Anda di halaman 1dari 43

KEJANG DEMAM

SULASTRI
1840312268
Pembimbing : dr. Rahmi Lestari, Sp. A (K)
Contents
01 Bab 1 : Pendahuluan & Latar Belakang

02 Bab 2 : Laporan Kasus

03 Bab 3 : Analisis Masalah


BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kejang Demam
Kejang demam
sederhana
Perkembangan mental dan
neurologis umumnya tetap
normal pada pasien yang Kejang demam
sebelumnya normal, kompleks
kelainan neurologis dapat
terjadi pada kasus kejang lama
atau kejang berulang, baik Kejang demam  suatu kasus kesehatan
umum maupun fokal pada anak yang cukup sering ditemui pada
saat ini.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5
pentingnya penatalaksanaan ke tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh
jang demam yang berpotensi m (suhu di atas 380C, dengan metode pengukur
enjadi kejang lama an suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh
proses intrakranial
Batasan Masalah Tujuan Penulisan Metode Penulisan

Case Report Session ini Makalah ini disusun


Penulisan case report
disusun untuk memenuhi dengan metode
session ini membahas tugas kepaniteraan klinik di tinjauan kepustakaan
mengenai tinjauan bagian Ilmu Kesehatan
yang merujuk pada
pustaka dan laporan Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang dan diharapkan berbagai literatur.
kasus mengenai
kejang demam dapat menambah pengetah
uan penulis serta sebagai
bahan informasi bagi para
pembaca, khususnya
kalangan medis.
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : EA Keluhan Utama


MR : 01055645 Kejang dan penurunan kesadaran
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 10 bulan sejak ± 3 jam sebelum masuk
Alamat : Jalan Parupuk Raya rumah sakit
Tabing, I/94 Padang
Tanggal pemeriksaan : 28 Juli
2019
Riwayat Penyakit Sekarang

 Batuk sejak 3 hari yang lalu, batuk tidak berdahak dan tidak pilek.
Demam tinggi sejak 1 hari sebelum kejang, paling tinggi 39,6C saat kejang anak masih demam, demam tidak
menggigil, tidak berkeringat.
 Kejang sejak ± 3 jam sebelum masuk rumah sakit, kejang pada seluruh tubuh terjadi tiba-tiba saat anak demam
tinggi. Saat kejang mata terpejam, kedua lengan dan kaki kelonjotan. Kejang berlangsung selama >15 menit,
anak tidak sadar setelah kejang, kemudian di bawa oleh keluarga ke IGD dan mendapat obat anti kejang diazepa
m suppos, paracetamol suppos, fenitoin drip, injeksi fenobarbital. Ini merupakan episode kejang pertama.
 Sesak nafas tidak ada, kebiruan tidak ada, penurunan berat badan tidak ada.
 Keluar cairan dari telinga, riwayat batuk lama tidak ada
 Kontak dengan penderita TB disangkal
 Muntah tidak ada
 BAB jumlah dan warna biasa.
 BAK jumlah dan warna biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak ada memiliki riwayat kejang sebelumnya.
Tidak ada riwayat trauma kepala dan keganasan.

Riwayat Penyakit Keluarga


Terdapat riwayat kejang demam pada tante kandung pasien saat beru
sia 6 bulan.
Riwayat Persalinan

Lama hamil : Cukup bulan Riwayat Makan dan Minuman Bayi


Cara lahir : Sectio Caesaria
Ditolong oleh : Dokter ASI ekslusif : 0-3 bulan
Indikasi : ketuban pecah dini Nasi Tim : 6-10 bulan
Berat lahir : 2800 gram Buah, biskuit : 6-10 bulan
Panjang lahir : 49 cm Susu Formula : 3 bln - sekarang
Keadaan sat lahir : langsung menangis Kesan : Kualitas dan kuantitas
kuat cukup
Kesan : Riwayat kelahiran
normal
Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar/umur Booster/umur

BCG 1 Bulan (skars +)

DPT:

1. 2 bulan

2 3 bulan

3. 4 bulan

Polio:

0. 0 bulan

1. 2 bulan

2. 3 bulan

3. 4 bulan

Hepatitis B:

0. 0 bulan

1. 2 bulan

2. 3 bulan

3. 4 bulan Kesan :
Haemofillus influenza B:

1.
2 bulan

3 bulan
Imunisasi dasar
2. 4 bulan lengkap
3.

