Anda di halaman 1dari 37

Ruth Mayana Rumanti, S.Farm., M.Si., Apt.

Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia.


Oleh karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitas
yang lebih tajam. Tetes mata harus efektif dan tersatukan
secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan
steril.
SEDIAAN MATA

sediaan steril yang berupa larutan, salep, atau


suspensi,digunakan untuk mata dengan
meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir
mata di sekitar kelopak mata dan bola mata

Ocular administration of drug is primarily associated with the need


to treat ophthalmic diseases.
SEDIAAN MATA
Obat mata idealnya harus memiliki sifat:
1. Penetrasi yang baik pada kornea mata
2. Memiliki waktu kontak yang lama pada permukaan
kornea mata
3. Mudah dipakai oleh pasien
4. Tidak mengiritasi dan bentuknya nyaman digunakan
Jenis – Jenis Obat mata
 tetes mata (Oculoguttae)
 salep mata (Oculenta)
 pencuci mata (Colyria)
 bentuk pemakaian khusus (Lamela dan penyemprot
mata)
 serta inserte sebagai bentuk depo yang digunakan
pada mata utuh atau terluka.
 Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek
diagnostik dan terapetik lokal,
Beberapa bahan obat

Pelebar pupil (midriatika): Atropin, Skopolamin,


Fenilefrin, dan Epinefrin.
Penyempit pupil (miotika): Pilokarpin, Fisostigmin,
Neostigmin.
Antiinfeksi yaitu golongan antibiotika: Kloramfenikol,
Ofloxacin, Levofloxacin.
Persyaratan Sediaan Mata

a. Steril
 Persyaratan Farmakope modern yaitu mensyaratkan
sterilitas kuman (angka kuman = 0)
 Meskipun pada pembuatannya dilakukan dengan kerja
aseptik
 Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi
mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat yang dapat
menyebabkan hilangnya daya penglihatan, mata terluka
sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi
uap) atau menyaring larutan dengan filter pembebas
bakteri.
Persyaratan Sediaan Mata
 b. Kejernihan (bebas partikel melayang)
 Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat
bahan padat.
 Sebagai material penyaring digunakan leburan gelas, misalnya Jenaer
Fritten dengan ukuran pori G3 – G5.
 Oleh karena filtrasi dengan kertas saring atau kain wol tidak dapat
menghasilkan larutan bebas partikel melayang
 c. Pengawetan
 Dengan pengecualian sediaan yang digunakan pada mata luka atau
untuk tujuan pembedahan, dan dapat dibuat sebagai obat bertakaran
tunggal, maka obat tetes mata harus diawetkan.
 Pengawet yang sering digunakan : thiomersal (0.002%), garam fenil
merkuri (0,002%), garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-
0,01%), dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%), klorheksidin
(0,005-0,01%), klorbutanol (0,5%), dan benzilalkohol (0,5-1%).
Persyaratan Sediaan Tetes Mata
d. Tonisitas
Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati
isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak
dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat
mencuci keluar bahan obatnya.
Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat
digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis,
umumnya digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau
asam borat (1,5-1,9%) steril.
Persyaratan Sediaan Mata
e. Stabilitas
1. Pendaparan
 Harga pH mata = pH darah yaitu 7,4. pH larutan yang
nyaris tanpa nyeri adalah pH 7,3-9,7. Namun, pH 5,5-11,4
masih dapat diterima
 Tetes mata didapar atas dasar beberapa alasan, Mis:
untuk memperbaiki daya tahan (penisilina), untuk
mengoptimasikan kerja (misalnya oksitetrasiklin) atau
untuk mencapai kelarutan yang memuaskan (misalnya
kloromfenikol).
 Contoh dapar tetes mata: Borat buffer pH 6,8-9,1
Citrat buffer pH 2,5-6,5
Persyaratan Sediaan Mata
2.Viskositas dan aktifitas permukaan
Viskositas kekentalan
Mengurangi tegangan muka secara signifikan. sehingga
meningkatkan waktu kontak mata. Sehingga menurunkan
tingkat drainase dan meningkatkan bioavailabilitas obat
Dengan meningkatkan viskositas maka dicapai distribusi
bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak
yang lebih panjang.
Sediaan tetes mata juga memiliki sifat lunak dan licin sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena itu sediaan ini
sering dipakai pada pengobatan keratokonjunktifitis. Sebagai
peningkat viskositas digunakan metal selulosa dan
polivinilpiroridon (PVP).
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK
MEMENUHI PERSYARATAN TERSEBUT
 Kecermatan & kebersihan selama proses pembuatan
 Proses pembuatan dilaksanakan seaseptis mungkin
 Adanya bahan antimikroba yang tepat untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme baik selama pembuatan
ataupun saat pemakaian obat tetes mata
 Formula yang tepat mencakup larutan isotonis, pH yang
sesuai (obat tetes mata)
 Teknologi pembuatan serta peralatan yang menunjang
Jenis-jenis sediaan mata
OBAT TETES MATA ANTI GLAUKOMA
 Cth : Epinefrin, fenilefrin
 Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh
tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan
rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian
retina dibelakang bola mata.
 Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima
cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses
informasi penglihatan.
 Salah satu obat yang dapat digunakan sebagai anti
glaukoma adalah obat adrenergik seperti epinefrin (0,25 –
2%), fenilefrin (2,5 -10%), dan lain-lain.
Jenis-jenis sediaan mata
SEDIAAN PENCUCI MATA (Kolirium)
 berupa larutan steril, jernih, bebas jasad renik, isotonis,
digunakan untuk membersihkan mata.
 Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet
(Formularium Nasional Edisi II, Hal 310).
 Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring
hingga jernih, masukkan dalam wadah, tutup dan
sterilkan.
 Alat dan wadah yang digunakan dalam pembuatan
kolirium harus bersih dan steril.
Jenis-jenis sediaan mata
SEDIAAN PENCUCI MATA (Kolirium)

