Anda di halaman 1dari 96

Trend dan Issue

Kesehatan Jiwa
Tema Hari Kesehatan Sedunia
7 April 2017: Depresi

“Depression Let’s Talk”

“Ayo Curhat”
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia
10 OCTOBER 2017

TEMA

“Kesehatan Jiwa di
Tempat Kerja”
Tema Hari Kesehatan Nasional
12 November 2017

SEHAT KELUARGAKU

SEHAT INDONESIAKU
Kebutuhan dan
Masalah Kesehatan
Jiwa di Indonesia
Pelayanan
Kesehatan Jiwa
Kesehatan Jiwa

TREN DAN ISSUE


KESEHATAN JIWA
TREND DAN ISSUE DI INDONESIA Penyelengaraan
Bullying Jaminan kesehatan
ADIKSI GADGET/INTERNET BPJS dalam masalah
Kekerasan kesehatan mental

STIGMA
GANGGUAN JIWA
KESEHATAN
(WHO)

Kesehatan adalah kondisi sehat fisik, mental sosial dan spiritual,


bukan hanya bebas dari sakit dan cacat (Health is a state of complete
psysical, mental, social and spiritual wellbeing and not merely the
absence of disease or infirmity
Kesehatan:
 Fisik (biologi)
 Mental
 Sosial
 Spiritual
 Tidak hanya tidak sakit dan tidak cacat

TIDAK ADA KESEHATAN TANPA KESEHATAN JIWA


(NO HEALTH WITHOUT MENTAL HEALTH)
KESEHATAN JIWA
(MENTAL HEALTH)

Kesehatan jiwa merupakan komponen penting pada


definisi sehat WHO

Sehat jiwa memampukan individu


 Menyadari potensinya
 Mengatasi stres dalam kehidupannya
 Bekerja produktif
 Berkontribusi pada masyarakat
Keluarga
SEHAT JIWA

HAMIL
BAYI
KANAK-KANAK
ANAK PRA SEKOLAH
ANAK SEKOLAH
REMAJA
DEWASA
LANJUT USIA
Keluarga
Risiko ODGJ
 MASALAH FISIK
Sakit
Darah tinggi, Diabet, Jantung, TBC, Stroke, Ginjal, Rematik,
Kehilangan anggota tubuh, Kurang gizi, dan semua sakit fisik
Ibu Hamil
Ibu hamil dan Ibu melahirkan
MASALAH SOSIAL
Pekerjaan
PHK, Kehilangan harta benda, Ekonomi kurang
RT
Kehilangan (meninggal) anggota keluarga, KDRT
Hub SOS
Konflik
MASALAH MENTAL
Khawatir, Galau
Keluarga
dengan ODGJ

1. Sedih Berkepanjangan
2. Berkurang kemampuan hidup sehari-hari
3. Menurun motivasi untuk melakukan
kegiatan

4. Marah – marah tanpa sebab


5. Bicara dan tertawa sendiri
6. Menyendiri / mengurung diri di kamar
7. Tidak mau bergaul
8. Tidak memperhatikan kebersihan diri
9. Ingin bunuh diri
2. Kebutuhan dan
Masalah Kesehatan Jiwa
1.1. Kebutuhan dan
Masalah Kesehatan Jiwa
DI INDONESIA
Masalah Kesehatan Jiwa
di Indonesia
NO GANGGUAN JIWA PREVALENSI

Riskesdas Riskesdas PASUNG


2007 2013 (Riskesdas
2013)
1 ODGJ Berat
0.46% 0.17% 14.3%
2 ODGJ Ringan (GME)
11.6% 6.0%

ODGJ 2013
TERTINGGI NO 1 : ACEH DAN JOGYA : 0.27%
KEDUA : SULSEL : 0.26%
KETIGA : JATENG DAN BALI : 0.23%
MASALAH KESEHATAN JIWA
DI INDONESIA
NO VARIABEL JUMLAH

1 Penduduk
250 juta
2 ODGJ Ringan/GME (6%)
15 juta org
3 ODGJ Berat (0.17%)
425 ribu org
4 Pasung (14.3%)
60 ribu org
10/5/2019
Sehat
ODMK/Risiko ODGJ
Ringan/GME
15 jt

ODGJ Berat
425 ribu

Promosi Pasung 60 ribu

Kuratif &
Pencegahan Rehabilitasi

Kuratif
Masalah Kesehatan Jiwa Indonesia (Riskesdas
2013)
15
1.2. Kebutuhan dan
Masalah Kesehatan Jiwa
DI SULAWESI SELATAN
MASALAH KESEHATAN JIWA
DI SULAWESI SELATAN
NO VARIABEL JUMLAH
1 Penduduk (2014) 8.432.000 org
2 ODGJ Ringan/GME (9.3%)
767.312 org

3 ODGJ Berat (0.26%) 21.923 org


4 Pasung (14.3%)
3.135 org

10% ODGJ memerlukan Rawat Inap: 2.192 org


TARGET PELAYANAN
KESEHATAN JIWA:
RENTANG SEHAT-RISIKO-SAKIT

Sehat Risiko Sakit


TARGET SAKIT DI
PELAYANAN & RUMAH
ASUHAN SAKIT: 2.192
Anak Pra Anak org
KEPERAWATAN Sekolah Sekolah

