Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MANAJEMEN PELAYARAN

DISUSUN OLEH:

ANTARES PUTRA ABIDIN


D031171510

TEKNIK PERKAPALAN
KESELAMATAN MARITIM DAN
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
Kehidupan manusia tidak terlepas dari alam dan
lingkungannya. Berbagai aktivitas manusia dilakukan
untuk memertahankan kelangsungan hidup dengan cara
memenuhi kebutuhan hidup seperti kebutuhan atas
makanan,minuman,pakaian rekreasi dan sebagainya.
Oleh sebab itu kita berusaha untuk menjaga kelstarian
lingkungan maritim tempat kita berada. Dari
pemanfaatan selama ini kerusakan lingkungan laut
disebabkan oleh kegiatan pelayaran, kegiatan
pengeboran, kegiatan penyulingan, kegiatan pelabuhan
dan kegiatan galangan kapal.
Dalam kegiatan pelayaran, pencemaran biasanya
disebabkan oleh pengoperasian kapal terutama kapal
tanker akibat kecelakaan yang sering terjadi, oleh sebab
itu maka dibuatlah aturan-aturan yang berlaku dalam
dunia pelayaran sehingga dapat mencegah dan
menanggulangi akibat yang terjadi agar pengoperasian
jadi lebih aman.

Dengan semakin ramainya arus lalu-lintas di


laut,pengeboran untuk mencari bahan bakar minyak di
tengah laut maupun di darat,dan bertambahnya
pengilangan minyak untuk menghasilkan minyak produk
dari “Crude Oil” maka, semakin meningkat juga
pengotoran atau pencemaran minyak baik di laut maupun
darat.
Dengan bertambahnya permintaan barang dari suatu
negara ke negara lainnya, perpindahan penduduk dan
makin berkembangnya wisata yang berakibat sampingan
terhadap pembuangan ataupun penghancuran limbah,
baik berupa limbah cair ataupun penghancuran limbah
padat, juga limbah berbahaya ataupun yang tidak
berbahaya.
Konvensi-konvensi yang sudah diratifikasi pemerintah republik
indonesia yang bersifat publik:
1. SOLAS 1974
2. Load Line 1966
3. TMS 1969 (Tonnage Measurement of Ship)
4. Marpol 73/78
5. STCW 2010
6. COLREG 1972
7. UNCLOS 1982
8. FAL Convention 1955
9. STP 1971 (Special Trade Passenger)
10. SAR 1979 (Search and Rescue)
11. MLC 2006 (Maritime Labour Convention)
12. Ballast Water Convention
13. AFC (Anti Fouling Convention)
14. MLC 2006 (Maritime Labour Convention)
15. IALA Bouyant System
Konvensi konvensi yang belum diratifikasi pemerintah
republik indonesia yang bersifat publik:
1. SUA Convention
2. London Dumping

Konvensi konvensi yang sudah diratifikasi pemerintah


republik indonesia yang bersifat privat:
1. CLC 1969 (Cilil Liability for Oil Pollution Demage)
2. FUND 1971 (Fund for Compensation for Oil Pollution)
3. Code of Cunduct of Liner Conference 1972
4. Safe Contaer 1972
5. Arrest of Ship (Penangkapan Kapal)
Konvensi konvensi yang belum diratifikasi pemerintah
republik indonesia yang bersifat privat:
1. Civil Jurisdiction in Collosion 1952
2. Stowaways 1957
3. Carriage of Paseger 1961
4. Liens and Mortage 1957
5. Hague/Visby Rule 1924/1968
6. Humberg Rule 1978
7. Pasengger and Luggage 1974
8. Registration of Ships 1986
9. Salvage 1989
Perundang-undangan Nasional:
1. KUHD
2. UU 17/2008 tentang Pelayaran
3. UU 6/1996 tentang Perairan Indonesia
4. UU 23/1997 tentang Lingkungan Hidup
5. PP 7/2000 tentang Pelaut
6. PP 51/2002 tentang Perkapalan
7. PP 5/2010 tentang Navigasi
8. PP 21/2010 tentang Lingkungan Maritim
9. PP 22/2011 tentang Angkutan Perairan
10.PP 64/2014 tentang Pelabuhan
United Nation Convention on Law of the Sea

