Anda di halaman 1dari 110

SENSOR

Sensor
 Mendeteksi sutau besaran fisis, ( temperature, gaya,tekanan,
aliran fluida level fluida, kelembaban, dll.
 Sensor merupakan perluasan / peningkatan kemampuan untuk
memperoleh informasi tentang kuantitas fisik yang tidak bisa
diperoleh oleh indra manusia karena keterbatasan dan kekurang
telitian yang dimiliki manusia.

Transduser
 Alat mentransformasikan suatu besaran fisik ke besaran fisik
lainnya atau dari energi satu ke energi lainnya yang bersesuaian
 Input-transduser (phisical/elekctrical signal) dan output transduser
(electrical signal/display atau actuator
Definisi Sensor dan transduser

sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi


untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-
sinyal yang berasal dari perubahan suatu
energi seperti energi listrik, energi fisika,
energi kimia, energi biologi, energi mekanik
dan sebagainya
Contoh; Camera sebagai sensor penglihatan,
telinga sebagai sensor pendengaran, kulit sebagai
sensor peraba, LDR (light dependent resistance)
sebagai sensor cahaya, dan lainnya.

transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh


suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan
menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau
dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi
berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik,
mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).
KLASIFIKASI SENSOR
Sensor

Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan


Kebutuhan Sinyal output Mode operasi Hubungan
power supply Input-output
* dll

Sensor Sensor Sensor Sensor nul


Deflection
aktif pasif analog digital

Thermistor Potensiometer Deflection


accelerometer

Thermocouple Position encoder Servo


accelerometer
Berdasarkan kebutuhan supply daya
(catu daya)
 Sensor dapat dikalsifikasikan:
1. Modulating Sensor ( sensor aktif )
2. Self-Generating ( sensor pasif )
 Pada jenis modulating sensor (sensor aktif)
 Hampir semua daya sinyal output berasal dari sumber daya
tambahan (sumber daya dari luar).
 Input hanya mengontrol output.
 Sensor aktif biasanya membutuhkan lebih banyak kawat
dibandingkan dengan sensor pasif
 overall sensitivity dari sensor tersebut dapat dikontrol oleh
tegangan power supply
 Self-generating sensor
 Daya output berasal dari daya input.
Berdasarkan sinyal output

 Sensor analog :
 Sensor dengan output dalam domain waktu.
 Informasi biasanya diperoleh dari amplitudo.
 Sensor yang memiliki output dalam bentuk variabel
frekuensi disebut quasi-digital

 Sensor Digital
 Keluaran sensor digital berupa discrete step or state.
 Sensor digital tidak membutuhkan ADC
 Outputnya lebih mudah ditransmisikan daripada sensor
analog.
 Output digital lebih berulang ,dapat dipercaya dan
bahkan sering lebih akurat.
 Tetapi banyak kuantitas fisik yang tidak dapat diukur
dengan sensor digital.
Berdasarkan mode operasi
 Sensor deflection
 kuantitas yang diukur menimbulkan efek fisik yang menyebabkan
beberapa bagian pada instrumen memberikan efek perlawanan
yang sesuai.
 Contoh dynamometer untuk mengukur gaya : gaya yang akan
diukur membengkokkan (deflects) pegas pada titik dimana gaya
tersebut diberikan (ditekan).
 Sensor tipe-null,
 Dilakukan usaha mencegah defleksi dari titik null dengan
menggunakan efek yang berlawanan dengan yang dihasilkan oleh
kuantitas yang diukur.
 Terdapat detektor ketidak setimbangan dan beberapa peralatan
untuk memulihkan kesetimbangan.
 Pengguna harus meletakkan satu atau beberapa berat
pengkalibrasi pada wadah (pan) lain sampai kesetimbangan
dicapai, yang diketahui dari posisi pointer.
 Pengukuran null biasanya lebih akurat, tetapi sayangnya lebih
lambat.
TRANSDUSER
Ada enam jenis Beberapa keuntungan sistem
Sinyal/besaran fisik : pengukuran elektronik :
 Mecahnical  Transduser elektrik dapat
 Temperature, dirancang untuk berbagai
 Magnetic kuantitas non elektrik
 Electrik,  Berbagai macam IC
 Optical tersedia untuk
 Chemical pembentukan electric
signal conditioning atau
untuk modifikasi.
 Sinyal elektrik memiliki
pentransmisian aplikatif.
Klasifikasi Transduser
Transduser gaya Transduser pergerakkan
 Strain gauge  Shaft Encoder
 Force Transduser, Torque  Servopotensiometer
Transduser, Pressure  Kapasitif Displacement
Transduser, Load Cell, transduser
tension Transduser.  dll

