Anda di halaman 1dari 67

FLAVONOID

Tim Fitokimia
FFS UHAMKA
PENDAHULUAN

 Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa


fenol alam yang terbesar.
 Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau.
 Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan
termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar,
bunga, buah, dan biji.
PENGERTIAN FLAVONOID
 grup terbesar dari senyawa fenolik yang mempunyai struktur
benzo-γ-pyrone, terdapat di mana-mana, disintesa melalui jalur
phenilpropanoid.
 mempunyai aktifitas farmakologi, aktifitas infeksi terhadap mikroba

 Struktur tergantung dari kelas strukturnya, hidroksilasi, subtitusi


yang lain maupun konjugasinya maupun polimerisasinya.
 Memiliki kemampuannya dalam menstimuli kesehatan karena
aktifitas antioksidannya seperti halnya senyawa polifenol.
 Fungsi grup hidroksil pada flavonoid adalah aktifias antioksidan
melalui ikatan dengan radikal atau ion logam (Kumar & Pandey,
2013)
 Mempunyai kemampuan menginduksi system enzim yang
berperan sebagai agen protektif pada manusia. Penelitian
menunjukkan efek perlindungan flavonoid untuk melawan
banyak agen infeksi (bakteri dan virus) dan penyakit generatif
seperti jantung, kanker dan penyakit yang berhubungan
dengan penuaan
.
 Merupakan antioksidan sekunder yang merupakan system
pertahanan dalam jaringan tanaman. Terdapat di inti dari
mesofil dan terdapat dalam inti dari generasi ROS. Mereka
juga meregulasi factor pertumbuhan dari tanaman seperti
auxin. (Kumar & Pandey, 2013)
 Termasuk dalam golongan senyawa phenolik
dengan struktur kimia C6-C3-C6.
Kerangka : satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan
cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan
bentuk teroksidasi cincin ini
dijadikan dasar pembagian
flavonoid ke dalam sub-sub
kelompoknya.
 Sistem penomoran digunakan

untuk membedakan posisi


karbon di sekitar molekulnya
(Redha, 2010)
FLAVONOID C6 – C3 – C6
2'
8
O
2 B 4'
A Flavon
6 3
5
O Sinamoil (I):
Benzoil (II): 300-380 nm
240-280 nm

Flavonol
OH

O
FLAVONOID
• Senyawa flavonoid berdasarkan oksidasi dan saturasi pada cincin
heterosiklik terbagi menjadi beberapa grup, yaitu :
Dalam tumbuhan tidak
Senyawa polifenol
pernah dalam bentuk tunggal

1.SIFAT
Merupakan pigmen dalam Bentuk glikosida larut
tumbuhan dalam air

Analisis : Memiliki serapan kuat


Bentuk aglikon pada sinar uv

Suasana basa
warna lebih terang/jelas
2. PENGGOLONGAN FLAVONOID
(SUMBER : GROTEWOLD, N.D,2006)

Berdasarkan posisi cincin aromatik pada


Benzopyron, flavonoid dibagi menjadi 3 kelas:
1. Flavonoid (2 phenylbenzopyran)

2. Isoflavonoid (3-benzopyran)

3. Neoflavonoid (4-benzopyran)
FLAVONOID
 Berdasarkan oksidasi
dan saturasi pada
cincin heterosiklik,
terbagi menjadi
beberapa grup,
yaitu :
ISOFLAVANOID

 Isoflavonoid merupakan subklas dari flavonoid yang khas.


Senyawa ini memiliki 3- phenylchroman yang secara biogenetic
berasal dari 1,2-aryl yang bermigrasi dari prekrusor 2-
phenylchroman.
 Meskipun jumlah mereka terdistribusi terbatas pada tanaman,
variasi dari isoflavonoid sangat beragam.
 Hal ini tidak saja karena kompleksitas dari substitusi pada dasar 3-
phenylchroman, tetapi juga karena oksidasi dan penambahan pada
cincin heterosiklik.
 Isoflavonoid terbagi dalam grup :
ISOFLAVONOID
LETAK OH FLAVON FLAVONOL

