Anda di halaman 1dari 30

Ketuban Pecah Dini

Presentan : dr. okta

Pembimbing : dr. Aswin Boy Sp.OG.


IDENTITAS PASIEN

 Nama : Ny. SUN


 Umur : 37 tahun
 Alamat : Mendah
 Suku : Sumatera
 Bangsa : Indonesia
 Agama : Islam
 Pendidikan: SMA
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 MRS : 13 April 2019 Pukul 11:15 WIB
 No. RM : 050404
ANAMNESA

 Keluhan Utama
Keluar air air dari Vagina sejak 2 hari SMRS

Riwayat perjalanan penyakit


 Os. G3P2A0 datang ke Poli Kebidanan RSUD Martapura dengan keluhan
utama keluar air air dari vagina sejak 2 hari SMRS. keluhan dirasakan tiba
tiba Setelah pasien bersih bersih rumah. Keluhan utama saat ini baru
pertama kali dialami oleh pasien . keluhan keluar air air dari vaginasemakin
sering dialami dalam 2 hari SMRS. Cairan yang keluar berwarna jernih
terasa menetes tidak berbau ataupun lengket tidak berwarna kehijauan
ataupun kekuningan. Mulas perut juga dirasakan oleh pasien setelah keluar
air air dari vagina yang dirasakan hilang timbul dan tidak bertambah kuat
dirasakan dibagian sekitar panggul . pasien juga merasakan badannya terasa
menggigil sejak hari kedua pasca keluar air air dari vagina yang dirasakan
terus menerus tidak disertai batuk flu ataupun nyeri menelan Sakit kepala
juga dirasakan oleh pasien di bagian atas kepala hilang timbul tidak disertai
perasaan berputar , maupun telinga berdenging dan mual muntah. Keluhan
utama tidak disertai adanya keluar darah/lendir.riwayat nyeri ulu hati
(-),kejang (-). Os mengaku gerakan janin masih dirasakan
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat keluar air air saat kehamilan sebelumnya (-) Riwayat darah tinggi
sebelum hamil (-),
 Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya(-).Riwayat ISK selama
kehamilan (-) Riwayat Asma sebelum kehamilan (-) Riwayat DM sebelum dan
saat kehamilan (-) Riwayat TB saat kehamilan (-)

 Status Sosial Ekonomi dan Gizi : Baik


 Status Perkawinan : Menikah, 1 kali, lamanya 13 tahun
 Status Reproduksi : Menarche usia 13 tahun, siklus haid
teratur, lamanya 5 hari
HPHT 7 Juli 2018
Status Persalinan :
 2006, ditolong dokter Sp.OG BB 3000 gram, perabdominal perempuan , sehat
 2013, ditolong bidan, BB 2500 gram, Pervaginam laki-laki, sehat
 Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum:
 Kesadaran : Compos Mentis
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 95 x/menit
 Suhu : 37,60C
 Pernafasan : 22 x/menit

 PEMERIKSAAN KHUSUS
 Kepala : Normocephali
 Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-)

THORAX
PARU
 Inspeksi : Simetris kanan-kiri
 Palpasi : vocal fremitus kanan sama dengan kiri teraba simetris
 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-)/(-),wheezing (-)./(-)

JANTUNG
 Inspeksi: iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : iktus cordis tidak teraba
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
ABDOMEN
Tertera pada pemeriksaan obstetrik

EKSTREMITAS
Edema pretibial (-) / (-)

 PEMERIKSAAN OBSTETRIK
 TFU : 2 jari dibawah processus xyphoideus (37,2 cm)
 Tafsiran Berat janin : 3906 gram
 Leopold belum dilakukan

Pemeriksaan Dalam
 Vaginal touche: Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan Laboratorium PRE OP Tgl 13/4/19 (pukul 16:00)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 9,3 mg/dl 11,7-15,5 mg/dl
RBC 5,2 juta/m3 4,2-4,87 juta/m3
WBC 12 x 103/m3 4,5-11 x 103/m3
Ht 32% 37-50 %
Trombosit 349.000/m3 150-400/m3
Masa pembekuan 5 5-10 menit
1-3 menit
Masa pendarahan 1.30
Kimia darah
Kolesterol 195 mg/dl <240 mg/dl