Transduser Temperatur
 Transduser Cahaya
 Thermocouple
 Transduser Magnetik
 Resistance Thermometer
 Transduser Humidity
 Thermistor
 Dll
 Semikonduktor Temperature
Transduser
APLIKASI
SENSOR & TRANSDUSER
 SISTEM KONTROL  SISTEM INSTRUMENTASI
Besaran masukkan pada
kebanyakkan sistem
input + Proses output instrumentasi bukan besaran
listrik. Untuk menggunakan
metoda dan teknik listrik pada
Sensos & pengukuran, manipulasi dan
Transduser pengontrolan, besaran yang
Close loop bukan listrik ini diubah menjadi
suatu sinyal listrik dengan
menggunakan transduser.
PEMILIHAN TRANSDUSER
UNTUK SISTEM PENGUKURAN
Pemilihan suatu transduser didasari oleh tiga
pertanyaan :
 Besaran fisis apa yang akan diukur ?
 Prinsip transduser yang mana yang paling
baik digunakan untuk mengukur besaran ini?
 Berapa ketelitian yang diinginkan pada
pengukuran ini ?
Berbagai faktor mempengaruhi ketelitian
diantaranya :

 Parameter dasar transduser


 Kondisi fisik
 Kondisi sekeliling ( efek ketidaklinieraan, respon
frekuensi, efek histerisis)
 Kondisi lingkungan (temperatur, getaran, percepatan)
 Kesesuaian peralatan yang disertakan
( tahanan isolasi, penyesuaian impedansi)
SISTEM PENGUKURAN

 SISTEM
merupakan kombinasi dari dua atau lebih elemen, sub sistem dan
bagian-bagian lain yang dibutuhkan untuk mengadakan satu atau
beberapa fungsi.

Fungsi sistem pengukuran


Mendapatkan data empiris dan objektif dari sejumlah sifat atau
kuantitas suatu objek untuk menggambarkan objek yang
bersangkutan.
 Objektive: hasil pengukuran harus independent atau bebas dari
observer
 Empiris : hasil pengukuran harus berdasarkan pada data yang
diperoleh dari eksperimen.
SISTEM INSTRUMENTASI
ELEKTRONIK
 Terdiri dari sejumlah komponen yang secara bersama-sama
digunakan untuk melakukan suatu pengukuran dan mencatat
hasilnya.

Peralatan Masukkan Signal Conditioning Peralatan Keluaran


Karakteristik Statik pada Sistem
Pengukuran
Karakteristik Statik

Accuracy Precision Sensitivity Repeatibility Reproducibility Linearity


Karakteristik statis pada sistem pengukuran

 Accuracy
kualitas yang mengkarakteristik kapasitas dari alat ukur dalam
memberikan hasil yang mendekati nilai yang benar dari kuantitas
yang diukur

 Precision
Kualitas yang mengkarakteristikan kemampuan alat ukur untuk
memberikan pembacaan yang sama ketika pengukuran dilakukan
berulang-ulang pada kuantitas yang sama dalam kondisi yang
sama

 Sensitivity
perbandingan antara sinyal keluaran atau respon instrumen
terhadap perubahan masukkan atau variabel yang diukur
Karakteristik statis pada sistem pengukuran

 Repeatability
kedekatan hasil yang berturut-turut diperoleh dengan metoda
yang sama dalam kondisi yang sama dan dalam interval waktu
yang singkat
 Linearity
Keselarasan hubungan antara output dan input
 Resolusi
Perubahan terkecil pada input yang dibutuhkan untuk
menghasilkan perubahan yang bisa terdeteksi pada output,
Potensiometer

 Berbagai jenis sensor dapat digunakan untuk men-sensing jarak


yang ditempuh dari sebuah titik referensi.