5,7 Khrisin Galangin

5, 7, 4’ Apigenin Kaemferol

5,7, 3’, 4’ Luteolin Kuersetin

5,7,3’, 4’, 5’ Trisetin Mirisetin


NEOFLAVONOID
 Neoflavonoid mempunyai
struktur umum dan sifat-
sifat seperti flavonoid.
 Diperkirakan terbentuk
dengan cara seperti yang
dialami isoflavon
 Mempunyai kemampuan
menghalangi dekomposisi
dari kayu terutama dari
genus Dalbergia
MINOR FLAVONOID
• Flavonoid minor : : kalkon, auron,
flavonon, dihidrokhalkon dan
isoflavon
• Khalkon dan auron merupakan
“antoklor” yaitu pigmen kuning yang
dapat dideteksi dengan bunga
kuning yang diasapi dengan basa
dari cerutu atau diuapi dengan uap
amonia akan memberikan warna
jingga atau merah.
• Contoh khlakon : lutein, contoh
auron : aureusidin. Keduanya di
alam dalam bentuk glikosida.
• Flavonon merupakan isomer
khlakon. Beberapa flavonon
mempunyai rasa yang penting yaitu
sangat pahit, contoh: naringin
(Citrus aurantium S
EKSTRAKSI:
MeOH, EtOH, Aseton, Air

FRAKSINASI :
EtOAc, Amilalkohol, BuOH

PEMISAHAN : KKo KKt, KLT:


Silika gel, Selulosa, BAW : 4:1:5
Poliamid, Sefadex
Ekstrak kental EtOH
Simplisia

Air panas, eter


Ekstraksi Flavonoid
(Charaux-Paris)
Eks Eter Eks Air
(aglikon)
EtOAC

Eks EtOAc Eks Air


(glik dgn 1-2 gula) n-BuOH

Eks BuOH Eks Air (senyawa


(C-glik., glik dgn gula>2) amat polar)
Reaksi SHINODA IDENTIFIKASI
Mg/HCl  warna merah (1-2 mnt) kuning
jingga menunjukkan adanya flavon,
kalkon, auron AlCl3/MeOH 
Zn/HCl  merah (3-5 mnt) (3-flavonol) kuning

NH3/NaOH 
Reaksi Tauboock Kuning
+ as borat + as oksalat + eter
 Florosensi kuning pada 366 nm
H2SO4 
Reaksi Wilson Kuning sp merah
+ as borat + as sitrat + aseton kebiruan
 Warna kuning
IDENTIFIKASI GLIKOSIDA FLAVONOID

a. Uji glikosida 3-flavonol


 Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan
dalam 2 ml etanol 95% dan ditambahkan logam Zn, 2 ml HCl 2N, diamkan
selama 1 menit. Kemudian tambahkan HCl pekat, jika dalam waktu 2-5
menit terjadi perubahan warna menunjukkan adanya glikosida 3-flavonol.
b. Uji shinoda
 Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan
dalam 1 ml etanol 95% dan ditambahkan logam magnesium dan 10 ml HCl
pekat. Jika terjadi warna merah sampai merah ungu, menunjukkan adanya
flavonoid, sedangkan jika terjadi warna kuning jingga menunjukkan adanya
flavon, kalkon, auron
c. Reaksi Taubeck untuk flavonoid
Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering sisa dibasahi
dengan aseton, tambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam oksalat.
Panaskan hati-hati di atas penangas air, hindari panas yang berlebihan. Ke
dalam sisa ini tambahkan eter. Pengamatan dilakukan dibawah UV 366 nm,
floresensi kuning.
d. Reaksi Wilson untuk flavonoid
Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering sisa dibasahi
dengan aseton, tambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam sitrat.
Panaskan hati-hati di atas penangas air, hindari panas yang berlebihan. Ke
dalam sisa ini tambahkan aseton, warna kuning tetapi tidak floresensi.
e. Asam sulfat :
Flavon dan flavonol dilarutkan dalam asam sulfat pekat akan memberikan
warna kuning. Kalkon dan auron akan memberikan warna merah atau merah
kebiru-biruan. Flavanon memberikan warna orange sampai merah
f. Reaksi yang lain untuk flavonoid
Uapkan sebanyak 1 ml larutan percobaan hingga kering, larutkan sisanya ke
dalam 2 ml etanol 95%. Lakukan reaksi warna atau pengendapan dengan
pereaksi berikut dan amati warna endapan yang terjadi :
 Larutan FeCl3 2% dalam air