Gula darah sewaktu 126 70-144 mg/dl

Imunologi dan serologi


Hbsag Negatif Negatif
Golongan darah + rhesus B (+)
DIAGNOSIS KERJA
 G3P2A0 hamil 40 minggu Hamil Aterm belum inpartu disertai KPD 2
Hari disertai Letak sungsang (presbo)

PROGNOSIS
 Prognosis Ibu : dubia
 Prognosis Janin : dubia
TATALAKSANA (Planning / P)
TERAPI
Observasi TTV dan DJJ
IVFD RL gtt xx/menit
Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr IV
R/ Sectio Caesaria

MONITORING
 Observasi tanda vital, His, dan DJJ.
 Observasi balance cairan dan diuresis  pasang kateter menetap.
 Evaluasi ulang laboratorium Post SC
LAPORAN PERSALINAN
 13 Maret 2019
 Pukul. 18:00
 Operasi Sectio Caesarea dimulai

 Pukul. 18:10
 Lahir neonatus perabdominam, neonatus hidup, laki-laki, BB 3000 gr,
 PB: 47 cm,Apgar Score 8/8 FTAGA.

 Pukul. 18:20
 Lahir lengkap plasenta, BP ,PTP, ukuran (Tidak dihitung)
 Perdarahan aktif (-). Keadaan umum ibu post partum baik.

 Pukul. 18:45
 Operasi Selesai
 TD Pasien 120/80 mmhg
FOLLOW UP

 Hasil laboratorium post SC tgl 13/4/19 pukul 19 : 00 WIB


 Hb : 8.8 gr/dl
 Leukosit : 13.300/ u
 Eritrosit : 4.8
 Trombosit : 286.000

Sabtu 13 April 2019 Pukul 19: 15 WIB

S : Nyeri Abdomen post OP SC


O :TD : 120/80 mmhg
Nadi : 87 x permenit
RR : 22 X Permenit
Suhu : 37.2 ‘C
A: P3A0 post SC atas indikasi KPD + Letak sungsang
P : IVFD RL + 2 ampul oxitocyn 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1 x 1 gr iv
 Inj. Ketorolac 3 x 1 iv
 Drip metrodinazole 3 x 1
 ASI eksklusif
 Monitor Keluhan
TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi KPD Aterm dan Preterm

KPD Aterm adalah pecah ketuban yang terbukti dengan


vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+)
pada usia > 37 minggu . KPD preterm terjadi pada usia
kehamilan <37 minggu
KPD sangat preterm adalah pecah ketuban saat umur
kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu,
sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara
34 minggu sampai kurang 37 minggu. Definisi preterm
bervariasi pada berbagai kepustakaan, namun yang paling
diterima dan tersering digunakan adalah persalinan kurang
dari 37 minggu
Diagnosis
 KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan
visualisasi adanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis perlu diketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang
keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan, riwayat KPD aterm
sebelumnya, dan faktor risikonya. Pemeriksaan digital vagina yang
terlalu sering dan tanpa indikasi sebaiknya dihindari karena hal ini
akan meningkatkan risiko infeksi neonatus.

 Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk menilai adanya


servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin
(pada presentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran
serviks, mendapatkan sampel dan mendiagnosis KPD aterm secara
visual.
Cont…
 Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak
diperlukan lagi pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks
posterior vagina (pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan
sekret vagina ~ 4.5 - 6) dan cari arborization of fluid dari forniks
posterior vagina.
 Jika tidak terlihat adanya aliran cairan amnion, pasien tersebut dapat
dipulangkan dari rumah sakit, kecuali jika terdapat kecurigaan yang
kuat ketuban pecah dini.Semua presentasi bukan kepala yang
datang dengan KPD aterm harus dilakukan pemeriksaan digital
vagina untuk menyingkirkan kemungkinaan adanya prolaps talipusat8
Ultrasonografi(USG)
USG
 dapat berguna untuk melengkapi diagnosis untuk menilai
indeks cairan amnion.
 Jika didapatkan volume cairan amnion atau indeks
cairan amnion yang berkurang tanpa adanya
abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya pertumbuhan
janin terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban
pecah sangatlah besar, walaupun normalnya volume
cairan ketuban tidak menyingkirkan diagnosis. Selain itu
USG dapat digunakan untuk menilai taksiran berat janin,
usia gestasi dan presentasi janin, dan kelainan kongenital
janin.
Faktor Risiko
Pasien berkulit hitam pasien kulit putih
 ›
status sosioekonomi rendah, perokok, mempunyai riwayat infeksi
menular seksual, memiliki riwayat persalinan prematur, riwayat ketuban
pecah dini pada kehamilan sebelumnya, perdarahan pervaginam, atau
distensi uterus (misalnya pasien dengan kehamilan multipel dan
polihidramnion).

 Infeksi atau inflamasi koriodesidua juga dapat menyebabkan


KPD preterm.Penurunan jumlah kolagen dari membran
amnion juga diduga merupakan faktor predisposisi
KPDpreterm.
KPD memanjang
 Antibiotik profilaksis disarankan pada kejadian KPD preterm.
Dibuktikan dengan 22 uji meliputi lebih dari 6000 wanita yang
mengalami KPD preterm
Manajemen KPD
Manajemen Aktif Manajemen Ekspektatif

USIA KEHAMILAN
Magnesium MAGNESIUM SULFAT IV:
Untuk efek neuroproteksi pada Bolus 6 gram selama 40 menit dilanjutkan
PPROM infus 2 gram/ jam untuk dosis
< 31 minggu bila pemeliharaan sampai persalinan atau
persalinan diperkirakan sampai 12 jam terapi
dalam waktu 24 jam
Kortikosteroid BETAMETHASONE:
untuk menurunkan risiko 12 mg IM setiap 24 jam dikali 2 dosis
sindrom Jika Betamethasone tidak tersedia, gunakan
distresspernapasan deksamethason 6 mg IM setiap 12 jam
Antibiotik AMPICILLIN
Untuk memperlama masa laten 2 gram IV setiap 6 jamdan
ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam, dikali
4
dosis diikuti dengan
AMOXICILLIN
250 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari dan
ERYTHROMYCIN
333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari, jika
alergi ringan dengan penisilin, dapat
digunakan:
CEFAZOLIN
1 gram IV setiap 8 jam selama 48 jam dan
ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti
dengan :
CEPHALEXIN
500 mg PO setiap 6 jam selama 5 hari dan
ERYTHROMYCIN
333 mg PO setiap 8 jam selama hari
Jika alergi berat penisilin, dapat diberikan
VANCOMYCIN 1 gram IV setiap 12 jam
selama 48 jam dan
ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti
dengan
CLINDAMYCIN
300 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari
ANALISIS KASUS
 Ny. SUN usia 37 tahun G3P2A0 hamil 40 minggu datang ke Poli Kebidanan
RSUD Martapura dengan keluhan keluar air air dari vagina sejak 2 hari
SMRS. Pada riwayat perjalanan penyakitnya keluhan keluar air air dari
vagina semakin sering dialami dalam 2 hari SMRS. Cairan yang keluar
berwarna jernih terasa menetes tidak berbau ataupun lengket tidak
berwarna kehijauan ataupun kekuningan. Hal ini dapat memastikan jenis
cairan yang keluar dari vagina berupa air ketuban . mulas perut juga
dirasakan oleh pasien setelah keluar air air dari vagina yang dirasa hilang
timbul tidak bertambah kuat dirasakan dibagian sekitar panggul . mulas yang
dirasakan kemungkinan bukan merupakan kontraksi asli .