Kanak2 SAKIT DI
Remaja
KELUARGA/
SEHAT DI KOMUNITAS
KELUARGA/ 21.923 org
KOMUNITAS Bayi Dewasa

RISIKO DI
KELUARGA/
Bumil Lansia KOMUNITAS
POTENSIAL EKONOMI YANG HILANG
DI SUL-SEL PER BULAN: ODGJ BERAT
NO SDM Yang tidak Potensi ekonomi
produktif yang hilang

1 Jumlah Pasien X UMR :


21.923 X 2.600.000 57 M

2 Jumlah Care Giver:


org (50%) X 2.600.000 28.5 M

TOTAL POTENSI
EKONOMI YANG 85.5 M
HILANG
TARGET PELAYANAN
KESEHATAN JIWA
1. SEHAT JIWA TETAP SEHAT
2. RISIKO GANGGUAN JIWA JADI SEHAT JIWA
3. GANGGUAN JIWA JADI
MANDIRI DAN PRODUKTIF

SULAWESI SELATAN
SEHAT JIWA
3. Pelayanan Dan Kebijakan
Kesehatan Jiwa
Fasilitas pelayanan Tantangan masa
kesehatan jiwa sekarang
• Pelayanan kesehatan jiwa belum • fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah
terintegrasi di pelayanan primer saatnya berbasis pada komunitas
(community based care) yang terintegrasi
• 21,47% Puskesmas memberikan ke dalam pelayanan primer
layanan kesehatan jiwa
• sistem berbasis rumah sakit menjadi
• 33 % RSU yang memberikan layanan berbasis komunitas
kesehatan jiwa
• pasien gangguan jiwa dapat dirawat pada
• 8 Provinsi yang tidak memiliki RSJ seluruh pelayanan kesehatan
• jumlah dan ketersediaan yang
berkesinambungan obat psikotropik
di puskesmas
Pelayanan Kesehatan
Jiwa Norwegia
• Rumah sakit tidak lagi menjadi pusat
pelayanan bagi pasien jiwa, tapi
rumah sakit akan melayani pasien
jiwa akut yang beresiko terhadap
keselamatan dirinya dan orang lain.
• Dokter keluarga
• Sistem rujukan pelayanan kesehatan
jiwa tersusun sistematis
Peran
pemerintah
• Meningkatkan kemampuan pasien
jiwa agar dapat kembali ke dunia kerja
• Memperkerjakan pasien jiwa
• Digaji sebagaimana layaknya pekerja
pada umumnya
PAYUNG HUKUM DI TAHUN

10/5/2019
2014
UNDANG – UNDANG KESEHATAN JIWA
 Ketok Palu DPR RI: 8 Juli 2014
 Ditetapkan: No 18 Tahun 2014
UNDANG – UNDANG KEPERAWATAN
 Ketok Palu DPR RI : 25 September 2014
 Ditetapkan : No 38 Tahun 2014
UNDANG – UNDANG TENAGA KES
 Ketok Palu DPR RI : 25 September 2014
 Ditetapkan : No 36 Tahun 2014
• PERMENKES RI, No. 43 Tahun 2016,
Tentang Standar Pelayanan Minimal
26
BAB 1. KETENTUAN UMUM
Pasal 1
 Kesehatan Jiwa
 Orang Dengan Masalah Kesehatan Jiwa (ODMK)
 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

Risiko /
Sehat ODMK
ODGJ
Asas Upaya Kesehatan Jiwa
(Pasal 2)
Keadilan

Perikemanusian

Manfaat
ASAS PELAYANAN
KESEHATAN
Transparansi

Akuntabilitas

Komprehensif

Pelindungan

Nondiskriminasi
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

10/5/2019
JIWA (UU Keswa N0 18 Tahun 2014, pasal 4)

Promotif

Preventif

Kuratif

Rehabilitatif

29
Target Upaya promotif
UU KESWA NO 18, 2014, Pasal 8

• Keluarga;
• Lembaga pendidikan;
• Tempat kerja;
• Masyarakat;
• Fasilitas pelayanan kesehatan;
• Media massa;
• Lembaga keagamaan dan tempat ibadah; dan
• Lembaga pemasyarakatan dan rumah
tahanan.
UPAYA PROMOSI

10/5/2019
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT
USIA PROMOSI KESEHATAN TEMPAT
JIWA
BUMIL TKT IBU HAMIL POSYANDU BUMIL
Kesehatan Mental Ibu Hamil DSSJ/PUSKESMAS
Persiapan Menjadi Orang Tua RSU/RSJ
BAYI TKT BAYI POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh RSU/RSJ
KANAK TKT KANAK-KANAK POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
2 Pola Asuh PAUD, TK, UKS JIWA
RSU
APRAS TKT APRAS POSYANDU
Stimulasi Perkembangan DSSJ/PUSKESMAS
Pola Asuh PAUD, TK, UKS JIWA
RSU
31
10/5/2019
UPAYA PROMOSI
KESEHATAN JIWA UNTUK KELOMPOK SEHAT
USIA PROMOSI KESEHATAN JIWA TEMPAT
ANAK TKT USIA SEKOLAH DSSJ/PUSKESMAS
SEKOLA Stimulasi Perkembangan UKS JIWA
Pola Asuh RSU/RSJ
H Pencegahan Buyilling & Bunuh Diri

REMAJA TKT REMAJA DSSJ/PUSKESMAS


Stimulasi Perkembangan UKS JIWA
Pola Asuh RSU/RSJ
Pencegahan Buyilling & Bunuh Diri
DEWASA TKT DEWASA DSSJ/PUSKESMAS
Manajemen Stres dan Manajemen Konflik UKS JIWA
RSU
LANSIA TKT LANSIA DSSJ/POSBINDU
Program Kesehatan Mental Lansia: PUSKESMAS
Pencegahan Demensia, Alzeimer RSU 32
Tujuan Upaya preventif Kesehatan Jiwa
(pasal 11)

Mencegah terjadinya masalah kejiwaan


Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan
jiwa
Mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada
masyarakat secara umum atau perorangan
Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial
UPAYA PENCEGAHAN

10/5/2019
MASALAH KESEHATAN JIWA
KELOMPOK RISIKO UPAYA PENCEGAHAN

Sakit Fisik Manajemen Stres di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan
Putus Sekolah
Manajemen stres
Putus Kerja
Ketahanan Mental
Kehilangan Orang yang
dicintai
Program Antisipasi
Nara Pidana
Kemiskinan Program Kesejahteraan
34
Korban Bencana Manajemen Stres
PREVALENSI
Hipertensi > 29%

Infark jantung > 22%

Epilepsi > 30%

Stroke > to 31%

Diabetes > 27%

Kanker > 33%

HIV/AIDS > 44%

TBC > 46%

Populasi > 10%


Umum WHO, 2003,
Tujuan Upaya Kuratif
Kesehatan Jiwa (pasal 18)

Penyembuhan atau
pemulihan
Pengurangan penderitaan
Pengendalian disabilitas
Pengendalian gejala penyakit
UPAYA KURATIF DAN

10/5/2019
REHABILITATIF

Orang
Dengan Masalah Kesehatan Jiwa
(ODMK)
 RSU
 Komunitas
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
 RSJ
 RSU
 Komunitas

37
Tujuan Upaya
Rehabilitatif Kesehatan Jiwa
(pasal 25)

Mencegah atau mengendalikan


disabilitas
Memulihkan fungsi sosial
Memulihkan fungsi okupasional
Mempersiapkan dan memberi
kemampuan mandiri di masvarakat
PERMENKES RI, No. 43 Tahun 2016,
TENTANG STANDAR PELAYANAN
MINIMAL
Pasal 2, Ayat 2, j & i

“ SETIAP ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ)


MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN SESUAI
STANDAR”

“SETIAP ORANG BERISIKO TERINFEKSI HIV


MENDAPATKAN PEMERIKSAAN HIV SESUAI STANDAR”

PENYAKIT YANG TERCANTUM PADA SPM: HIPERTENSI,


DIABETES MILITUS, TB PARU, ODGJ DAN HIV
INDIKATOR KELUARGA SEHAT
1. Mengikuti Program Keluarga Berencana
2. Ibu Bersalin di Fasilitas Kesehatan
3. Bayi Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap
4. Bayi Mendapat ASI
5. Balita Mendapat Pantauan Pertumbuhan dan Perkembangan
6. Penderita TBC Paru Mendapat Pengobatan Standar
7. Penderita Hipertensi Mendapat Pengobatan Teratur
8. Penderita Gangguan Jiwa Mendapat Pengobatan dan Tidak
Terlantar
9. Anggota Keluarga Tidak Ada Yang Merokok
10. Keluarga Menjadi Anggota Jaminan Kesehatan Nasional
Distribusi Kondisi Kesehatan Sesuai dengan
Tahap Tumbuh Kembang di Kelurahan Ciparigi (n = 664)

NO KELOMPOK JUMLAH SEHAT RISIKO ODGJ ODGJ


USIA /ODMK BERAT RINGAN
(sakit fisik)
1 HAMIL 11 10 1 0 0
2 BAYI 33 33 0 0 0
3 KANAK-KANAK 38 37 1 0 0
4 ANAK PRA
46 45 1 0 0
SEKOLAH
5 ANAK SEKOLAH 48 47 1 0 0
6 REMAJA 26 21 4 1 0
7 DEWASA 351 17 296 36 3
8 LANJUT USIA 111 24 86 1 0
TOTAL 664 234 389 38 3
Indikator Keluarga Sehat Kelurahan Ciparigi
2017, (n= 2.093)
NO Indikator Keluarga Sehat Jumlah
KK
1 Keluarga mengikuti program KB 162
2 Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 32
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 98
4 Bayi mendapat ASI secara ekslusif 67
5 Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan 342
6 Penderita TBC paru mendapatkan pengobatan standar 18
170 KKJ 7 Penderita HT mendapatkan pengobatan secara teratur 380
8 Penderita ggn jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
28
diterlantarkan
9 Anggota keluarga tdk ada yg merokok 565
10 Keluarga sdh menjadi anggota JKN 1.280
11 Keluarga memiliki akses sarana air bersih 2.078
4. STIGMA PADA ODGJ
What’s happening in
Indonesia?
• Masalah tidak dapat diselesaikan, sehingga tidak
ada pengobatan yang dapat diberikan pada penderita
gangguan kesehatan mental diasingkan/
dikucilkan,dikurung di dalam sebuah kandang
/dipasung.
• Hal yang memalukan atau sebuah aib bagi
keluarga atau kerabat.
• Hal tidak dapat disembuhkan sehingga bagi
penderitanya layak dikucilkan.
• Dapat membahayakan keselamatan orang lain.
Merujuk kepada pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang digunakan oleh PBB
pada tahun 1948, dinyatakan bahwa semua orang bebas dan setara dalam hak dan
martabatnya, termasuk orang dengan ketidakmampuan mental dan emosional. Konvensi PBB
atas hak orang dengan kecacatan berlaku pada bulan Mei 2008. Instrumen legal internasional
ini melindungi semua hak fundamental seseorang dengan kecacatan fisik dan mental, seperti
menunjukkan kapasitas diri, memilih pilihan mereka sendiri, hidup dalam komunitas,
menikmati privasi, dilindungi dari tindak diskriminasi, bebas dari penyiksaan, perawatan
yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan, termasuk eksperimen ilmiah dan medis
tanpa ijin (WHO, 2007).

Program Indonesia Bebas Pasung 2014, namun pada kenyataannya belum ada informasi yang
akurat terkait keberhasilan program ini.
Program lepas pasung digalakkan, namun re pasung belum diantisipasi dengan baik

Penelitian helena :
“Upaya Preventif tindakan Pasung oleh keluarga Klien Gangguan Jiwa”
AKPD Algorima Keputusan Pasung daulima, KKPD Kuesioner keputusan pasung Daulima
TERAPI KEPUTUSAN PERAWATAN TANPA PASUNG DAULIMA
ALUR PELEPASAN PASUNG
PELATIHAN DETEKSI DINI MAPING
(perawat, (Nakes, Kader, (SEHAT,
dokter, kader) Mhsw+Dosen) ODMK, ODGJ)

PELEPASAN BERBATAS WAKTU KOORDINASI


(Pemerintah,
KEBERSIHA MAKAN SOSIALISAS OBAT
pendidikan, aparat,
N DIRI I masyarakat,
keluarga)

MAINTENANCE REHABILITAS
(psikofarmaka, I
askep, TAK, (Terapi
posyandu Jiwa) Okupasi)
MOTTO – TARGET PASUNG

10/5/2019
PASUNG di
LEPAS

PASUNG

NO PASUNG Yang Lepas


BARU NO PASUNG

47
10/5/2019
MOTTO – TARGET ODGJ
ODGJ
TERDETEKSI

ODGJ

ODGJ ODGJ
PRODUKTIF MANDIRI

48
4. PELAYANAN KESEHATAN
JIWA BERBASIS MASYARAKAT
Levels of Care & Intervention

10/5/2019
Low High

MPKP
1
Mental Hospital
Frequency PICU Cost
2 Psychiatric unit in general CLMHN
hospital

3 Community mental health services AC CMHN


(outpatient/outreach)
IC CMHN
4 Mental health care
through primary health care services
BC CMHN
DSSJ 5
Informal and formal community care/support
outside the health sector
KKJ
6 Self/Family care: Keluarga sehat
SHG UKSJ
High Low
Kualitas Pelayanan yang dibutuhkan 50
(Keliat, 1997; Maramis A, 2005; adapted from van Ommeren, 2005)
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

10/5/2019
JIWA (UU KESWA no 18 tahun 2014, pasal 48)

Puskesmas dan jejaring, klinik pratama, dan


praktik dokter dengan kompetensi pelayanan
Kesehatan Jiwa

Rumah sakit umum

Rumah sakit jiwa

Rumah perawatan
51
PKM KECAMATAN:
Satu Dokter Umum Plus Keswa
Satu Perawat Plus Keswa

Ners
Kelurahan 1:3/5 D3
STRATEGI D3
D3
PELAYANAN 1: 10
KEPERAWAT RW 1: 10
Kader
Kader Kes
Kes
AN MENUJU
KELUARGA Kader Kader
Kader Kes
SEHAT RT Kes Kes
1 : 10 KK
1: 10 KK 1 : 10 KK
PELAYANAN KESWA BERBASIS
MASYARAKAT
Tim Kes:
Dokter
Perawat

TOMA
KLIEN:
1. ODGJ
2. ODMK
3. SEHAT
KADER
(KKJ)

KELUARGA
10/5/2019
KEGIATAN KADER
Asuhan Kader Kesehatan Jiwa
 Medeteksi KesWa Keluarga
 Merujuk Pasien ke PKM
 Melakukan Kunjungan Rumah Min 1X per minggu

Asuhan Keluarga
 Mengenal Masalah Pasien
 Mampu memutuskan pelayanan kesehatan pasien
 Mampu merawat pasien : perawat diri, bersosialisasi,
melakukan kegiatan rumah tangga
 Menciptakan suasana keluarga yang kondusif
 Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa
54
KEGIATAN PERAWAT DAN

10/5/2019
DOKTER
Asuhan Keperawatan di Masyarakat:
 Melatih Mengendalikan Gejala
 Melatih Merawat Diri (Self Care)
 Melatih Bersosialisasi
 Melatih Melakukan Kegiatan Rumah Tangga (Activity
Daily Living)
 Melatih Bekerja

Asuhan Medik
 Penetapan diagnosis kesehatan jiwa
 Pemberian Obat

55
CONTINUITY OF CARE

Pelayanan
Pelayanan Sekunder
Peristiwa
- Self & Keluarga Primer RSU
- Kader
Stresor Puskesmas Pelayanan
- Sekolah/Komunitas
Panti Tersier
RSJ
CONTINUITY OF CARE DI DALAM
RSJ
Hand Over Hand Over
Rumah:
Self care/
Home
care
1. Pulang ke
URI Rumah: Self care/
IGD /
URJ Ruangan A- Ruangan Home care
B 3. Rujuk YanKes

PKM/Ya
Hand Over: Follow up URJ n Primer
Rehabilitasi
• Social
entrepreneurship : menyediakan
pekerjaan

• Partnership : mencari pekerjaan

• Supportive : bantuan pemerintah


KERJASAMA
LINTAS SEKTOR
PERAN PENDIDIKAN

10/5/2019
KESEHATAN / KEPERAWATAN
Institusi
Pendidikan Kesehatan di Kota
Makasar :
 AKPER : ….
 STIKES : ….
 Fak KED : ….
 Jumlah : ….

Kecamatan : ….
Puskesmas : ….
PEMBAGIAN PRAKTIK: …….

60
10/5/2019
TUGAS PENDIDIKAN
KESEHATAN / KEPERAWATAN
Menetapkan
Kecamatan/Kelurahan/RW/Rt tempat
praktik di masyarakat
Deteksi
Kesehatan Jiwa Masyarakat:
termasuk pasung
Melatih Kader Kesehatan Jiwa
Asuhan Keperawatan Jiwa

61
10/5/2019
KELUARGA SAHABAT PERAWAT

Tiap mahasiswa merawat satu keluarga

Melakukan kunjungan rumah: 1 kali per 2 mg


 Ners : 125 kunjungan rumah
 Vokasi : 75 kunjungan rumah

Kegiatan yang dilakukan: promosi, prevensi dan


rujukan

62
PEMBERDAYAAN TOKOH

10/5/2019
MASYARAKAT
Ketua RT

Ketua RW / Kadus

Lurah / Kades

Camat

PKK tiap tingkat : RT sd Propinsi 63


Penatalaksanaan Pemberdayaan Keluarga
Melalui Lintas Sektor
Lokasi Penanggung Jawab
Propinsi
Gubernur

Kabupaten/ Bupati/
Kota Dinas Walikota Organisasi
terkait Masyarakat
(ORMAS)
Kecamatan Camat

Kelurahan Lurah Kader


Kesehatan
RW Jiwa (KKJ)
Rukun Warga
Keluarga dengan anggota
Keluarga keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
PERAN SERTA DINAS SOSIAL

10/5/2019
Identifikasi
Peran Dinas Sosial & Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan

Kerjasama tentang pasien gangguan jiwa


yang: gelandangan, pasung

Rehabilitasi Psiko Sosial di Masyarakat

65
10/5/2019
PERAN SERTA SATPOL PP

Deteksi Pasien Gangguan Jiwa

Penanganan Pasien Gangguan Jiwa


Mengetahui sistem rujukan
Cara menangkap yang pasien gangguan jiwa
Koordinasi dengan pemerintah setempat

66
PERAN SERTA PKK
DariRT – RW – Kelurahan – Kecamatan –
Propinsi – Pusat

Fasilitasi Kader Kesehatan Jiwa

Peningkatan Kesadaran Kesehatan Jiwa


Masyarakat 10/5/2019 67
10/5/2019
BAPEDA
Semua Kegiatan memerlukan uang

 Pelatihan Perawat dan Dokter di PKM


 Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa
 Kunjungan rumah pasien gangguan jiwa
 Rujukan bolak balik dari masyarakat ke RSJ
 Penyediaan pelayanan (tenaga dan obat)

68
PENYELENGARAAN JAMINAN
KESEHATAN BPJS DALAM
MASALAH KESEHATAN JIWA
Lebih dari 34.000 orang Amerika meninggal setiap tahun
sebagai akibat dari bunuh diri.

Orang dengan penyakit jiwa yang serius memperpendek rentang


hidup, hidup rata-rata hanya sampai 53 tahun. Sekitar 64%
antidepresan diresepkan dalam perawatan primer praktek.
(Stuart,2009)

Pada tahun 1996, Global Burden of Disease Study memeriksa


107 penyakit di seluruh dunia, terdapat lima masalah kesehatan
mental yang menjadi penyebab utama kecacatan fisik di negara
maju yaitu, depresi berat, penyalah gunaan alkohol, skizofrenia,
luka ditimbulkan sendiri, gangguan bipolar (Murray dan Lopez,
1996)

Pada tahun 2020 gangguan mental dan penyalahgunaan obat


terlarang akan melampaui semua penyakit fisik sebagai
penyebab utama kecacatan di seluruh dunia.
Orang dengan
gangguan jiwa

Stigma Masyarakat

Orang dengan Jaminan kesehatan Obat hanya tersedia di


gangguan jiwa Biaya pengobatan tidak menanggung Fasilitas Kesehatan
dianggap kerasukan yang mahal biaya pasien dengan Rujukan Tingkat
Dan tidak dapat gangguan jiwa Lanjutan (Rumah
disembuhkan sakit rujukan)

DIPASUNG
BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dibentuk oleh
pemerintah untuk memeberikan Jaminan Kesehatan kepada masyarakat.
Peraturan yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan program jaminan social
adalah Undang-undang no 40 tahun 2004 tentang system jaminan sosial dan
Undang-Undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelangaraan Jaminan
sosial.

• kecelakaan lalu lintas,


• kosmetik dan estetika,
• infertilitas,
BPJS Kesehatan menanggung KECUALI • ortodontie,
berbagai jenis gangguan kesehatan • gangguan kesehatan akibat
ketergantungan obat dan
minuman beralkohol,
• gangguan kesehatan akibat
menyakiti diri sendiri,
• alat kontrasepsi dan pelayanan
kesehatan bencana.
PENYELENGARAAN JAMINAN
KESEHATAN BPJS DALAM MASALAH
KESEHATAN JIWA

Pemerintah sudah menyediakan BPJS sebagai jaminan sosial yang


mampu menangani berbagai permasalah penyakit, termasuk
gangguan kesehatan mental. Skizofrenia, merupakan salah satu
penyakit gangguan mental berat yang mendapat jaminan dan
pelayanan berobat secara gratis bagi peserta baik di tingkat
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).

Penderita skizofrenia harus mengonsumsi obat yang dibutuhkan


sepanjang hidupnya. Begitu pula konsultasi rutin, baik dengan
psikolog maupun psikiater. Selain konsultasi dan pemeriksaan
medis, BPJS Kesehatan juga menjamin tindakan psikoterapi dan
prosedur tes diagnostic kesehatan jiwa. Pelayanan kesehatan ini
tidak terbatas untuk penyakit skizoprenia saja, namun juga masalah
kesehatan mental lainnya seperti depresi, gangguan personality,
bipolar dan lain-lain.
PENYELENGARAAN JAMINAN
KESEHATAN BPJS DALAM MASALAH
KESEHATAN MENTAL
Obat-obat yang dibutuhkan seperti Risperidone, Valproate, Clozapine dan
Quetiapine tercantum dalam Formalarium Nasional untuk peserta BPJS
Kesehatan. Obat-obatan tersebut tidak hanya tersedia di fasilitas kesehatan
tingkat rujukan, namun juga tersedia di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Hal yang perlu di garis bawahi adalah masalah kesehatan mental yang bersifat
di ciptakan oleh diri sendiri seperti ketergantuang obat-obatan terlarang dan
alkohol tidak bisa di tanggung oleh BPJS Kesehatan.

Hal yang perlu di garis bawahi adalah masalah kesehatan mental yang bersifat
di ciptakan oleh diri sendiri seperti ketergantuang obat-obatan terlarang dan
alkohol tidak bisa di tanggung oleh BPJS Kesehatan.
Dengan adanya program BPJS Kesehatan, penderita
gangguan kesehatan mental tidak perlu lagi di pasung
atau di kucilkan, yang perlu dilakukan adalah
mendaftarkan penderita sebagai peserta BPJS
Kesehatan, bayar iuran secara rutin dan sambangi
fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang
tepat.
TREND DAN ISSUE
Bullying
Bullying
• Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian
adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan
gangguan psikis bagi korbannya berupa stress yang muncul dalam bentuk gangguan
fisik atau psikis, atau keduanya

• Data kasus bullying di Amerika dilaporkan oleh Josephson Institute of Ethics yang
telah melakukan survei pada 43000 remaja, hasilnya 47% remaja berusia 15 hingga
18 tahun telah mengalami bullying dan 50% dari remaja tersebut telah meng-ganggu,
menggoda, dan mengejek siswa lain. National Association of Elementary School
Principals (2013) melaporkan bahwa setiap tujuh menit anak dibully di lingkungan
sekolah, dan setiap bulan ada tiga juta murid absen dari sekolah karena merasa
tidak nyaman.

• Di Indonesia, kasus bullying di sekolah menduduki peringkat teratas pengaduan


masyarakat ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di sektor pendidikan.
Dari 2011 sampai Agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait masalah
tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang pendidikan seba-
nyak 1.480 kasus.
Cyber bullying
Kasus perundungan siber di Indonesia cukup tinggi,
sebagaimana temuan dari penelitian yang dilakukan oleh
Kementerian Komunikasi dan Infor-matika bersama UNICEF pada
tahun 2011 hingga 2012 (Kominfo, 2012). Penelitian tersebut
melibatkan 400 anak dan remaja pada rentang usia 10 hingga 19
tahun yang berada di 11 provinsi di Indonesia. Hasil riset
menunjukkan bahwa 13% menyatakan mengalami perundungan siber
dalam bentuk hinaan, ancaman, dan dipermalukan di media sosial
dan pesan teks. Tidak hanya itu, 9% menyatakan pernah
mengirimkan pesan berupa hinaan dan kemarahan melalui media
sosia dan 14% melalui pesan teks. Jumlah ini berarti 13 dari 100
responden merupakan korban perundungan siber, dan 23 dari 100
responden merupakan pelaku perundungan siber.
Bentuk ini adalah perang kata-kata di dunia siber dengan menggunakan
Flamming
bahasa yang mengandung amarah, vulgar, mengancam, dan merendahkan.

Bentuk ini adalah perundungan siber yang menggunakan kata-kata kasar,


harassment
menyerang, dan melecehkan seseorang secara berulang-ulang. B
Perundungan siber yang dilakukan dengan cara menuliskan posting-an
E
denigration atau komentar hinaan yang bohong, gosip kejam, dan rumor tentang
seseorang untuk merusak reputasi.
N
Akun palsu, adalah meretas akun media sosial seseorang, melakukan T
impersonating posting sebagai orang tertentu, atau membuat akun palsu dengan tujuan
untuk membuat seseorang terlihat buruk sehingga me-rusak reputasi U
seseorang.
K
tipu daya, adalah memperdaya seseorang untuk melakukan sesuatu yang
trickery
memalukan, membuka informasi memalukan tentang dirinya sendiri
berupa teks, foto, dan video untuk disebar secara luas di internet
perundungan siber yang dilakukan dengan mengirimkan pesan berkali-kali
yang berisi ancaman, intimidasi, dan secara terus-menerus mengikuti
cyberstalking
aktivitas daring seseorang dengan tujuan membuat orang itu tidak nyaman
dan merasa khawatir atas keselamatannya.
Ciri – ciri Korban Cyber Bullying
• Depresi
• Gelisah, merasa tidak aman
• Sedih berkepanjangan,
• Percaya diri rendah, kurangnya kemampuan
ber-sosialisasi, dan selalu tampak sendiri
baik di sekolah maupun di tempat kerja.
• Selain itu, korban cenderung menghindari
komputer, telepon genggam, dan yang
memungkinkan ia mengakses surel, ruang
obrol, dan pesan teks.
Pencegahan Cyber Bullying
Ada tiga langkah untuk mencegah perundungan siber (Keller, 2012), yaitu ;

• Jika mengetahui seseorang menjadi target perundungan siber, segeralah


memberitahukan kepada keluarga, teman, guru, dan atasan. Langkah
lainnya, berbicara dengan orang yang mampu menghentikan perundungan
siber.

• Jangan turut berpartisipasi dalam kegiatan yang merendahkan dan


menyakiti orang lain.

• Khusus untuk anak di bawah umur, biarkan orangtua mengetahui kata


kunci akun media sosial untuk menghindari perundungan siber. Saling
menghormati privasi masing-masing memang perlu, tetapi pencegahan dari
perundungan siber tetap perlu diterapkan.
TREND DAN ISSUE
ADIKSI GADGET/INTERNET
Era modern saat ini tidak ada gadget, mungkin pekerjaan atau sosialisasi
MANFAAT GADGET DALAM
dengan orang yang terhalang waktu dan jarak akan susuah melakukan
KEHIDUPAN
komunikasi

Mencari informasi Hiburan

Alat Komunikasi Gaya Hidup


Kecanduan merupakan keterlibatan terus-menerus
baik dengan zat atau aktivitas tertentu yang akan
terus dilakukan oleh objek yang bersangkutan
walaupun mengakibatkan konsekuensi negatif.
Beberapa contoh kecanduan atau adiksi :
• Internet/gadget

• Bekerja

• Belanja

• Seks, pornografi, dll.


American Psychological Association (APA)

Pada rentang umur 18 hingga 37 tahun

• 90 % dari pemakai golongan ini memang aktif menggunakan sosial media.

• hampir semua orang dewasa (99 %) setidaknya memiliki satu alat ekektronik (termasuk televisi).

• hampir 9 dari 10 orang (86 %) memiliki komputer

• 74 % memiliki telepon genggam dengan sambungan internet

• 55 % memiliki tablet.
(https://www.cnnindonesia.com dikses tanggal 12 September 2017).
TOP 20 COUNTRIES WITH
THE HIGHEST NUMBER OF INTERNET USERS
Population, Internet Users Internet Growth (*) Facebook
# Country or Region
2017 Est. 30 June 2017 Penetration 2000 - 2017 30 June 2017
1 China 1,388,232,693 738,539,792 53.2 % 3,182.4 % 1,800,000
2 India 1,342,512,706 462,124,989 34.4 % 9,142.5 % 241,000,000
3 United States 326,474,013 286,942,362 87.9 % 200.9 % 240,000,000
4 Brazil 211,243,220 139,111,185 65.9 % 2,682.2 % 139,000,000
5 Indonesia 263,510,146 132,700,000 50.4 % 6,535.0 % 126,000,000
6 Japan 126,045,211 118,453,595 94.0 % 151.6 % 26,000,000
7 Russia 143,375,006 109,552,842 76.4 % 3,434.0 % 12,000,000
8 Nigeria 191,835,936 91,598,757 47.7 % 45,699.4 % 16,000,000
9 Mexico 130,222,815 85,000,000 65.3 % 3,033.8 % 85,000,000
10 Bangladesh 164,827,718 73,347,000 44.5 % 73,247.0 % 21,000,000
11 Germany 80,636,124 72,290,285 89.6 % 201.2 % 31,000,000
12 Vietnam 95,414,640 64,000,000 67.1 % 31,900.0 % 64,000,000
13 United Kingdom 65,511,098 62,091,419 94.8 % 303.2 % 44,000,000
14 Philippines 103,796,832 57,607,242 55.5 % 2,780.4 % 69,000,000
15 Thailand 68,297,547 57,000,000 83.5 % 2,378.3 % 57,000,000
16 Iran 80,945,718 56,700,000 70.0 % 22,580.0 % 17,200,000
17 France 64,938,716 56,367,330 86.8 % 563.1 % 33,000,000
18 Turkey 80,417,526 56,000,000 69.6 % 2,700.0 % 56,000,000
19 Italy 59,797,978 51,836,798 86.7 % 292.7 % 30,000,000
20 Korea, South 50,704,971 47,013,649 92.7 % 146.9 % 17,000,000
TOP 20 Countries 5,038,740,614 2,818,277,245 55.9 % 944.1 % 1,326,000,000
Rest of the World 2,480,288,356 1,067,290,374 43.0 % 1,072.2 % 651,703,530
Total World Users 7,519,028,970 3,885,567,619 51.7 % 976.4 % 1,977,703,530
http://www.internetworldstats.com/top20.h
PERSENTASE PENGGUNA INTERNET
di INDONESIA

USIA PERSENTASE
18-25 tahun 49.00%
26-35 tahun 33.80%
36-45 tahun 14.60%
46-55 tahun 2.40%
Sumber: https://statistik.kominfo.go.id
56-65 tahun 0.20%
Penelitian yang diadakan
oleh Kementerian Informasi
dan Informatika (Kominfo),
UNICEF dan Harvard
University ini mengambil
sampel 400 remaja berumur
10-19 tahun yang tersebar di
11 provinsi Indonesia.
Hasilnya ternyata sungguh Setidaknya 30 juta
mengejutkan, hampir 80 %
remaja Indonesia anak-anak dan remaja
kecanduan internet. di indonesia
merupakan pengguna
Beberapa dekade terakhir
ini, istilah internet addiction
sudah diterima sebagai salah
satu jenis gangguan klinis
yang membutuhkan
penanganan
(Young dalam Young, 2009).

Young (2009) menjelaskan


bahwa internet addiction
merujuk pada penggunaan
teknologi yang tidak
terkontrol dan merugikan.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
DSM-5 (2013)
Internet addiction berkaitan dengan berbagai macam dampak negatif;
• merusak hubungan dalam kehidupan nyata
• mengganggu aktivitas masa lalu, tidur, pekerjaan, pendidikan, sosialisasi,dan
hubungan
Obsesi terhadap internet menimbulkan kemunduruan hubungan di dalam
kehidupan nyata
• kurang perhatian, agresif dan sikap bermusuhan
• stres, disfungsional koping, prestasi akademik rendah, masalah dengan memori
verbal,merasa tidak bahagia dan sendirian.
Selain itu, dampak psikosomatis yang dapat terjadi antara lain masalah
tidur dan beberapa masalah psikosomatis lainnya.
GEJALA ADIKSI GADGET / INTERNET

FISIK PSIKOLOGIS DAN SOSIAL


• kurang perhatian kebutuhan • Mengalami eurofia saat sedang
pribadi dan kesehatan online
• masalah neuromuscular • Tidak mampuan untuk mengontrol
• berkurangnya waktu tidur • Menyangkal bial dirinya kecanduan
• berubahnya pola makan walaupun gejalanya sudah jelas
• sulit berkonsentrasi • Menarik diri dari pergaulan
• gangguan pada mata dan • Merasa cemas dan depresi bila
tulang belakang jauh dari gadget/internet dalam
jangka waktu tertentu
• Mendapat masalah dengan
keluarga , pekerjaan dan teman
BAGAIMANA MENGELOLA
KECANDUAN INTERNET?
• Mengenali dan menyadari
problem dasar Anda
• Membentuk mekanisme adaptasi
yang lebih baik
• Memperkuat dukungan social
• Buatlah catatan penggunaan internet Anda
• Buatlah
kesepakatan waktu atau jadwal kapan
Anda dapat berinternet
• Lakukan aktivitas lain selain berinternet
SEHAT JIWA BERSAMA PERAWAT

SEHAT JIWA TETAP SEHAT

RISIKO SAKIT JIWA JADI SEHAT

SAKIT JIWA JADI MANDIRI DAN


PRODUKTIF

Anda mungkin juga menyukai