 Larutan Pb-asetat 25% dalam air

 Amonia atau larutan NaOH 0,2 N.

g. Identifikasi glikosida flavonoid dengan KLT


 Bahan yang diperiksa : Aurantii pericarpium
 Fase diam : silikagel GF 254

 Fase gerak: etilasetat-asam formiat-air (10:2:3) v/v

 Deteksi : dilihat dibawah UV 254 dan UV 366, sebelum dan sesudah diuapi
amonia.
 Larutan percobaan: 1 gram serbuk bahan disari dengan 10 ml metanol hangat
selama 5 menit. Dinginkan dan disaring, kemudian langsung ditotolkan.
KADAR FLAVONOID

MeOH, p. air
saring
Serbuk simplisia Ekst MeOH

+Camp. AlCl3 dan


Catatan: Na asetat
Lakukan percobaan blanko
Perlu pembandingg
Diamkan 30 mnt

Abs ukur 415 nm


ANTOSIANIN
 Merupakan pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air.

 Antosianidinadalah aglikon dari antosianin yang terbentuk bila


antosianin terhidrolisis oleh asam.

 Beberapa faktor yang berpengaruh: pH, sifat alami aglikon,


panjang glikosilasi, kompleksasi dengan logam, keberadaan
pektin & gula, serta kompleks (pada posisi 4) dengan tannin dan
fenolik lainnya.

 pH: asam-merah & basa-biru


CONTOH
ANTOSIANIN
IDENTIFIKASI SENYAWA-SENYAWA FLAVONOID
IDENTIFIKASI ANTOSIANIN K kertas
HCl p,
Fase gerak
MeOH ▪ BAA (BuOH-A aset air=4;1:5),
Simplisia Ekstrak ▪BuHCl (n-BuOH:HCl 2M=1:1),
▪HCl 1% (HCl pekat:air=3:97).

Pemisahan jaringan
antosianin bunga
KCKT
kolom fase balik µBondpack C18
fase gerak:
Klt air:
Selulose asam asetat:metanol (71:10:19)
Selulose + silika gel atau
Fase gaerak :sama dengan H3PO4 5%, asam asetat 20%, dan
antosianin asetonitril 25% dalam air.
IDENTIFIKASI ANTOSIANIN
 Antosianin diekstraksi dari tumbuhan menggunakan metanol yang
mengandung HCl pekat 1% selama 10-15 menit kemudian langsung di
kromatografi kertas satu arah dengan pengembang BAA (n-butanol:Asam
asetat:air=4;1:5), BuHCl (n-Butanol:HCl 2M=1:1), dan HCl 1% (HCl
pekat:air=3:97).
 Antosianin dapat dipisahkan dengan KLT pada selulosa atau campuran
selulosa dan silika gel dengan pengembang yang sama pada KKt.
 Antosianin dalam jaringan bunga dapat dideteksi dengan KCKT
menggunakan kolom fase balik µBondpack C18 menggunakan fase gerak
air:asam asetat:metanol (71:10:19) atau H3PO4 5%, asam asetat 20%, dan
asetonitril 25% dalam air.
FLAVONOL DAN FLAVON
FLAVONOL DAN FLAVON

Flavonol (C3—OH) Bentuk glikosida


(kamferol, (rutin)
kuersetin,miresetiin)

Serapaan uv &
reaksi warna
Flavon berbeda
(apigenin, luteolin)
FLAVONOL DAN FLAVON
 Flavonol sering terdapat dalam bentuk glikosida
 Aglikon flavonol yang umum ada 3, yaitu: kaemferol, kuersetin
dan mirisetin.
 Dalam tumbuhan banyak sekali glikosida kuersetin, yang paling
umum, kuersetin 3-rutinosida (yang dikenal sebagai rutin) untuk
mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia
 Flavon berbeda dengan flavonol karena tidak terdapat substitusi
3-hidroksi. Hal ini mempengaruhi serapan UV nya, gerakan
kromatogramnya, dan reaksi warnanya sehingga dapat digunakan
unutk membedakan keduanya.
 Ada 2 flavon umum, yaitu : apigenin dan luteolin
PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI FLAVONOL DAN FLAVON