Campak 9 bulan
Riwayat Tumbuh Kembang
Riwayat pertumbuhan dan Umur Riwayat gangguan perkembangan Umur

Perkembangan mental

Ketawa 3 bulan Isap jempol -

Miring 3 bulan Gigit kuku -

Tengkurap 4 bulan Sering mimpi -

Duduk 6 bulan Mengompol Sampai sekarang

Merangkak 7 bulan Aktif sekali -

Berdiri 9 bulan Apatik -


Kesan :
Lari - Membangkang -
riwayat pertumbuhan
Gigi pertama 7 bulan Ketakutan -
dan perkembangan
Bicara - Pergaulan jelek -
normal
Membaca - Kesukaran belajar -

Prestasi di sekolah -
Riwayat Keluarga

Ayah Ibu

Nama Ben hendry Marissa

Umur 49 tahun 37 tahun

Pendidikan S1 S1

Pekerjaan Wiraswasta Apoteker

Penhasilan 5.000.000 4000.000

Perkawinan Pertama Pertama

Penyakit yang pernah dideri Tidak ada Tidak ada

ta
Riwayat Perumahan dan Lingkungan

Rumah tempat tinggal : Permanen


Sumber air minum : Air kemasan
Saudara kandung Buang air besar : Jamban didalam
rumah
1. Evarista , 10 bulan, pasien Pekarangan : Luas
2. - Sampah : diangkut tukang
sampah
Kesan : Higienitas dan
sanitasi baik
Pemeriksaan Fisik

Vital Sign (saat masuk) Kulit : Teraba hangat, turgor baik


Keadaan umum : Berat BB : 7,5 kg
Kesadaran : E2M5V3 TB : 70 cm
Tekanan darah : 90/60 mmHg LK : 46 cm
Frekuensi nadi : 132 x/menit BB/U : 88,2 %
Frekuensi nafas : 30 x / menit TB/U : 97,9 %
Suhu : 38,6 °C Status gizi : gizi baik
Edema :- Anemia :-
Ikterus :- Sianosis :-
Status Internus
KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Kepala : Bulat, tidak ada deformitas, UUB tidak Paru
membonjol rambut hitam tidak mudah ro Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan (stat
ntok, lingkar kepala 46 cm (normocephal is dan dinamis), retraksi dinding dada (-)
menurut Nell Haus) Palpasi : Fremitus kiri sama dengan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ik kanan
terik, pupil isokor, diameter 2 mm/ 2 mm, r Perkusi : Sonor
efleks cahaya +/+, refleks kornea+/+, ede Auskultasi : Bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
ma palpebra tidak ada
Telinga : Tidak ada kelainan Jantung
Hidung : Napas cuping hidung tidak ada Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Gigi dan mulut : Tidak ada gigi berlubang, mukosa Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS
mulut dan bibir basah RIC V
Tenggorok : Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring Perkusi : Batas atas; RIC 2, kanan; LSD, kiri; 1 jari
tidak hiperemis medial LMCS RIC 5
Leher : tidak ada kelainan Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), Tanda rangsangan meningeal :
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Kaku Kuduk : (-)
Perkusi : Timpani Kernig : (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal Laseque : (-)
Punggung : Tidak ada kelainan Brudzunski I : (-)
Genitalia : A1M1P1
Anggota gerak : Udem (-), akral Brudinski II : (-)
hangat, CRT < 2 detik
Refleks
1. FISIOLOGIS Kanan Kiri