 Untuk jarak yang pendek berkisar beberapa milimeter atau


beberapa centimeter dapat digunakan transduser resistif,
kapasitif, dan induktif.

 Sistem yang sangat sederhana untuk pendektesian jarak dapat


menggunakan potensiometer.

 Potensiometer adalah peralatan resistif dengan kontak


pergeseran rotary atau linier yang berfungsi sebagai transduser
yang mengubah posisi mekanik menjadi besaran elektrik yang
merepresentasikan posisi tersebut.
Potensiometer
Potensiometer
 Prinsip kerja
 Dua baterai dihubungkan satu sama lain
dengan kutub sejenis melalui sebuah
galvanometer seperti pada rangkaian .
Potensiometer
• Kemudian sebuah baterai dihubungkan
dengan resistor melalui suatu switch dan
rheostat, dan terjadi penurunan tegangan.
Pengukuran tegangan dilakukan dengan cara
menggeser titik kontak pada potensiometer
sehingga galvanometer menunjukkan angka
nol.
• Rheostat berfungsi untuk mengatur harga
arus yang melalui potensiometer yang berarti
mengatur harga skala pada kontak geser
potensiometer
Potensiometer
 Pengukuran dengan potensiometer sistem
nol yaitu bila galvanometer telah
menunjukkan angka nol yang berarti
tegangan yang diukur sama dengan
tegangan pembanding
Potensiometer
 Cara mengukur resistansi pada
potensiometer
Cara Kerja Potensiometer linier
 .

Gbr a

Gbr b
Cara Kerja Potensiometer
 Berdasarkan gambar b berarti ;
 resistansi proporsional dengan pergerakkan wipper.
 Asumsi pertama bahwa resistansi sepanjang L dalah
sama/seragam. Tetapi resistansi tidak benar-benar sama,
dimana dibatasi oleh kelinieran potensiometer.
 Asumsi kedua kontak sliding memberikan variasi resistansi
yang kecil

 Masalah utama dari metoda potensiometrik ini adalah range


potensiometer yang dibatasi oleh ukuran potensiometer yang
tersedia dan pergesekkan pada potensiometer merupakan
obstacle /penghambat bagi pergerakkan./perpindahan objek.
Presisi dapat dicapai tergantung pada seberapa linier lilitan
dapat dibuat.
Potensiometer
E0 R 
 Resistansi R tanpa beban :  
ET RT T
 Resistansi R apabila ada beban
 RT= Resistansi Potensiometer
 RL= Resistansi Beban
 α = 0 s/d 1
 RT RL
  ; R  1   RT 
T RT  RL
 RT R L  Ei
E 0  I   ; I 
 RT  R L  R
E i  RT R L  E i
E0   
R  RT  R L  1   1   RT / RL
LVDT
(Linier Differential Variabel Transformer)
 LVDT : suatu transduser elektromekanik yang dapat
mengkonversikan pergerakkan rectilinier dari suatu objek
menghasilkan keluaran elektrik yang sesuai dengan perpindahan
core

 Linier : variasi tegangan secara linier sesuai dengan perubahan


posisi core.

 Differential : tegangan keluaran LVDT merupakan differential


(beda) tegangan yang terjadi antara lilitan primer dengan lilitan
sekunder kiri dan lilitan primer dengan lilitan sekunder kanan.