Konfrensi hukum ke 3 yang diadakan di Janewa pada


tahun 1974 adalah United Nation Convention on Law of
the Sea atau sekarang lebih dikenal dengan UNCOS.
UNCLOS merupakan dokumenyang terdiri dari 320 artikel
dan 9 annex, mengatur mengenai aspek-aspek dari
lautan, seperti penentuan batas,pengawasan
lingkungan,reset ilmu pengetahuan mengenai
laut,kegiatan ekonomi dan komersil,pengalihan teknologi
dan tempat pemecahan perselisihan mengenai masalah
laut.
UNCLOS di tandatangani di Jamaika tahun 1982 dan
berlaku secara internasional pada 16 November 1984.
International Health Regulation

Maksud dari regulasi ini adalah untuk mencegah,


melindungi, mengawasi dan melengkapi seatu respon
dari kesehatan masyarakat terhadap penyebaran penyakit
dengan cara membatasi risiko kesehatan masyarakat dan
menghindari campur tnagan yang tidak perlu terhadap
lalu lintas dan perdagangan internasional.
Ballast Water Management Convention

Konvensi ini disahkanoleh sidang IMO tanggal 13 Februari


2004:
1. Ballast water adalah air dengan unsur yang dimuat di
kapal untuk stabiliter, trim, list (Kemiringan), draft,
Stres (Tegangan) dari kapal
2. Sendimen adalah unsur yang keluar dari air ballast
dalam kapal, Dan lain lain.
London Dumping Conventie

Kita menyadari bahwa lingkungan maritim dan organisme


hidup serta pendukungnya sangat vital bagi kehidupan
manusia dan semua orang harus mempunyai perhatian
dalam menjamin bahwa kualitas dan sumber dayanya
tidak dirusak.
Menginginkan untuk meningkatkan perlindungan
terhadap lingkungan laut dnegan mendesak negara untuk
memperhatikan yang kurang di daerah geografis tertentu
untuk ikut berpartisipasi mengikuti konvensi ini.
Dumping dari setiap limbah atau benda lain waste atau
another matter dalam bentuk kondisi apapun sangat
dilarang.
Dumping itu harus dilaksanakan sehingga meminimalkan
kemungkinan kerusakan terhadap manusia. Dumping
harus dilaporkan secepat mungkin kepada IMO.
MARINE POLLUTION 73/78

The International Convention for the Prevention of


Pollution from Ship (Konvensi Internasional tentang
Penceahan Pencemaran dari kapal)merupakan konvensi
utama yang mengatur pencegahan pencemaran
terhadap lingkungan laut oleh kapal yang berasal dari
pengoperasiannya atau kecelakaan kapal.
Konvensi ini disahkan pada tanggal 2 November 1973 di
IMO, yang awalnya berisi ketentuan pencemaran oleh
minyak, Bahan kimia, bahan berbahaya dalam paket,
limbah dan sampah. MARPOL Protocol disahkan 1978
pada konvensi TSPP (Tanker Safety and Pollution
Prevention) Februari 1978.
Konvensi ini terdiri dari VI Annexes 20 Articles Protokol
1978 dan Protokol 1997:
1. ANNEX 1 Peraturan pencegahan pencemaran oleh
minyak.
2. ANNEX II Peraturan pengawasan pencemaran oleh zat
cair beracun yang diangkut bentuk curah.
3. ANNEX III Peraturan pencegahan pencemaran oleh zat
berbahaya yang diangkut dalam kemasan
4. ANNEX IV Peraturan pencegahan oleh
Sewage(Kotoran) dari kapal
5. ANNEX V Peraturan pencegahan pencemaran oleh
sampah
6. ANNEX VI Peraturan pencegahan udara dari kapal
PROSEDURE PENCEGAHAN PENCEMARAN
Aturan dan ketentuan