Biseps ++ ++

Triseps ++ ++

APR ++ ++

KPR ++ ++

2. PATOLOGIS -

Hofman-tromner + +

Babinski + +

Chaddoks + +

Oppenheimer + +

Gordon + +

Schaefner + +
Pemeriksaan Laboratorium
Feses
Makroskopis : warna kuning, konsi
Darah stensi lunak, darah tid
ak ada, lendir tidak ada
Hb : 12,0 gr/dl Mikroskopis : eritrosit tidak ada, le
ukosit tidak ada, telur
Leukosit : 9610/mm3 cacing tidak ada, amo
Trombosit : 139.000/mm3 eba tidak ada
Kesan : normal
Hematokrit : 28% Urine
Makroskopis : warna kuning muda,
Hitung jenis : B/E/NB/NS/L/M = 0/0 kekeruhan tidak ada
/0/39/55/6 (kesan : dalam batas no Sedimen : eritrosit tidak ada, le
ukosit tidak ada, silind
rmal) er {hialin (-), granular
(-), eri/leuko (-)}, epite
Kesan : trombositopeni l (+), kristal (-), bakteri
a (-), jamur (-)
Kimia urine : (-)
Kesan : normal
Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosa Kerja :
Kejang Demam Kompleks dd/
Penatalaksanaan
ensefalitis
Tatalaksana kegawatdaruratan
(IGD)
Pemeriksaan anjuran :
O2 2 liter/menit
Elektrolit
Diazepam IV 4 mg (0,2-0,5 mg/kg)
Lumbal pungsi
GDR
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan labor
Elektrolit (tanggal 24 Juli 2019)
Nutrisi dan Medikamentosa Na/K/Cal/Cl : 135/4,9/7,1/98
IVFD KaEn 1 B 750 cc/24 jam Kesan : kalsium menurun
Ampisilin 6x400 mg Hasil Lumbal Pungsi
Nonne : –
Gentamicin 2x28 mg
Pandy : –
Dexamethason 1,2 mg iv GDR : 157
Paracetamol 80 mg (T>38,5C) Jlm sel : 2
Fenitoin 2x20 mg iv PMN : - MN :-
Sibital 2x20 mg iv Glukosa LCS : 93
Kesan : tidak sesuai meningitis
Follow Up
Pasien bebas kejang 4 hari sejak ma
suk RS, hari ke-5 pasien kejang denan ciri se
perti saat di IGD, berulang hingga 3x , saat itu
anak tidak demam. Kejang berhenti setelah p
emberian diazepam, kemudian anak direncan
akan pemeriksaan EEG.
BAB 3
ANALISIS KASUS
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS
FISIK KERJA
meningitis

unprovoked kejang ensefalitis Pemeriksaan


penunjang

Gangguan
elektrolit, dll
- epidemiologi  2-5 % anak berumur 6 bulan - 5 tahun

- Saat kejang mata terpejam, kedua lengan dan kaki kelonjotan. Kej
ang berlangsung selama >15 menit  memenuhi keriteria untu keja
ng demam kompleks denan ciri-ciri kejang lama >15 menit, kejang f
okal atau kejang umum dan berulang lebih dari 1 kali 24 jam

- Pasien mengalami kejang berulang, kejang berulang terjadi


pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam
Faktor Risiko Kejang Demam Berulang

Mayor

Usia <1 tahun

Lama demam <24 jam

Demam 38-39oC (1000,4-102,2oF)

Minor

Riwayat keluarga dengan kejang demam

Riwayat keluarga dengan epilepsy

Kejang demam kompleks

Jenis kelamin laki-laki

Rendahnya kadar natrium


Patofisiologi  Kejang demam : fenomena yang terkait dengan usia.

Interaksi 3 faktor : demam, imaturitas otak dan termoregulator, serta predisposisi


genetik

Kejang merupakan kondisi akibat aktivitas neuronal yang berlebihan pada otak.