 Kolirium memiliki nilai isotonis yang ekivalen dengan


NaCl 0,9 %. Batas toleransi terendah setara dengan
NaCl 0,6 % dan batas tertinggi setara dengan natrium
kolrida 2,0 % tanpa gangguan yang nyata.
 Nilai pH air mata normal lebih kurang 7,4.
 Range pH untuk larutan mata yang masih di
perbolehkan adalah 4,5 – 9. ( FI IV, Hal 13 ).
 Nilai pH air mata normal + 7,4.
Persyaratan larutan pencuci mata

1. Nilai isotonisitas
 Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai
nilai isotonisitas sesuai larutan Natrium Klorida 0,9 %.
2. Pendaparan
 Air mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 oleh
karena itu sistem dapar harus dipilih sedekat mungkin
dengan pH fisiologis.
Persyaratan larutan pencuci mata

3. Steril
 Untuk zat aktif tahan panas, sterilisasi akhir
dengan autoklaf. Jika memungkinkan,
penyaringan membran.
4. Pengawet
 Untuk cuci mata takaran ganda.
5. Persyaratan lain adalah jernih (Farmakope
Indonesia Ed IV, hal.13)

PENCUCI MATA UNTUK MATA MERAH BENGKAK
 Mata merah,bengkak dan berair dapat disebabkan karena terinfeksi
jamur atau bakteri,atau bisa juga disebabkan karena adanya luka
didalam mata sehingga mata teriritasi dan menimbulkan mata
merah,bengkak dan berair.
 Larutan pencuci mata Asam borat ini berkhasiat sebagai fungistatik
dan bakteriostatik sehingga dapat mengobati mata merah, berair dan
bengkak.
PENCUCI MATA ANTI FUNGI
 Mata yang terinfeksi oleh jamur atau bakteri bisa menyebabkan mata
menjadi merah, bengkak dan berair. Hal ini dapat diatasi dengan
larutan pencuci mata dengan asam borat sebagai zat aktif.
 Asam borat berkhasiat sebagai fungistatik dan bakteriostatik lemah
serta natrium borat sebagai pendapar juga bisa sebagai antibakteri
sehingga dapat mengobati iritasi pada mata.
Contoh: Obat tetes mata atropin sulfat/midriatik
 FARMAKOLOGI
 Atropin sulfat menghambat M. constrictor pupillae dan M.
ciliaris lensa mata, sehingga menyebabkan midriasis dan
siklopegia (paralisis mekanisme akomodasi). Midriasis
mengakibatkan fotopobia, sedangkan siklopegia menyebabkan
hilangnya daya melihat jarak dekat.
 FARMAKODINAMIKA
 Sesudah pemberian 0,6 mg atropin SK pada mulanya terlihat
efek terhadap kelenjar eksokrin, terutama hambatan salivasi,
serta efek bradikardi sebagai hasil perangsangan N. vagus. Mula
timbulnya midriasis tergantung dari besarnya dosis
 Obat tetes mata sulfasetamid Na
 Obat tetes mata dengan zat aktif sulfasetamid Na berkhasiat
sebagai antibakterial,dosis yang umum digunakan untuk sediaan
tetes mata adalah 10% (DI hal 2613).
Obat tetes mata neomisin sulfat
 Obat tetes mata dengan zat aktif Neomycin sulfat
berasal dari Streptomyces Fradie Waksman (familia
Streptomycetaceae) yang berkhasiat sebagai
antibakteri sehingga dapat melawan infeksi mata.
 Obat tetes mata anastetik lokal
(tetrakain hidroklorida)
 Anastetik lokal adalah obat yang dapat menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup.
 Anastetik lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan
saraf secara permanen. Kebanyakan anastetik lokal memenuhi syarat ini.
 Batas keamanan harus lebar, mula kerja harus sesingkat mungkin,
sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk
melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian sampai
memperpanjang masa pemulihan.
 Zat anastetik lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat
disterilkan tanpa mengalami perubahan.
 Salah satu anastetik lokal yang dapat digunakan secara topikal pada mata
adalah Tetrakain Hidroklorida. Untuk Pemakaian topikal pada mata
digunakan larutan Tetrakain Hidroklorida 0,5%. Kecepatan anastetik
Tetrakain Hidroklorida 25 detik dengan durasi aksinya selama 15 menit atau
lebih.
Obat tetes mata betametason natrium
 Betametason termasuk golongan kortikosteroid, dapat mengatasi
gejala inflamasi mata bagian luar maupun pada segmen anterior.
 Obat dapat diberikan pada kantung konjungtiva yang akan mencapai
kadar terapi dalam cairan mata, sedangkan pada gangguan bagian
mata posterior lebih baik diberikan sistemik.
 Pada konjungtivitis karena bakteri, virus atau fungus, obat ini dapat
menimbulkan masking effect sehingga infeksi dapat menjalar ke dalam
dan menimbulkan kebutaan. Hal yang membahayakan ini sering
terjadi pada pemberian kombinasi dengan antibiotik.
 Obat ini tidak boleh digunkan pada herpes simpleks mata (dendritis
keratitis), karena dapat memperburuk keadaan dan menimbulkan
kekeruhan kornea yang menetap. Pada laserasi dan absrasio mata
akibat trauma mekanik, kortikosteroid topikal dapat memperlambat
penyembuhan dan menyebarkan infeksi. (Farmakologi dan Terapi, hal:
497)
Obat tetes mata tetrasiklin hcl
 Tetrasiklin merupakan antibiotik paling luas
spektrumnya, aktif terhadap bakteri gram positif dan
negatif, spiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia dan
protozoa tertentu.
 Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam
air,tetapi bentuk garam Natrium atau garam HCl-nya
mudah larut. Dalam keadaan kering bentuk garam
HCL tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam bentuk
larutan tetrasiklin sangat labil jadi cepat berkurang
potensinya.
Obat tetes mata hidrokortison asetat
 Hidrokortison adalah suatu hormon glukokortikoid yang
dihasilkan oleh korteks adrenal, hidrokortison memiliki
khasiat farmakologi sebagai anti radang, misalnya akibat
trauma, alergi dan infeksi.
 Hidrokortison juga memiliki daya immunosupresi dan anti
alergi. Hidrokortison dapat dibuat sebagai sediaan tetes
mata untuk mengobati proses peradangan seperti radang
pada selaput mata, selaput bening, dan pinggir kelopak
mata (conjungtivitis, creatitis, blepharitis).
 Hidrokortison asetat bersifat tidak larut dalam air sehingga
hidrokortison asetat dibuat sediaan suspensi obat mata
untuk mengobati inflamasi pada mata. Bentuk sediaan
suspense dapat meningkatkan waktu kontak obat dengan
kornea, sehingga memberikan kerja lepas lambat yang
lebih lama .
 Obat tetes mata Na diklofenak
 Sediaan obat mata yang sering digunakan adalah
sediaan tetes mata karena dianggap lebih mudah dan
nyaman digunakan. Zat aktif yang digunakan dalam
percobaan adalah natrium diklofenak yang berkhasiat
sebagai antiinflamasi setelah operasi katarak.
Obat tetes mata sebagai miotika (pilokarpin HCl)
 Pilokarpin HCl dibuat sediaan tetes mata karena berfungsi
sebagai miotik untuk pengobatan glaucoma. Sediaan tetes mata
merupakan sediaan dosis ganda sehingga diperlukan bahan
pengawet seperti Benzalkonium klorida
 Glaukoma adalah penyakit mata dimana terdapat peninggian
tekanan intraokuler, yang bila cukup lama dan tekanannya
cukup tinggi dapat menyebabkan kerusakan anatomis dan
fungsional. Pilokarpin HCl merupakan bahan obat yang khas
digunakan pada mata (opthalmologika) dengan kerja penyempit
pupil (miotika)
 Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid
tumbuhan, yang bekerja pada efektor muskarinik dan sedikit
memperlihatkan sedikit efek nikotinik sehingga dapat
merangsang kerja kelenjar air mata dan dapat menimbulkan
miosis dengan larutan 0,5 - 3%. Obat tetes mata dengan zat aktif
Pilokarpin berkhasiat menyembuhkan glaukoma dan mata
kering. Dosis Pilokarpin yang paling umum digunakan untuk
sediaan tetes mata adalah 1 – 4%
 OBAT TETES MATA
TETRAHYDROZOLIN HCL
 anti iritasi dan alergi
 Obat tetes mata dengan zat aktif Tetrahydrozolin HCl
berkhasiat menyembuhkan secara simtomatis edema
konjungtiva, hyperemia sekunder yang disebabkan
alergi mata, iritasi ringan dan konjungtivitis katarak.
Efek penyembuhan termasuk iritasi terbakar, iritasi
mata, rasa gatal, rasa sakit dan mata berair yang
berlebihan.
 Dosis Tetrahydrozolin HCl paling umum digunakan
untuk sediaan tetes mata adalah 0,05%
 (DI hal 2704).
 Obat tetes mata tetrahydrozolin hcl
 anti iritasi dan alergi
 Obat tetes mata dengan zat aktif Tetrahydrozolin HCl berkhasiat
menyembuhkan secara simtomatis edema konjungtiva, hyperemia
sekunder yang disebabkan alergi mata, iritasi ringan dan konjungtivitis
katarak. Efek penyembuhan termasuk iritasi terbakar, iritasi mata, rasa
gatal, rasa sakit dan mata berair yang berlebihan.
 Dosis Tetrahydrozolin HCl paling umum digunakan untuk sediaan
tetes mata adalah 0,05%
 (DI hal 2704).
 Obat tetes mata epinefrin HCL
 Epinefrin HCL secara topikal digunakan untuk mengurangi tekanan
intraokuler penderita glaukoma sudut lebar berdasarkan efek
vasokonstriksi lokal yang menyebabkan pembentukan cairan mata
berkurang.
 Obat tetes mata NaCl dan KCl
 Sediaan ini berkhasiat untuk menjaga isotonisitas dan karekteristik sel.
 Obat tetes mata difenhidramin HCl
 Untuk sediaan larutan topikal biasanya mengandung 1-2%
difenhidramin HCL. Obat tetes mata difenhidramin HCL merupakan
suatu larutan obat mata yang dapat melawan peradangan karena
sebab-sebab mekanis, kimia atau imunologik.difenhidramin
merupakan suatu antihistamin golongan etanolamin yang dapat
digunakan untuk pengobatan reaksi hipersensitifitas atau keadaan lain
yang disertai pelepasan histamin endogen berlebih . pada beberapa
orang reaksi hipersensitifitas pada mata yang disebabkan oleh alergi
dari luar ( misalnya : debu,asap). Tanda yang terlihat pada reaksi
hipersensitifitas atau masuknya alergi dari luar berupa mata perih dan
gatal.
 Obat tetes mata gentamisin HCl
 Gentamisin sistemik diindikasikan untuk infeksi oleh kuman gram
negatif yang sensitif antara lain E coli, serratia, klebsiela,pseudomonas,
proteus.(farmakologi dan terapi edisi 4 hal 674 )
 Obat tetes mata polimiksin B sulfat
 Polimiksin B sulfat aktif terhadap berbagai kuman negatif terutama
Ps.aeruginosa . obat ini bekerja dengan mengganggu fungsi
pengaturan osmosis oleh membran sitoplasma kuman. Jarang terjadi
resisten pada antibiotik ini .
 Obat tetes mata timolol maleat
 Sediaan tetes mata yang mengandung timolol maleat dibuat untuk
digunakan pada pengobatan penyakit glaucoma dan ocular hipertensi.
Glaucoma adalah peningkatan tekanan intraoculer akibat produksi
cairan yang berlebihan. Biasanya sediaan yang dibuat diinginkan
menyerupai atau meniru fungsi dari air mata, sehingga dibuat
senyaman mungkin untuk mata.
 Obat tetes mata polivinil alkohol
 Sediaan tetes mata yang mengandung polivinil alkohol ini dibuat
untuk digunakan pada mata yang kering sehingga membutuhkan
lubrikasi.

