taman Nasional Kepulauan Seribu didapatkan hasil
sebesar Rp. 2.235.205.385. Hasil ini diperoleh dari beberapa alat tangkap seperti bubu sebesar Rp.
2.045.784.042, muroami sebesar Rp. 415.193.333, jaring sebesar Rp. 3.179.169.167, dan pancing
sebesar Rp. 3.300.675.000. Pada sektor perikanan budidaya didapatkan hasil sebesar Rp. 3.492.330.000.
Hasil ini diperoleh dari beberapa sektor budidaya rumput laut sebesar Rp. 1.782.950.000 dan
transplantasi terumbu karang sebesar Rp. 1.709.280.000. Pada sektor penangkapan ikan hias didapatkan
hasil sebesar Rp. 1.540.518.000.
MANFAAT LANGSUNG

Pemanfaatan berupa penangkapan ikan hias di Pantai Bangsring didasarkan atas dua
kegiatan, yakni penangkapan ikan hias pinggiran dan penangkapan ikan hias yang
menggunakan kapal. Nilai manfaat penangkapan ikan hias pinggiran di Pantai Bangsring
memberikan nilai manfaat sebesar Rp. 2.124.083.000,- per tahunnya, sementara nilai manfaat
penangkapan ikan hias kapal memberikan nilai manfaat sebesar Rp. 4.021.385.416,- per
tahunnya. Apabila dijumlahkan, maka nilai manfaat dari keseluruhan kegiatan penangkapan
ikan hias di kawasan Pantai Bangsring adalah sebesar Rp. 6.145.468.416,- per tahun.
Jumlah rata- rata tangkapan pada wilayah Pulau Sapudi selama setahun yaitu sebanyak
3.778,99 ekor dimana rata-rata berat karang per ekor adalah 0.5–1.5 kg, maka estimasi rata-
rata tangkapan pertahun ikan karang sekitar 3,778 ton atau kurang lebih 4 ton. Pulau Sapudi
memiliki luas terumbu karang 1.11 ha maka produksi per tahun ikan karang adalah 0.04 ton
per km2 per tahun dan hasil tangkapan dari Pulau Sapudi sangat rendah dan hasil produksii
perikanan tergantung pada kondisi terumbu karang.
MANFAAT TIDAK LANGSUNG

Gambar grafik tersebut menunjukkan bahwa fungsi ekosistem karang sebagai physical protection
pada KKP Kabupaten Wakatobi tampil sebagai kontributor terbesar. Hal ini disebabkan oleh adanya
material pengganti karang dengan nilai tinggi. Dihitung berdasarkan pendekatan replacement cost
method, yaitu menggunakan biaya pembuatan pemecah ombak (Break Water). Harga total biaya
pembelian material pembuatan Break Water Rp11,403,885.-/m³. Oleh karena itu, dengan mengacu
pada kuantitas karang pada 14 DPL sampling, maka rata-rata manfaat tidak langsung dari fungsi
physical protection sebesar Rp10,742,389,134.-/ha/tahun.
MANFAAT TIDAK LANGSUNG

Nilai ekonomi dari fungsi terumbu karang pada Kepulauan Banda Neira berdasarkan
FGD diketahui bahwa standar biaya yang digunakan untuk setiap meter kubiknya memiliki nilai
antara Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 600.000,- sehingga diambil nilai antara sebesar Rp.
550.000,- per meter kubik. Setiap 1 meter panjang pemecah gelombang memiliki dimensi sebesar
6 m3 dengan asumsi lebar 1m dan ketinggian 6 m. Panjang pantai yang dilindungi oleh karang
pada wilayah Banda Neira diperkirakan mencapai 10.562 meter sehingga nilai yang terbentuk
adalah Rp. 1.936.366.667,- atau setara dengan Rp. 4.588.547,-/ha karang.
Pada nilai manfaat tidak langsung didapatkan dari nilai yang dapat diidentifikasi dari
keberadaan ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Kepulauan Seribu berupa peran penting
dari ekosistem tersebut sebagai physical protection global life sebesar US$ 276.5/ha (Hansen et
al, 2003) atau sekitar Rp. 2.319.596.989/ha (Fauzi dan Anna, 2005).
Nilai manfaat tidak langsung ekosistem terumbu karang sebagai habitat ikan pada wilayah
Pantai Bangsring dihitung menggunakan metode replacement cost. Perhitungan ini didasarkan
pada biaya penggantian pembangunan pembuatan media untuk mengembangbiakkan ikan.
MANFAAT PILIHAN
Rerata keuntungan dari semua jenis pilihan kegiatan pemanfaatan
keanekaragaman pada Taman Nasional Wakatobi sebesar Rp 9,157,089,551/ha/thn.
Mnfaat pilihan merupakan manfaat yang dibangkitkan melalui keberadaan biodiversity
(keanekaragaman hayati) sebagai alternatif pilihan dalam memperoleh sejumlah
keuntungan usaha. Potensi keuntungan dari setiap jenis kegiatan masyarakat pengguna
kawasan di sekitar KKP yang meliputi kegiatan penangkapan ikan, marikultur,
penambangan, pariwisata dan penelitian.
Nilai yang dihasilkan jasa ekosistem untuk sektor pariwisata pada Kepulauan
Banda Neira yaitu sebesar Rp. 243.990.384. Sedangkan nilai DUV (Direct Use Value)
sebesar Rp.482.654.114,10, artinya jasa ekosistem terumbu karang seluas 825,5 ha
dimanfaatkan langsung sejumlah 1,631 turis sebesar Rp.482.654.114,10.
Estimasi nilai pilihan dari ekosistem terumbu karang di Pantai
Bangsring adalah sebesar US$ 120 per hektar per tahunnya. Dengan luas
area konservasi terumbu karang di Pantai Bangsring sebesar 13 ha dan kurs
Dollar terhadap Rupiah sebesar 14.110,50 per satu dollarnya, maka nilai
manfaat pilihan ekosistem terumbu karang di Pantai Bangsring adalah
sebesar Rp. 22.012.380,- per tahun.
Kualitas terumbu karang pada wilayah Pulau Sapudi dalam kondisi
sangat baik dan baik mampu menghasilkan 18 dan 13 ton/km2/ tahun. Dan
pada kondisi cukup baik menghasilkan 8 ton/km2/ tahun dengan harga jula
ikan karang yang beragam mulai Rp. 10.000 hingga Rp 25.000maka
pendapatan bersih nelayan dalam satu trip rata rata Rp. 165.603.
MANFAAT KEBERADAAN
Nilai manfaat keberadan (existence value) pada Taman Nasional Wakatobi diestimasi
dengan menggunakan teknis contingent valuation method. Komponen reduktor berikutnya
adalah luas kawasan yang digunakan responden dalam melakukan aktivitas melaut yang
kemudian diperoleh rasio sebesar 0.22. Dengan demikian, diperoleh manfaat keberadaan
ekosistem karang sebesar Rp335,477.-/org/ha/thn atau Rp2,155,107,303.-/ha/thn.
Nilai manfaat keberadaan ekosistem terumbu karang di Pantai Bangsring dihitung
menggunakan pendekatan Willingness To Pay (WTP). Maka niilai manfaat keberadaan
ekosistem terumbu karang total di kawasan Pantai Bangsring adalah sebesar Rp.
3.862.150.947,- per tahun.
KESIMPULAN

 Nilai manfaat ekonomi Taman Nasional Wakatobi setiap tahun dalam satu hektar
diperoleh sekitar Rp45,785,447,753 (manfaat langsung), Rp14,883,987,561 (manfaat
tidak langsung), Rp9,157,089,551 (manfaat pilihan), dan Rp2,155,107,303 (manfaat
keberadaan).
 Nilai ekonomi total terumbu karang di Kepulauan Banda Neira mencapai lebih dari 17
triliun rupiah. Sebagian besar masih disumbang dari sumber daya ikan yang telah
dimanfaatkan khusunya pelagis. Nilai ekosistem secara ekologi berdasarkan parameter-
parameter yang diukur hanya menyumbang 1% dengan nilai sekitar empat miliar rupiah
per tahun.
 Nilai ekonomi total manfaat ekosistem terumbu karang Taman Nasional Kepulauan
Seribu seluas 98.167 ha adalah sebesar Rp. 20.241.981.976 per tahun. Sumbangan nilai
terbesar berasal dari manfaat langsung yaitu sebesar Rp. 16.471.063.905 per tahun
(81,37%) disusul oleh manfaat tidak langsung sebesar Rp. 2.319.596.989 (10,3%), dan
yang terakhir adalah manfaat pilihan sebesar Rp. 1.451.321.082 (7,17%).
 Nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang di kawasan Pantai Bangsring adalah
sebesar Rp38.206.318.845,- per tahun. Sumbangan terbesar berasal dari manfaat wisata
sebesar 66%, disusul oleh manfaat penangkapan ikan hias sebesar 16%, manfaat
keberadaan sebesar 10%, dan manfaat warisan masing – masing sebesar 8%.
 Nilai ekonomi aktual ekosistem terumbu karang di Pulau Sapudi adalah sebesar Rp
21.027.933.840,-. Pemanfaatan ikan karang konsumsi dengan menggunakan data time
series didapatkan nilai manfaat yang hilang dari ekosistem terumbu karang seluas 1.793
ha selama 10 tahun di Pulau Sapudi adalah sebesar Rp 5.097.140.400,-
REFERENSI

Asadi, M. A dan A. 2017. Andrimida Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Bangsring, Bayuwangi, Indonesia.
Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. 04(02): 144 -152.

Mansyur, A. dan S. A. Lawelle. 2016. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Wakatobi. Jurnal Bisnis Perikanan FPIK
UHO. 3(1): 1-12

Mira., S. Subhectanis dan Hikmah. 2017. Valuasi Nilai Ekonomi Terumbu Karang di Banda Neira. Jurnal Sosial Ekonomi
Kelautan Perikanan. 12(1) : 11-20

Romadhon, A. 2014. Valuasi Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Sapudi, Sumenep, Madura. Jurnal
Agriekonomika. 3(2): 142-152.

Subekti, J., S. W. Saputra dan I. Triarso. Valuasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Ekosistem Terumbu Karang Pada Taman
Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta. Journal of Management of Aquatic Resources. 2(3): 104-108.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai