Anda di halaman 1dari 21

Puasa, Ritual Kelaparan Kolosal

Ritual puasa ada dalam beberapa agama lain.


Puasa Kamis Putih dalam agama Kristen,
misalnya.
Bangsa Arab Pra-Islam mengenal juga puasa
tanggal 10 Muharram (Asyura’). Islam
mengenal puasa pada tahun 2 hijriyah. Nabi
Muhammad menjumpai 9 kali puasa
sepanjang hidupnya.
‫علَى‬ ِ ‫علَ ْي ُك َُم‬
َ ِ‫الصيَا ُمَ َك َما َُكت‬
َ َ‫ب‬ ََ ِ‫ين آ َمنُوا ُكت‬
ََ ‫ب‬ ََ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
ََ َُُّ‫ن قَ ْب ِل ُك َْم لَعَلَّ ُك َْم َت َت‬
‫ون‬ ََ ‫الَّ ِذ‬
َْ ‫ين ِم‬
“Wahai orang yang beriman diwajibkan atas
kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang sebelum kalian. Semoga kalian
bertakwa kepada Tuhan” (QS. Al Baqarah:
183).
Orang Muslim menunaikan ibadah puasa pada
bulan Ramadhan, bulan kesembilan dalam
kalender Islam. “Barangsiapa yang
menyaksikan bulan maka berpuasalah” (QS. Al
Baqarah:
• Puasa (dalam bahasa Arab disebut shiyaam atau
shoum) memiliki definisi secara bahasa dan definisi
secara syar’i. Definisi puasa secara bahasa adalah
‘menahan diri untuk tidak berbuat sesuatu’. Dalam
al-Quran, ada ayat yang menunjukkan penggunaan
definisi puasa secara bahasa. Yaitu, perintah Allah
kepada Maryam (ibunda Nabi Isa):

َ‫ص ْوَ ًماَفَلَ ْنَأ ُ َك ِل َمَا ْلَيَ ْو َم‬ َّ ‫ِإ ِنيَنَذَ ْرتُ َ ِل‬
َ َ‫لر ْح َم ِن‬
ِ ‫ِإ ْن‬
‫سيًّا‬
Sesungguhnya aku bernadzar puasa untuk arRahman
(Allah) sehingga aku tidak akan berbicara pada hari ini
dengan manusia manapun (Q.S Maryam:26)
Dalam ayat tersebut, Maryam bernadzar untuk puasa,
namun dalam definisi secara bahasa, yaitu ‘menahan
diri untuk tidak berbicara.
• Imam Hanafi mengartikan puasa yaitu menahan diri
dari sesuatu yang dikhususkan yaitu makan, minum,
dan jima’ dengan syarat-syarat tertentu.
• Madzhab Maliki mengartikan puasa yaitu menahan diri
dari syahwat mulut, syahwat kelamin, dan apapun yang
disandarkan pada keduanya dimulai dari terbitnya fajar
sampai selesainya siang (Ghurubus Syams).
• Imam Syafi’i mengartikan puasa yaitu menahan diri
dari sesuatu yang dikhususkan pada waktu yang khusus
bagi orang-orang tertentu.
• Menurut Imam Hambali, Puasa yaitu menahan dari
segala sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari
terbitnya fajar yang kedua sampai pada terbenamnya
matahari
• Dalam fiqih kemunculan bulan, termasuk
Ramadhan, dapat diketahui melalui tiga cara:
1. Ru’yat (melihat bulan). Bulan mungkin
dilihat bila telah mencapai ketinggian 2
derajat
2. Hisab (menghitung bulan) dengan
perpaduan matematika modern.
3. Istikmal (menyempurnakan) hitungan bulan
menjadi tiga puluh hari.
Secara bahasa Ramadhan artinya panas, karena,
menurut sebuah riwayat, membakar dosa-dosa
manusia.
Menurut Hasbi Ashshidiqy, bulan Ramadhan
mempunyai beberapa sebutan:
1. Syahrullah (bulan Allah)
2. Syahrul Qur’an (bulan Al Qur’an)
3. Syahrun Najah (bulan keselamatan)
4. Syahrus Shabri (bulan kesabaran)
5. Syahrut Tilawah (bulan membaca)
6. Syahrur rahmah (bulan rahmat)
7. Syahrus Shiyam (bulan puasa)
8. Syahrul Id (bulan perayaan)
Puasa berarti al-imsak (menahan) karena puasa
menahan makan dan minum serta hubungan
suami-istri sejak fajar/subuh terbit hingga
matahari tenggelam. Lebih dari itu, Seyyed
Hossein Nasr (2003: 111) menandaskan puasa
mensyaratkan seseorang agar menjaga pikiran
dan lidahnya jauh dari pemikiran dan perkataan
kotor serta lebih mengasihi kepada kaum papa.
TINGKATAN PUASA
• Rasul SAW menegaskan bahwa sesungguhnya puasa itu

ada tiga tingkatan. Yakni, puasanya orang awam, puasa

khawas, dan puasanya khawasul khawas.

1. Puasanya orang awam (umum) adalah sekedar

menahan haus dan lapar dari terbit fajar sampai

terbenamnya matahari.
• 2.Puasa orang khawas adalah menahan makan
dan minum serta semua perbuatan yang
membatalkannya. Misalnya mulutnya ikut
berpuasa dengan tidak berkata kotor,
mencaci, mengumpat, atau mencela orang
lain. Demikian juga dengan tangan dan
kakinya, dipergunakan untuk perbuatan yang
baik dan terpuji. Sementara telinganya hanya
dipergunakan untuk mendengarkan hal-hal
yang baik. Puasa khawas ini adalah puasanya
orang yang alim dan fakih.
• 3. Puasa orang khawasul khawas adalah tidak
hanya sekedar menahan makan dan minum
serta hal-hal yang membatalkannya, termasuk
menahan seluruh anggota pancaindera, tetapi
hatinya juga ikut berpuasa. Menurut para
ulama, inilah jenis puasanya para Nabi dan
Rasul Allah. Puasa yang demikian itulah yang
akan diberikan balasan oleh Allah secara
langsung.
Tiga Tahapan Spiritualitas
• Ramadhan adalah madrasah ruhaniah dan
wahana pembelajaran demi mengasah
dimensi spiritual manusia, bukan semata ritual
replikatif-karitatif. Bila ditilik dari proses
pencapaian puncak spiritualitas manusia,
puasa disokong tiga tahapan utama yang
integral.
Pertama, takhalli. Takhalli diawali dengan
pemancangan kehendak kuat meluruhkan
keburukan, termasuk keburukan sosial-politik.
Berdasarkan ketentuan syari’at, puasa
menuntut setiap orang tidak makan, minum,
dan melakukan hubungan seksual dari
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari,
melainkan juga meninggalkan segala bentuk
keburukan. Puasa tidak akan bermakna bila
seorang bergumul dengan keburukan
Kedua, tahalli. Tahalli berarti menghiasi diri
dengan kebaikan. Selama ini kebaikan
cenderung dimaknai dengan ibadah ritual.
Kebaikan bermakna luas sekali. Berkhidmat
kepada orang yang dilanda kemiskinan dan
kelaparan termasuk kebaikan yang tidak
ternilai. Nabi Muhammad berwasiat, “Segala
sesuatu ada kuncinya, dan kunci surga adalah
mencintai orang-orang miskin” (HR. Daruqutni
dan Ibn Hibban).
Ketiga, tajalli. Puasa mengajarkan pencerahan
spiritual bahwa Tuhan senantiasa hadir dalam
kehidupan manusia (omnipresence).
Kesadaran ini akan membuahkan pribadi
humanis, yaitu manusia yang mempunyai
kesadaran eksistensinya dan essensi
penciptaan dirinya. Kesadaran itu pula
senantiasa membimbing seseorang senantiasa
menanggalkan keburukan dan berlomba-
lomba dalam kebaikan.
Takwa, itu apa?
Menurut Yusuf Ali dalam The Holy Qur'an
(1983) taqwa mengandungi beberapa nilai,
antara lain: Pertama, iman yang sejati dan
matang. Taqwa tidak mungkin terpenuhi
melalui kesalahan formalistik. Lebih dari itu,
taqwa merupakan pancaran jiwa yang
dilambari dengan kesadaran ketuhanan (god
consciousness), yaitu kesadaran tentang
adanya Tuhan yang Maha Hadir
(omnipresent).
Kedua, eksternalisasi iman dalam bentuk
tindakan kemanusiaan. Iman menuntut
pelibatan dalam persoalan kemanusiaan,
karena beriman adalah penumbuhan batin
yang matang secara rohani, dan selanjutnya
pengejawantahan dalam kehidupan sosial
dengan membela kebenaran serta rangka
mengenyahkan apa yang disebut oleh al-
Qur'an dengan kerusakan di atas bumi (fasad
fi al-ardl).
Ketiga, menjadi warga negara yang baik dan
mendukung sendi-sendi masyarakat. Dalam
konteks inilah, keberagamaan seseorang tidak
dapat dibenturkan dengan komitmen
kebangsaan. Beragama justru menjadi faktor
yang penting dalam rangka menumbuhkan
ukhuwah wathoniyah (nasionalisme). Menjadi
muslim yang sejati berarti mengambil peran
dalam proses kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Keempat, mempunyai jiwa yang tangguh yang
tidak dapat digoyahkan dalam kondisi apapun.
Puasa mendidik seorang untuk bersabar dan
tahan terhadap segala godaan duniawi. Taqwa
adalah eksistensi seorang yang senantiasa
dibimbing kesadaran adanya Tuhan. Dengan
taqwa, kita tidak akan menjadi "keledai yang
kebingungan". Ketika jiwa dipenuhi dengan
taqwa, maka tidak mudah tergoyahkan oleh
hasrat dan keinginan yang berlawanan dengan
cita-cita kemanusiaan.
Kepribadian Sukses
Puasa juga memiliki korelasi dengan tujuh
kepribadian sukses menurut Maxwell Maltz.
Orang yang sukses biasa mempunyai
kepribadian sebagai berikut:
1. Sense of direction. Orang sukses mempunyai
kemampuan untuk mengarahkan dan
memimpin dirinya sendirinya. Ia tidak
ditentukan dengan lingkungan
• 2. Understanding. Mampu memahami orang
lain. Mereka tidak suka berkata, “Anda harus
memahami saya”. Tetapi justru sebaliknya.
• 3. Courage. Keberanian bertindak. Maju ke
gelangang walau seorang. Resiko apa pun
tidak menyurutkan niatnya.
• 4. Charity. Tidak egois, murah hati, suka
menolong, dan mudah memberika pujian.
5. Self-esstem. Punya harga diri, bukan
mentalitas budak dan pengemis
6. Self-acceptance. Orang sukses menerima
kelemahan-kelemahan mereka, sekaligus
mengetahui bahwa dalam diri mereka
terdapat kekuatan yang unik dan berbeda
dengan lainnya.
7. Self-confidence. Percaya diri. Tidak minder
dan arogan.

Anda mungkin juga menyukai