Anda di halaman 1dari 15

ISLAMIC ECONOMIC IN ASIA

Mochammad Fahlevi, MM, MA, M.Ud.


PENDAHULUAN
Pada masa awal perkembangan perbankan syariah antara periode 1980-1990, industri
perbankan syariah terfokus hanya pada negara timur tengah dan asia tenggara atau pada
negara yang memiliki penduduk mayoritas muslim. Sejak saat itu perbankan syariah
tumbuh sangat cepat melampaui 75 negara di dunia. Perbankan syariah dipercaya
menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi perbankan saat ini, dari yang hanya
sebuah “basic banking” pada tahun 1990an, industri perbankan syariah mengembangan
sayap ke segmen yang lebih luas seperti sukuk (islamic bonds), aset manajemen, dan
takaful (islamic insurance). Pertumbuhan aset perbankan syariah dari USD 150 Miliar
pada periode 1990 menjadi USD 1.9 Triliun pada akhir 2013, dan di prediksikan pada
tahun 2020 menjadi USD 6,5 Triliun. Pada saat ini perbankan syariah mendominasi
80,4% dalam “islamic financial asset”. Perbankan syariah saat ini menjadi pilihan
alternatif dari perbankan konvensional, tidak hanya tumbuh pada negara muslim akan
tetapi juga pada negara-negara lainnya.
ISLAMIC BANKING PRINCIPLE
Perbankan Islam atau yang kita kenal sebagai bank syariah
melarang penerapan bunga atau yang biasa disebut riba pada setiap
transaksinya. Hukum Islam melarang keras aneka penambahan
bunga dalam pengembalian pada transaksi finansial, sehingga
tingkat pengembalian dari hasil investasi diharuskan mengacu pada
real economic activities, dan kontrak porsi pembagian dari
perjanjian yang telah disepakati. Pembagian tidak hanya pada
keuntungan (profit) tetapi juga pada resiko (risk) karena perbankan
syariah sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
FIQH AL MUAMALAT
Perbankan Islam atau yang kita kenal sebagai bank syariah
melarang penerapan bunga atau yang biasa disebut riba pada setiap
transaksinya. Hukum Islam melarang keras aneka penambahan
bunga dalam pengembalian pada transaksi finansial, sehingga
tingkat pengembalian dari hasil investasi diharuskan mengacu pada
real economic activities, dan kontrak porsi pembagian dari
perjanjian yang telah disepakati. Pembagian tidak hanya pada
keuntungan (profit) tetapi juga pada resiko (risk) karena perbankan
syariah sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
KESIMPULAN
MENA (Middle East and North African) merupakan yang terdepan dalam industri bank syariah,
MENA termasuk negara GCC (Gulf Cooperation Council) adalah aliansi politik dan ekonomi dari
enam negara-Arab Timur-Tengah yaitu Saudi Arabia , Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, dan
Oman. GCC didirikan di Riyadh, Saudi Arabia, pada bulan Mei 1981 dan juga termasuk negara-
negara di Asia lainnya yang masuk dalam MENA. Bank syariah dunia saat ini di pimpin oleh beberapa
negara seperti Arab Saudi, Malaysia, Inggris, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, dan Turki negara-
negara tersebut menjadi salah satu penggagas dan penggerak pertumbuhan bank syariah di dunia.
Perkembangan perbankan syariah dapat kita lihat pada produk dan layanan perbankan yang semakin
inovatif pada saat ini. Jangkauan produk terhadap pasar telah berkembang seiring dengan semakin
berkembangnya teknologi yang mendukung pengembangan produk-produk perbankan. Industri bank
syariah secara bersama-sama saling mengembangkan layanan kepada nasabah sebagaimana yang
terdapat pada bank konvensional sebelumnya.
“MUSYARAKAH”

Istilah ekonomi Islam


MUSYARAKAH
Musyarakah (syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi) adalah bentuk umum dari usaha
bagi hasil di mana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha,
dengan proporsi bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para
mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah dilandasi
adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka
miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya.
Ketentuannya, antara lain :
1 Pernyataan ijab dan kabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak
mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
2 Pihak-pihak yang berkontrak harus sadar hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut :
• Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan.
• Setiap mitra memiliki hak umtuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.
• Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-
masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan
memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian yang disengaja.
• seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan dana atau menginvestasikan dana untuk
kepentingannya sendiri.
oleh Abu Hurairah ra:

Allah ‘Azza wa jalla telah berfirman; Aku adalah pihak ketiga


dari 2 pihak yang bersyirkah selama salah satunya tidak
mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya khianat, aku
keluar dari keduanya.

(Hr Abu dawud, alBaihaqi dan adDaruquthni)

Anda mungkin juga menyukai