KKt
Fase gerak :
Campuran ▪ Forestal (HCl pekat: As. asetat:
Apigenin, air=3:30:10),
luteolin, ▪ BAA (n-BuOH : as. Asetat :air
(4:1:5),
kemferol, ▪ PhOH (fenol:air=3:1).
kuersetin, dan
mirisetin

KLT, selulosa mikrokristal


Fase gerak :sama dengan KKt.
PEMISAHAN DAN IDENTIFIKASI FLAVONOL DAN FLAVON

 Apigenin, luteolin, kemferol, kuersetin, dan mirisetin mudah


dipisahkan dan diidentifikasi dengan KKt menggunakan
pengembang Forestal (HCl pekat:Asam asetat:air=3:30:10), BAA
(n-butanol:asam asetat:air=4:1:5), dan PhOH (fenol:air=3:1).
 Bila digunakan KLT, sebagai penjerap digunakan selulosa
mikrokristal dan pengembang yang sama dengan pada KKt.
FLAVONOID MINOR : KALKON, AURON, FLAVONON,
DIHIDROKHALKON DAN ISOFLAVON

Flavonoid minor

isomerisasii Flavonon
auron Kalkon (cont: naringin
(cont:aureusidin) (cont; lutein) pada Citrus)

amonia
Pigmen kuning Merah-kuning
“antoklor”
FLAVONOID MINOR : KALKON, AURON, FLAVONON,
DIHIDROKHALKON DAN ISOFLAVON

 Isoflavon terdapat ada tumbuhan Leguminosae dan Iridacea.

 Khalkon dan auron merupakan “antoklor” yaitu pigmen kuning


yang dapat dideteksi dengan bunga kuning yang diasapi dengan
basa dari cerutu atau diuapi dengan uap amonia akan memberikan
warna jingga atau merah.

 Contohkhlakon : lutein, contoh auron : aureusidin. Keduanya di


alam dalam bentuk glikosida.

 Flavonon merupakan isomer khlakon. Beberapa flavonon


mempunyai rasa yang penting yaitu sangat pahit, contoh: naringin
(Citrus aurantium)
 Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi lebih langka

 Isoflavonberdasarkan sifat fisiologinya : 7-4’ dihidroksiisoflavon


(daidzein) dan 5,7’,4’ trihidroksiisoflavon (genistein) merupakan
estrogen lemah di alam.

 Isoflavon
lain yaitu rotenon (insektisida alam yang kuat) dan
kumestan (misalnya: piastin, adalah fitoaleksin yang merupakan
pelindung tumbuhan dari serangan penyakit).
IDENTIFIKASI KHALKON
1. pigmen kuning kr kertas,
Identifikasi Khalkon disinari UV  coklat kuat.

2. Kr kertas, pengembang: 3. KLT silika gel memakai Na


BAA, Air, PhOH. asetat dan pengembang benzena-
etil asetat-asam format (9:7:4).

5. + basa dan garam logam 4. Puncak spektrum : 365 dan 390 nm


 batokrom auron (spektrum tampak max
390-430 nm).

6. Waktu isolasi suasana asam , kemungkinan


isomerisasi  flavon .
7. Beberapa khalkon teroksidasi menjadi auron
IDENTIFIKASI KHALKON
 Khalkon adalah pigmen kuning yang bila dikromatografi kertas dan disinari
dengan UV akan berwarna coklat kuat.
 Pemisahan khalkon dengan KKt dengan pengembang BAA, Air, PhOH.
Hanya pigmen dalam bentuk glokosida yang dapat bergerak pada KKt
dengan pengembang air.
 Klt dapat dilakukan dengan silika gel memakai natrium asetat dan
pengembang benzena-etil asetat-asam format (9:7:4).
 Puncak spektrum khalkon pada 365 dan 390 nm pada spektrum tampak,
sedangkan berbeda dengan auron (spektrum tampak max 390-430 nm).
 Spektrum mengalami pergeseran batokrom besar bila ada basa dan garam
logam
 Harus diingat ketika menangani khlakon pada waktu isolasi, kemungkinan
senyawa ini akan berisomerisasi menjadi flavon dalam suasana asam.
 Beberapa khalkon juga teroksidasi secara perlahan menjadi auron.
Identifikasi Auron

KKt berupa bercak kuning

sinar UV : auron berwarna kuning kuat


dan menjadi merah jingga bila diuapi
amonia (beda dengan khalkon)
IDENTIFIKASI AURON
 Senyawa ini tampak pada KKt berupa bercak kuning
 Dengan sinar UV auron tampak berbeda dengan khalkon, warna
auron kuning kuat dan berubah menjadi merah jingga bila diuapi
amonia.
IDENTIFIKASI FLAVANON

 Flavanon
adalah senyawa tanwarna yang tidak dapat dideteksi
dengan pemeriksa kromatografi kecuali dengan penyemprot
kromogen.

 Uji
warna yang penting dalam larutan alkohol ialah reduksi dengan
serbuk Mg dan HCl pekat, diantara flavonoid, hanya flavon yang
memberikan warna merah ceri kuat.

 Sifat
spektrum flavanon berbeda dengan flavonoid lain, yaitu satu
puncak kuat terdapat pada kira-kira 255 nm, puncak lain pada 278
atau 288 nm, dan puncak lemah di atas 300 nm.
IDENTIFIKASI DIHIDROKHALKON

 Dihidrokhalkon dipisahkan dengan cara KKt.

 Dihidrokhalkon dideteksi dengan penyemprot p-nitroanilin yang


terdiazotasi dan dengan AlCl3 dalam alkohol.

 Contoh:Floridzin menghasilkan warna merah jingga dengan


penyemprot p-nitroanilin yang terdiazotasi dan fluoresensi
kehijauan yang kuat dengan AlCl3 dalam alkohol.
IDENTIFIKASI ISOFLAVON
 Isoflavon
sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi
warna manapun.

 Isoflavon(misalnya: daidzein) memberikan warna biru muda


cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan
yang lain (misalnya: genistein) tampak sebagai bercak lembayung
pudar dan berubah menjadi coklat pudar.

 Pemeriksaandengan KLT pada silika gel dengan pengembang


metanol 11% dalam kloroform dan dideteksi dengan pereaksi Folin-
Ciocalteu.

 Identifikasi dengan mengukur spektrum.


IDENTIFIKASI XANTHON

 Dipisahkan dengan KLT pada silika gel dengan pengembang


kloroform-asam asetat (4:1), kloroform-benzen (7:3) atau
kloroform-etil asetat (dalam berbagai perbandingan).

 Dideteksi
dengan sinar UV akan menghasilkan warna dengan atau
tanpa amonia atau dengan penyemprot fenol umum.

 Xanthonmempunyai spektrum yang berbeda dengan maksimum


pada 230-245, 250-265, 305-330 dan 340-400 nm.
PEMERIKSAAN AGLIKON FLAVONOID DALAM
EKSTRAK TUMBUHAN YANG TELAH DIHIDROLISIS
Modifikasi yang dikembangkan oleh Bate-Smith (1962) :

 Jaringan
tumbuhan (daun/bunga) direndam dalam HCl 2M
panaskan 30-40 m pada 100 C, bila perlu disaring, ekstraksi
dengan etil asetat.

 Bilalarutan berwarna (jika mengandung antosianin atau


antosianidin jika dalam suasana asam), maka ekstrak air
dipanaskan (menghilangkan sisa etil asetat), kemudian ekstraksi
ulang dengan amil alkohol.

 Etil asetat diuapkan dan ditambahkan etanol 1-2 tetes


LANJUTAN..

 Kemudian di kromatografi dengan pengembang


1. Forestal (asam asetat-HCl pekat-air ; 30:3:1)
2. asam asetat 50% dalam air
2. BAA (butanol-asam asetat-air ; 4:1:5, lapisan atas)
3. PhOh (fenol yang dijenuhkan dengan air)

 Ekstrak amil alkohol, yang harus berwarna, dipekatkan sampai


kering, tambahkan beberapa tetes HCl 1% dalam metanol, dan di
kromatografi dengan pengembang Forestal dan asam format
(asam format-HCl pekat-air =5:2:3)
PEMERIKSAAN FLAVONOID DALAM EKSTRAK TUMBUHAN

 Telaahflavonoid dari ekstrak etanol pekat dengan metode KKt dua


arah, digunakan pengembang BAA dan asam asetat 5%.

 Pembanding baku adalah rutin (suatu glikosida flavonol).

 Pemeriksaan lainnya dengan plat selulosa MN 300 (ekstraksinya


menggunakan serbuk jaringan tumbuhan dengan etanol 70%, suhu
kamar selama 8-24 jam, kemudian ditotolkan pada plat atau
kromatografi kertas). Keuntungan: waktu pemisahan lebih singkat.
CONTOH ISOLASI SENYAWA FLAVONOID

I SOLASI FLAVONOID 1
Ubi jalar (Ipomoea batatas) (SPL) adalah sayuran komersial
yang kurang dimanfaatkan dengan bioaktif yang cukup
banyak. Uji aktifitas dilakukan terhadap inhibitor α-
glukosidase dan uji aktifitas antioksidan dengan DPPH.
 Tujuh (7) senyawa diisolasi dan diidentifikasi masing-masing.
Diantaranya, trans-N- (p-coumaroyl) tyramine (1), trans-
N-feruloyltyramine (2), cis-N-feruloyltyramine (3), 4,5-
feruloylcourmaoylquinic acid (8), caffeicEtil ester asam
(10), 7-hidroksi-5-metoksiolinum (11), 7,30-
dimetilquercetin (13) dan indole-3- Karboksaldehida
(15), pertama kali diidentifikasi dari ipomea batatas, dan
empat di antaranya (1, 2, 3 dan 10) pertama kali diidentifikasi
dari genus Ipomoea.
 Phenethyl cinnamides dan 3,4,5-triCQA menunjukkan
penghambatan terkuat pada α-glukosidase, sedangkan 3,4,5-
triCQA dan diCQAs adalah antioksidan yang dominan.
Hubungan aktivitas struktur menunjukkan bahwa caffeoylasi
lebih tinggi dari asam kuinat.
 Metoksilasi flavonol yang lebih rendah menghasilkan
aktivitas antioksidan yang lebih kuat, dan struktur metilasi
dan konfigurasi cis phenethyl cinnamides menurunkan
penghambatan α -glukosidase. Hasil yang disebutkan di atas
dapat membantu menjelaskan aktivitas antioksidan dan
aktivitas anti-diabetes SPL, dan memberikan dasar teoritis
untuk penerapan lebih lanjut.
FRAKSINASI
 Untuk fraksinasi yang dipandu aktivitas, serbuk SPL kering (1,0 kg)
Diekstraksi dengan mikrofluidisasi dinamis bertekanan tinggi
mengikuti parameter yang dioptimalkan sebelumnya (Huang et al.,
2013).
 Suspensi disentrifugasi dan diuapkan dengan evaporator vakum
suhu 40 ° C dan didapatkan ekstrak kasar/crude extract 244,0 g (CE).
Kemudian, 100,0 g CE disuspensi dengan 100 mL air dan dipartisi
secara berturut-turut dengan kloroform (1.0 L x 3), ethyl acetate (1.0 L
x 3) dan n-butanol (1.0 L x 3) dan didapatkan 4 fraksi.
 Fraksi etil asetat (EAF= 21,5 g) dipisahkan dengan resin XAD-16
Amberlite dan dielusi berturut-turut dengan 40%-90% MeOH : H2O
(46%, v / v) pada kenaikan 10% (1,0 L untuk setiap gradien) dan
didapatkan enam sub-fraksi (EA1- EA 6) berdasarkan spektrum
HPLC.
FRAKSINASI DAN ISOLASI
 Sub fraksi EA-1 dan EA-4 dipisahkan menggunakan kromatografi Sephadex LH-20,
eluen MeOH dan dikumpulkan setiap tabung 8,0 mL. Berdasarkan data spectra
HPLC, sub fraksi EA-1a-EA-1c disebut sebagai EA-1, sub fraksi EA-4a-EA-4c dan
senyawa 4 (103,2 mg) diperoleh dari fraksi EA-4. Fraksi EA-1a dimurnikan
menggunakan Semi-HPLC dengan 34% MeOH : 0,1% TFA dalam air (v / v) untuk
mendapatkan senyawa 9 (20,3 mg, tR = 14,21 menit).
 Fraksi EA-1b dimurnikan dengan Semi-HPLC dengan 38% MeOH : 0,1% TFA
dalam air (v / v), menghasilkan senyawa 5 (8,1 mg, tR = 18,61 menit), senyawa 6
(7,14 mg, tR = 19,85 menit) Dan senyawa 12 (7,3 mg, tR = 30,19 menit). Fraksi EA-
1c dipisahkan dengan MPLC (20-60% MeOH, v / v) dilanjutkan dengan pemurnian
dengan Semi-HPLC untuk menghasilkan senyawa 7 (2,9 mg, tR = 11,58 min),
senyawa 8 (6,0 mg, tR = 16,27 menit),senyawa 13 (2,3 mg, tR = 19,13 menit),
senyawa 14 (5,8 mg, tR = 22,08 menit) dan senyawa 4 (5,7 mg, tR = 24,71 menit).
 Fraksi EA-4a dipisahkan dengan Semi-HPLC dan dengan eluen 43% MeOH : 0,1%
TFA dalam air untuk menghasilkan senyawa 3 (1,8 mg, tR = 19,15 menit). Fraksi
EA-4b dimurnikan lebih lanjut dengan Semi-HPLC yang dielusi dengan 48-50%
MeOH : 0,1% TFA dalam air untuk mendapatkan senyawa 1 (7,6 mg, tR = 17,85
menit) senyawa 2 (28,2 mg, tR = 19,04 menit), 10 (27,7 mg, tR = 26,87 menit),
senyawa 11 (3,6 mg, tR = 12,71 menit) dan senyawa 15 2,8 mg, tR = 14,98 menit).
Diagram alir diberikan pada Gambar dibawah ini
FLOW CHART ISOLASI
Phenethyl cinnamides dan 3,4,5-
triCQA menunjukkan glukosidase
terkuat Penghambatan,
sedangkan 3,4,5-triCQA dan
diCQAs adalah antioksidan yang
dominan. UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN DAN
INHIBITOR
IDENTIFIKASI SENYAWA

 Semua senyawa yang dimurnikan dipekatkan dengan tekanan rendah


dan liofilisasi, dilanjutkan melarutkan dengan metanol deuterasi
(CD3OD) atau dimetil sulfoksida (DMSO-d6). Cairannya dipindahkan ke
tabung NMR dan dianalisis dengan NMR. Spektrum 1H NMR dan 13C
NMR dari senyawa diperoleh dengan instrumen Bruker 300 MHz atau
Varian 500 MHz menggunakan tetramethylsilane (TMS) pada suhu
kamar, sedangkan NMR 2D diperoleh dengan instrumen Varian 500
MHz. Setelah analisis NMR, semua isolat diuapkan dengan evaporator
vakum putar untuk menghilangkan pelarut. dan dilarutkan dengan
metanol untuk HPLC dan disentrifugasi pada 10.000 rpm selama dua
menit. Spektrum massa diperoleh dengan spektrometer massa Q-Star
Elite (Terapan Biosystems MDS) yang digabungkan dengan ke Turbo
Ion Spray source di bawah ion positif dan negatif langsung untuk setiap
senyawa murni.(Zhang et al., 2016)
 Struktur senyawa didapatkan yaitu :
SENYAWA YANG DIISOLASI
ISOLASI FLAVONOID 2
 Coronopus didymus Linn. (Brassicaceae) adalah
tanaman obat yang digunakan secara
tradisional sebagai antipiretik, ekspektoran,
untuk memurnikan darah dan untuk
mengurangi gejala nyeri, radang, Malaria, luka
dan kanker.
 Pencarian senyawa aktif dilakukan secara
bioassay guided isolation dengan cara ekstraksi
dan fraksinasi. Struktur senyawa diketahui
dengan UV Spektroskopi (dengan pereaksi
bergeser), data spektra ESI-MS dan NMR.
 Aktivitas antikanker awal dilakukan terhadap
ekstrak etanol, fraksi dan senyawa isolat
melalui uji MTT secara in vitro terhadap sel
kanker manusia (HeLa dan LN18) dan sel
normal 293T.
 Hasil isolasi didapatkan tiga senyawa flavonoid
yaitu 5,7,4'-trihidroksi-3'-methoxyflavone-4'-O-
β-D-glukosida (1), 5,7,4'-trihidroksi-3'-
methoxyflavone-4 ' -O- (6 '' - asetil) -β-D-
glukosida (2) dan 5,7,4'-trihidroksi-3'-metoksi
flavon (3), dari bagian udara.
 Senyawa 1 diidentifikasi untuk pertama
kalinya dari genus Coronopus. Semua Senyawa
1-3 menunjukkan aktifitas sebagai sitotoksik.
EKSTRAKSI