Neuron memiliki sifat khusus, yaitu eksitabilitas, merupakan kemampuan untuk mencipt
akan sinyak elektrik, menintegrasikannya, dan mentransmisikannya ke neuron lain dan
efektor.

sel-sel neuron pada otak  energi  metabolisme.


Bahan baku untuk metabolisme otak adalah glukosa.
1. Demam  kenaikan suhu 1oC  kenaikan metabolisme basal 10-12% dan kebutuhan oksi
gen akan meningkat 20%.
kenaikan suhu tubuh  mengubah keseimbangan dari membran sel neuron.
Lepasan muatan listrik  meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmiter dan
terjadi kejang.

2. imaturitas mekanisme termoregulator dan kapasitas yang terbatas untuk meningkatkan me


tabolisme energi selular, eksitabilitas neuronal juga meningkat selama proses maturasi otak.

3. Predisposisi genetik juga terbukti berkontribusi terhadap kejang demam dengan pola pewa
risan poligenik
- Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik  kejang, jenis umum, lama kejang > 15 menit
dan tidak sadar setelah kejang  kemungkinan lain selain kejang demam  penurunan
kesadaran setelah kejang  harusnya untuk kejang demam pasien sadar setelah
kejang.

- Suhu sebelumnya/saat kejang tinggi yaitu 39,5 C penyebab demam diluar infeksi
susunan saraf pusat.

- tersingkirkan penyebab kejang yang lain seperti diare/muntah yang mengakibatkan ga


ngguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang menyeb
abkan hipoglikemia

- tanda rangsangan meningeal yang negatif menyingkirkan kemungkinan tanda


meningitis, serta refleks patologis yang positif normal pada bayi.
Pemeriksaan penunjang :

1. Laboratorium : tidak rutin, untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam


urinalisis direkomendasikan pada pada pasien dengan fokus
infeksi yang tidak jelas
 lab pasien : tidak menunjukkan tanda infeksi
2. Pungsi lumbal : untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis
 ps: tidak sesuai meningitis
2. EEG : kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam komplek pada
anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal
tatalaksana IGD pasien :
- diazepam perektal,fenitoin, dan fenobarbital  sesuai
petunjuk algoritma tatalaksana kejang
-paracetamol  antipiretik.
- deksametason, di harapkan dari obat ini efek anti
inlamasi di berikan bersama pemberian antibiotik
- antibiotik pilihan : ampisilin dan gentamisin.
Tatalaksana kejang
Antipiretik dapat mengurangi ketidaknyamanan anak tetapi tidak mengurangi risiko
mengalami kejang yang berulang.

Ini mungkin terjadi karena kejang sering terjadi karena suhu naik.

Dosis parasetamol : 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari.


Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
4. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang.
5. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.

- seluruh faktor tersebut di atas ada  berulangnya kejang demam adalah 80%,
- tidak terdapat faktor  kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%
- Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama
Faktor risiko menjadi epilepsi di kemudian hari adalah:
1. Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum
kejang demam pertama
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung
4. Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam
satu tahun.

setiap faktor risiko  meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi samp


ai 4-6%
kombinasi dari faktor risiko  10-49%.
- Prognosis  secara umum sangat baik.

- Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah


dilaporkan.

- Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada


pasien yang sebelumnya normal.

- Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang
berulang, baik umum maupun fokal.
Edukasi saat anak kembali kejang

Ukur suhu, observasi dan catat la


Tetap tenang dan tidak panik
ma dan bentuk kejang.
Kendorkan pakaian yang ketat terut
Tetap bersama pasien selama kej
ama disekitar leher
ang
Bila tidak sadar, posisikan anak terl
Berikan diazepam rektal. Dan jang
entang dengan kepala miring. Bersih
an diberikan bila kejang telah berhe
kan muntahan atau lendir di mulut at
nti.
au hidung. Walaupun kemungkinan li
Bawa kedokter atau rumah sakit bi
dah tergigit, jangan memasukkan ses
la kejang berlangsung 5 menit atau l
uatu kedalam mulut.
ebih.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai