Anda di halaman 1dari 19

TRANSPLANTASI

Dosen :
Dr. Refdanita, M.Si, Apt

Shandy Azizah 16330011


Rafa Kamilah 16330036
Rizal Aditya 16330101
Harika 17330737
TRANSPLANTASI

Transplantasi organ atau jaringan


merupakan tindakan klinik sangat penting
yang bertujuan mengganti fungsi orang atau
jaringan yang rusak dengan memberikan
organ yang sehat.
Perbedaan Gen pada Proses Transplantasi

transplantasi yang transfer jaringan antara


dilakukan menggunakan individu atau genetik
jaringan sendiri Autograft Isograft identik

transplantasi yang
dilakukan dimana donor transplantasi dengan
donor dan resipien dari
dan resipien dari spesies Allograft Xenograft spesies berbeda
yang sama, tetapi
genetik tidak identik
Reaksi Penolakan Imun

Proses dari sistem imun si penerima graft menyerang organ/jaringan yang


dicangkok. Secara normal sistem imun dapat membedakan organ/ja- ringan asing dan
akan dihancurkan sama seperti reaksi sistem imun untuk menghancurkan bakteri dan
virus yg menginfeksinya. Pada umumnya tandur kulit ditolak lebih cepat dibanding
jaringan lain seperti ginjal dan jantung
Secara genetik, penolakan pada resipien terjadi karena antigen MHC/HLA pada
organ/jaringan asing. Alloantigen ini dibawake sel T oleh HLA kompleks yg
menentukan kecepatan penolakan ini akan terjadi.
Mekanisme Penolakan

Sel T berperan utama dlm proses penolakan.Setelah distimulasi, efektor CD4+sel T


menghasilkan sitokin (antara lain interleukin -2 yang menyediakan signal u/ Sel T
sitotoksik dan sel T helper. IL-2 Juga meningkatkan ekspansi klonal sel T,yang membantu
dalam proses penolakan Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam proses Respons u/
mendeteksi antigen asing.Pengenalan antgen transplantasi o/sel T Helper
disebut“allorecognition”.
Klasifikasi Penolakan

Hiperakut Kronik

Akut
Hiperakut

– Rejeksi hiperakut disebabkan oleh reaksi antibodi resipien yang


terbentuk pratransplantasi akibat transplantasi/tranfusi darah
sebelumnya dengan antigen sel endotel pembuluh darah ginjal
transplan
– Bila timbul rejeksi hiperakut, maka ginjal transplan harus diambil
segera untuk mencegah tejadinya respon inflamasi sistemik yang
lebih berat
Akut

– Hal ini merupakan penolakan umum yang sering dialami resipien


yang menerima transplan yang mismatch atau yang menerima
allograft dan pengobatan imunosupresif yang kurang dalam usaha
mencegah penolakan. Insiden penolakan akut berkisar 60 - 75 %
dari transplantasi ginjal pertama kali.
– Penolakan akut dapat terjadi sesudah beberapa hari dan tersering
pada 3 bulan pertama paska transplantasi
Kronik

– Rejeksi kronik adalah hilangnya fungsi organ


yang dicangkokkan yang terjadi secara perlahan
beberapa bulan-tahun sesudah organ berfungsi
normal dan disebabkan oleh sensitivitas yang
timbul terhadap antigen transplan atau oleh
karena timbulnya intoleransi terhadap sel T
Seleksi Donor dan Resipien

ASAL DONOR/RESIPIEN SYARAT


Asal orang hidup Donor memiliki dua ginjal yg
berfungsi baik
Tidak mempunyai penyakit menular
Tidak ada kelainan pembuluh darah
Asal orang mati Fungsi ginjal baik
Tidak ada infeksi (sepsis klinis, HIV)
Tidak ada keganasan atau penyakit
sistemik (DM, hipertensi)

Seleksi resipien ABO kompatibel (tidak identik)


Reaksi silang serum dg sel T donor
negatif
HLA mirip sebanyak mungkin
Organ yang dapat ditransplantasikan
 Ginjal
 Jantung dan Paru
 Hati
 Kornea
 Kulit
 Pankreas
 Sumsum Tulang
 Sel Punca
Pencegahan dan Pengobatan
Penolakan

Imunosupresan Antibodi yang


yang menghambat bereaksi dengan
Anti metabolit
atau mebunuh sel struktur
limfosit T permukaaan sel T

Agen yang
Bahan anti
mengeblok jalur
inflamasi
kostimulator sel T
Imunosupresan yang menghambat
atau mebunuh sel limfosit T

– Di antara bahan-bahan yang menekan respons imun,


banyak yang bersifat sitotoksik terhadap limfosit T.
Contoh bahan-bahan tersebut adalah serum anti-
limfosit (ALS) atau Anti-Lymphocyte Globulin (ALG).
Anti Metabolit

– Anti-metabolit menekan respons imun melalui toksin


yang membunuh sel T yang sedang proliferasi. Agen ini
mencegah maturasi limfosit dan juga membunuh sel T
matur yang sedang berproliferasi akibat stimulus
alloantigen (Abbas et al, 2007). Contohnya ialah
azatioprin dan mercaptopurin yang mencegah sintesis
RNA.
Antibodi yang bereaksi dengan
struktur permukaaan sel T

– Pada kebanyakan transplantasi, rejeksi terutama disebabkan CMI


atas peran utama sel T. Antibodi terhadap jaringan asing
berkompetisi dengan sel T untuk mengikat antigen transplantasi
sehingga antibodi tersebut dapat mencegah penghancuran oleh
CMI.
Agen yang mengeblok jalur
kostimulator sel T

– agen yang dapat mengeblok jalur kostimulator sel T digunakan


untuk mencegah rejeksi allograft akut. Hal ini karena agen ini
dapat mencgah pengirima signal kedua yang dibutuhkan dalam
aktivasi sel T.
Bahan anti - inflamasi

– Steroid adrenokortikoid (prednison dan prednisolon) mempunyai


khasiat anti-inflamasi. Efek steroid ialah menstabilkan membran
lisosom sehingga mencegah penglepasan enzim lisosom yang
dapat merusak jaringan. Steroid juga mencegah rejeksi dan
presentasi antigen oleh APC ke sel T, migrasi neutrofil, produksi IL-
1, IL-6 dan IL-2

Anda mungkin juga menyukai