 Bagian tanaman C. didimus (1,0 kg) dipotong dan diekstraksi dengan


maserasi dengan etanol (3 × 10 L) pada suhu kamar selama 7 hari.
Ekstrak disaring dan diuapkan menggunakan evaporator (EYELA N-
11 Rotavapor, Tokyo Rikakikai Co, Ltd Jepang) pada suhu 45 ° C.
Ekstrak etanol kasar (CDA 11, 200 g) di uji aktivitas sitotoksik. 200 g
dari Ekstrak etanol kemudian dilarutkan dalam jumlah minimum
MeOH :H2O (7: 3, v / v) untuk mendapatkan ekstrak fenolik (CDA
MW, 67 g), untuk selanjutnya isolasi senyawa sitotoksik dengan
menggunakan Size Exclusion Chromatography (SEC). Bioassay-
guided chromatographic fractionation dimulai dari ekstrak ini.
PURIFIKASI
 Ekstrak fenolik (CDA MW) dikromatografi berulang kali dengan Size
Exclusion Chromatography pada kolom Sephadex LH-20 (Sigma
Life Science, Swedia) (90 cm x 2,2 cm) dengan menggunakan
metanol : air dengan perbandingan 7: 3 (v / v) sebagai Eluen,
dengan kecepatan laju alir 1 mL / menit. Dan didapatkan sepuluh
(10) Fraksi (CDA F1-CDA F10).
 Fraksi-fraksi ini dipisahkan berdasarkan warna pita di bawah
cahaya UV, komponen-komponen dengan ukuran lebih besar
dielusi terlebih dahulu pada fraksi-fraksi sebelumnya (CDA F1-F6).
 Sedangkan yang dari ukuran yang relatif lebih kecil di kemudian
eluting fraksi (CA F7-F10). Semua fraksi disatukan, dipekatkan
dalam vakum dan diuji aktivitas sitotoksik. Fraksi murni CDA F10
mengandung satu flavonoid aglycone (senyawa 3) dengan efek
sitotoksik yang lebih poten Terhadap sel HeLa dan LN18.
FLOW CHART ISOLASI C. DIDYMUS
STRUKTUR SENYAWA YANG DIISOLASI
ISOLASI FLAVONOID 3

 Flavonoid yang terkandung dalam daun


Euphorbia neriifolia diekstraksi, diidentifikasi
dan dikarakterisasi. Ekstraksi dengan cara
soxhlet dan dipekatkan dan diidentifikasi dan
dipisahkan dengan HPPLC.
 Hasil Menunjukkan bahwa hasil flavonoid
yang paling banyak (6,53 g) diperoleh dari
ekstrak etanol.
 Skrining flavonoid dan fitokimia yang diisolasi
dibandingkan dengan standar Quercetin.
Karakterisasi flavonoid dilakukan dengan IR,
1H NMR, dan MS.
 Dari Struktur analisis kimia dan spektral
didapatkan sebagai 2- (3,4-dihidroksi-5-
metoksi-fenil) -3,5-dihidroksi-6,7-
dimetoksikromen-4-one, suatu flavonoid.
Senyawa ini diisolasi untuk yang pertama
kalinya dari tanaman ini
EKSTRAKSI DAN ISOLASI
STRUKTUR SENYAWA YANG DIISOLASI
TERIMA KASIH……..

Anda mungkin juga menyukai