 Obat tetes untuk mata kering (NaCl)
 Ditambah pengental (PVA) untuk meningkatkan
viskositas dan berguna untuk memperpanjang durasi
kontak di mata.
 Jika hanya NaCl, NaCl mudah keluar sehingga waktu
kontak di mata hanya sebentar. Karena ditambah PVA
dan benzalkonium klorida maka konsentrasi NaCl
harus diturunkan agar diperoleh sediaan mata yang
isotonis
Suspensi Obat Mata
 Dilakukan jika bahan obat tidak larut dalam penyangga yang
cocok. Contoh: kostikosteroid
 Syarat utama suspensi air atau minyak yaitu ukuran partikel
yang sangat dibatasi
 Pada suspensi digunakan serbuk yang telah dimikronisasi
untuk menghindari terjadinya rangsangan iritasi pada mata.
 Ukuran partikel : <30 nm.
 Untuk menstabilkan suspensi ditambahkan viskositas
 Sehingga umumnya suspensi memiliki efek yang lebih
panjang dibanding bentuk larutan
Salep Obat Mata
 Pembuatan salep mata harus steril dan berisi zat antimikroba,
pengawet, antioksidan dan stabilizer
 Batasan ukuran partikel:
- setiap 10 mikrogram zat aktif tidak boleh mempunyai partikel >
90 nm.
- tidak boleh lebih dari 2 partikel > 50 nm
- tidak boleh lebih dari 20,25 nm
 Salep mata tersisa dalam kontak dengan jaringan mata
selama periode yang berkelanjutan
 Oleh karena itu, salep mata menghasilkan efekterapetik dalam
jangka waktu yang lama (longduration).
 Kerugian utama dari obat salep mata adalah bahan meninggalkan
film diatas mata pasien. Dengan demikian penglihatan pasien
dapat terganggu
STERILISASI OBAT TETES MATA
1. Umumnya obat dilarutkan dalam cairan pembawa,
mengandung salah satu bahan pengawet atau bahan
pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan
dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup
wadah dan sterilkan dengan cara otoklaf pada suhu 115 C
– 116 C selama minimal 30 menit, tergantung volume
cairan yang akan disterilkan.
2. Obat dilarutkan dalam cairan pembawa berair yang
mengandung salah satu bahan pengawet yang cocok dan
larutan disterilkan kemudian di filling kedalam wadah
yang sudah steril secara aseptis dan tutup rapat.
STERILISASI OBAT TETES MATA

3. Obat dilarutkan ke dalam pembawa berair yang


mengandung salah satu bahan pengawet yang cocok
dan larutan dijernihkan dengan jalan penyaringan.
Larutan masukkan kewadah tutup rapat dan sterilkan
dengan uap air mengalir pada suhu 98C-100C selama
30 menit,tergantung volume cairan yang akan
disterilkan
Penambahan pengawet

 Semua obat tetes mata harus dalam keadaan steril.


 Pengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat
tetes mata yang digunakan dalam dosis ganda.
 Kontaminasi dapat terjadi pada waktu:
a. pengisian dalam wadah karena peralatan yang tidak
tepat.
b.selama pemakaian obat karena bentuk wadah yang
tidak cocok
Syarat pengawet dalam sediaan mata

 Harus efektif dan efisien.


 Tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau pembantu
lainnya.
 Tidak iritan terhadap mata
 Tidak toksis

Anda mungkin juga menyukai