 pasien juga merasakan badannya terasa menggigil sejak hari kedua pasca
keluar air air dari vagina yang dirasakan terus menerus. tidak disertai batuk
flu ataupun nyeri menelan. Sakit kepala juga dirasakan oleh pasien di bagian
atas kepala hilang timbul tidak disertai perasaan berputar , maupun telinga
berdenging dan mual muntah. Keluhan menggigil dan sakit kepala
merupakan kumpulan gejala demam dan .Keluhan utama tidak disertai
adanya keluar darah/lendir. Artinya belum ada tanda bloody show atau salah
satu tanda inpartu. riwayat nyeri ulu hati (-), kejang (-)Pasien juga mengaku
gerakan janin masih dirasakan, hal ini menunjukkan janin hidup.
 Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah pasien 120/110
mmHg yang termasuk pada tekanan darah normal dan pemeriksaan vital
lain dalam batas normal. Dari suhu didapatkan 37,6 mengarahkan ke arah
demam. Apabila dilihat dari pemeriksaan obstetrik TFU 2 jari dibawah
processus xyphoideus usia kehamilan kurang lebih 40 minggu usia
kehamilan sudah aterm saat pasien datang menyingkirkan diagnosa KPD
preterm
 Pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan terjadi peningkatan
leukosit 12.000 yang mengarahkan faktor resiko terjadinya KPD pada kasus
ini yaitu infeksi .
 Dari pemeriksaan USG didapatkan gambaran letak sungsang presentasi
bokong posisi janin sedikit oblik ini juga menjadi salah satu pertimbangan
terminasi dengan SC . Pemeriksaan dalam tidak dilakukan karena belum ada
tanda-tanda inpartu. Dengan telah dipastikannya pecah air ketuban, belum
adanya tanda-tanda inpartu, serta pemeriksaan luar dan laboratorium
tersebut kita dapat menegakkan diagnosis pasien ini dengan G3P2A0 Hamil
Aterm belum inpartu disertai KPD 2 Hari Letak sungsang (presbo)
 Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya KPD salah satunya yaitu
infeksi . sesuai dengan protokol dan usia gestasi, maka pasien diberi
medikamentosa berupa injeksi antibiotic dan dilakukan terminasi untuk
melahirkan . Pada pasien dilakukan management aktif terhadap kehamilan
karena usia kehamilan sudah aterm 40 minggu . Dipilih SC karena disertai
letak sungsang untuk meminimalisir resiko pada janin . Lahir neonatus
perabdominam, neonatus hidup, laki-laki, BB 3000 gr,PB: 47 cm, Apgar Score
8/8 FTAGA Perdarahan aktif (-). Keadaan umum ibu post partum baik.
DAFTAR PUSTAKA

 1. Anthony R. Introduction to pPROM. Obstet Gyne Clinics of


North America 1992; 19(:241-247
 2. Mercer BM, Crocker LG, Pierce WF, Sibai BM. Clinical
characteristics and outcome of twin gestation complicated by
preterm premature rupture of the membranes. Am J Obstet
Gynecol. 1993May;168(5):1467-73.
 3. American College of Obstetrics and Gynecology. ACOG
Practice Bulletin No. 80: Premature rupture of membranes. Clinical
management guidelines for obstetrician- gynecologists. Obstet
Gynecol. 2007Apr;109(4):1007-19.
 4. Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER. Contemporary
diagnosis and management of preterm premature rupture of
membranes. Rev Obstet Gynecol. 2008Winter;1(1):11-22.
 5. Royal Hospital for Women. Obstetric clinical guidelines group:
preterm premature rupture of membranes assessment and
management guideline. 2009 Oktober. Diunduh dari
seslhd.health.nsw.gov.au pada 24Agustus.
 6. Royal Hospital for Women. Obstetric clinical guidelines group:
preterm premature rupture of membranes assessment and management
guideline. 2009 Oktober. Diunduh dari seslhd.health.nsw.gov.au pada
24Agustus.
 7. Women and Newborn Health Service. King Edward Memorial
Hospital. Clinical Guidelines Obstetrics and Midwifery Guidelines.
Septem ber
2002.www.kemh.health.wa.gov.au/development/manuals/O&G_guidel
ines/sectionb/2/5172.pdf
 8. Angelini DJ, Afontaine D. Obstetric triage and emergency care
protocols. Academic Emergency Medicine. Volume 20, Issue 4, page E10,
April 2013. New York, NY: Springer Publishing Co., 2013;336
 9. Vogel I, Grønbaek H, Thorsen P, Flyvbjerg A. Insulin-like growthfactor
binding protein 117 IGFBP-1) in vaginal fluid in pregnancy. In Vivo. 2004 Jan-
Feb;18(1):37-41.
 10. Torbé AI, Kowalski K. Maternal serum and vaginal fluid C-reactive
protein levels do not17 predict early-onset neonatal infection in preterm
premature rupture of membranes. J Perinatol. 2010 Oct;30(10):655-9. doi:
10.1038/jp.2010.22. Epub 2010 Mar4.
 11. Medina TM, Hill DA. Preterm Premature Rupture of
Membranes: Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2006
Feb15;73(4):659-664.
 12. Mercer BM, C. L., Boe NM, Sibai BM. (1993). "Induction versus
expectant management in premature rupture of the membranes
with mature amniotic fluid at 32 to 36 weeks: arandomized trial."
Am J Obstet Gynecol 169: 775- 782
 13. Cox S, K. K. (1995). "Intentional delivery versus expectant
management with preterm ruptured membranes at 30-34 weeks/
gestation." Obstet Gynecol 86: 875-879.
 14. Kenyon S, B. M., Neilson J. (2003). "Antibiotics for preterm
rupture of membranes."Cochrane Database Syst Rev2(CD001058).
 15. Harding JE, P. J., Knight DM, Liggins GC (2001). "Do antenatal
corticostreoids help in the setting of preterm rupture of
membranes?" Am J Obstet Gynecol 184:131-139.
 16. Dunlop PDM, C. P., Lamint RF, Hawkins DF (1986). "Preterm
ruptured membranes, no contractions." J Obstet Gynecol 7:92-96.
 17. How HY, C. C., Cook VD, Miles DE, Spinnato JA. (1998). "
Preterm premature rupture of membranees: aggresive tocolysis
versus expectant management. ." J Matern Fetal Med 7:8-12.
 18. Levy D, W. S. (1985). "Oral ritodrine and preterm premature
rupture of membranes."Obstet Gynecol 66:621-623.
 19. Yang LC, Taylor DR, Kaufman HH, Hume R, Calhoun H.
Maternaland Fetal Outcomes of Spontaneous Preterm Premature
Rupture of
Membranes.http://www.jaoa.org/content/104/12/537.full
 20. Medina TM, Hill DA. Preterm Premature Rupture of
Membranes: Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2006
Feb15;73(4):659-664.
 21. Goldenberg RL, Hauth JC, Andrews WW. Intrauterine infection
and preterm delivery. The New England Journal of Medicine.Volume
342:20 p.1503-04
 22. Hauth JC, Goldenberg RL, Andrews WW, DuBard MB, Copper
RL.Reduced incidence of preterm delivery with metronidazole and
erythromycin in women with bacterial vaginosis. NEngl J
Med1995;333:1732-6.
 23. Norman K, Pattinson RC, de Souza J, de Jong P, Moller G, Kirsten
G. Ampicillin and metronidazole treatment in preterm labour: a
multicentre, randomised controlled trial. Br J Obstet
Gynaecol1994;101:404-8.
 24. Svare J, Langhoff-Roos J, Anderson LF, et al. Ampicillin-
metronidazole treatment in idiopathic preterm labour: a randomised
controlled multicentre trial. Br J Obstet Gynaecol1997;104:892-7.
 25. McDonald HM, O’Loughlin JA,Vigneswaran R, et al. Impact of
metronidazole therapy on1919preterm birth in women with bacterial
vaginosis flora (Gardnerella vaginalis): a randomised, placebo controlled
trial. Br J Obstet Gynaecol1997;104:1391-7.

Anda mungkin juga menyukai