Aturan Internasional
1. SOLAS 1974 Protocol 1998 dan amandemennya
2. STCW 1978 dan amandemennya
3. Konvensi ILO (ILO C.185 tentang SID,MLC 2006)
4. Konvensi TMS 1969
5. Konvensi Load Line 1966
6. MARPOL 1973/78
7. COLREG 1972
Ketentuan Nasional
1. UU No 17 tahun 2008 tentang pelayaran
2. PP No 51 tahun 2002 tentang perkapalan
3. PP No 7 tahun 2000 tantang kepelautan
4. KEPMENHUB No 18 tahun 1997 tentang pendidikan,
ujian negara dan sertifikasi kepelautan
5. PERMENHUB No 70 tahun 2005 tntang organisasi
kerja DEPHUB
6. PERMENHUB no 4 tahun 2005 tentang pencegahan
pencemaran
7. PERMENHUB no 66 tahun 2005 tentang ketentuan
pengoperasian kapal tanki minyak lambung tunggal
8. SK. DIRJEN HUBLA No PY. 66/4/1/03 tahun 2003
tentang penyelanggaran kelaiklautan kapal
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERINDUNGAN
LINGKUNGAN MARITIM

Ditetapkan dan diundangkan di jakarta pada tanggal 1


februari 2010.PP no 21 tahun 2010 tentang
perlindungan lingkungan maritim, merupakan amant
UU nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran pasal
232, pasal 238, pasal 240, dan pasal 243 ayar (2).
Terdiri dari 10 bab dan 41 pasal.
BAB II tentang Pencegahan dan Penanggulangan
pencemaran dari pengoperasian kapal:
Pencemaran lingkungan yang bersumber dari kapal dapat
berupa:
1. Minyak
2. Bahan beracun
3. Kotoran
4. Sampah
5. Udara
6. Air balas
7. Muatan berbahaya dan kemasan
8. Barang berbahaya bagi lingkungan yang ada di kapa
BAB III tentang pencemaran lingkungan yang bersumber
dari barang dan bahan berbahaya yang ada di kapal
terdiri dari:
1. Standar daya tahan pelindungan anti karat
2. Pencucian tangki kapal
3. Kapal GT 400 wajib memenuhi standar sistem anti
teritip yang ditetapkan oleh menteri
4. Kapal GT 400 wajib memenuhi standar menajemen air
balas yang ditetapkan oleh emnteri
5. Kapal GT 500 wajib memenuhi standar daya tahan
pelindung anti karat pada tangki balas yang di
tetapkan oleh menteri
BAB IV tentang pencegahan pencemaran dari kegiatan
pelabuhan
1. Setiap pelabuhan yang dioperasikan wajib memenuhi
persyaratan untuk menjegah timbulnya pencemaran
yang bersumber dari kegiatan di pleabuhan termassuk
terminal khusus.
2. Persyaratan yang dimaksu meliputi terseianya fasilitas:
a. penampungan limbah
b. penampungan sampah
PENANGGULANGAN PENCEMARAN

1. Penanggulangan pencemaran dilakukan dengan cara:


a. melaporkan terjadinya pencemaran kepada
syahbandar terdekat atau pemerintah lain yang
terdekat.
b. Melakukan penangggulangan dengan menggunakan
peralatan dan bahan yang dimiliki oleh kapal,unit
kegiatan lain di perairan, pelabuhan termasuk
temrinal khusus, unsur lainnya sesuai dengan
prosedure penanggulangan pencemaran yang
disahkan oleh menteri.
2. Pelaporan terjadinya pencemaran dilakukan dengan
menggunakan alat komunikasi yang memuat informasi
paling sedikit terdiri atas:
a. Tanggal dan waktu kejadian
b. jenis pencemaran
c. sumber dan penyebab pencemaran
d. posisi pencemaran
e. kondisi cuaca.
SETIAP ORANG YANG MENGETAHUI TERJADINYA TUMPAHAN
MINNYAK DILAUT

PELAPOR
PELAPOR
KANTOR PEMERINTAH
PELABUHAN DAERAH/PEMERINTA PUSKODALNAS DITJEN MIGAS
H DI DAERAH
TERDEKAT

PENERUSAN PENERUSAN
LAPORAN LAPORAN PENERUSAN
LAPORAN

ADPEL

PENERUSAN
LAPORAN

KEPALA PUSKODALNAS

Anda mungkin juga menyukai