 Struktur internal transformer pada LVDT terdiri dari lilitan primer


yang diletakkan sebagai pusat antara sepasang lilitan sekunder
yang identik, ruang antara primer dan sekunder adalah simetris
STRUKTUR INTERNAL LVDT
STRUKTUR INTERNAL LVDT
 Terdapat dua lilitan skunder kiri dan kanan dipisahkan oleh
sebuah lilitan primer yang menjadi pusatnya dan jarak lilitan
primer ke masing-masing lilitan sekunder adalah simetris

 Core adalah elemen yang bergerak pada LVDT, berbentuk pipa


yang terpisah yang terbuat dari bahan yang memiliki
permeabilitas magnetik. Core bebas bergerak secara aksial
terhadap coil dan secara mekanik dikopelkan pada objek yang
akan diukur posisinya

 Coil adalah lilitankan pada satu potong bentuk cekungan yang


terbuat dari polymer bertulang kaca yang memiliki kestabilan
suhu tinggi.

 Diamankan dalam sebuah rumahan silinder yang terbuat dari


stainless stell.
Linear Variable Differential
Transformer (LVDT)
LVDT
• LVDT termasuk transduser induktansi
• Induktansi dipengaruhi oleh sejumlah faktor
seperti jumlah lilitan kumparan, ukuran
kumparan dan permeabilitas fluks.
• LVDT terdiri dari
– sebuah kumparan primer,
– 2 buah kumparan sekunder,
– sebuah selongsong silinder,
– sebuah inti yang dapat bergeser.
LVDT
• Kumparan sekunder memiliki jumlah gulungan
yang sama dan ditempatkan dengan jarak yang
sama dari kumparan primer
• Selongsong silinder terbuat dari bahan non-
magnetic dan material isolasi
• Inti terbuat dari bahan besi lunak (bersifat
magnetis)
• Gulungan utama dihubungkan dengan sumber
listrik AC, gulungan sekunder dengan voltmeter
• Benda terukur dikontakkan pada lengan dari inti
besi
LVDT
 Inti besi ditempatkan secara longitudinal
untuk mengurangi kerugian arus eddy
 Ketika gulungan utama mengalami
rangsangan dari sumber AC, maka akan
menghasilkan medan magnet yang
menginduksi tegangan arus pada kumparan
sekunder
 Perbedaan output yang melewati kumparan
sekunder diukur dengan voltmeter
Posisi tengah, kanan dan kiri
KENAPA MENGGUNAKAN LVDT ?

 Friction free operation


 Tidak terdapat kontak fisik antara core yang bergerak dengan
struktur coil berarti LVDT merupakan peralatan yang tanpa gesek

 Infinite Resolution
 Sifat tanpa gesekkan dan digabungkan dengan prinsip induksi
menghasilkan karaktersitik resolusi yang tak terbatas (infinite
resolution). Hal ini dapat merespon pergerakkan yang sangat
cepat dari inti

 Unlimited Mechanical Life


 Tidak adanya gesekkan antara LVDT dan core menyebabkan
LVDT dapat digunakan untuk jangka waktu yang sangat lama
(infinite mechanical life).
KENAPA MENGUNAKAN LVDT

 Single axis sensitivity


 LVDT sensitif terhadap pergerakan core yang bersifat aksial)
tetapi tidak sensitif dengan pergerakkan core yang radial.

 Separabel Coil ang core


 Coil dan core terpisah maka interaksi yang ada hanya secara
magnetik sehingga dalam perancangan coil dan core dapat
dipisah dengan memasukan tabung non-magnetik tanpa
menggangu pergerakkan inti.

 Environmentally Robust
 Material dan teknik konstruksi yang dilakukan sewaktu
perancangan LVDT menghasilkan sensor yang tahan dan kuat
mengatasi berbagai jenis kondisi lingkungannya
KENAPA MENGGUNAKAN LVDT

 Null Point Repeatibility


 Posisi nul pada LVDT merupakan titik yang stabil dan dapat
berulang meskipun digunakan pada range temperatur yang
besar.

 Fast Dynamic Response


 Tidak adanya friksi yang terjadi selama operasinya
menyebabkan LVDT mampu memberikan respon yang cepat
terhadap perubahan posisi core

 Absolut Output
 Jika terjadi kehilangan daya maka posisi data yang diberikan
oleh LVDT tidak akan hilang. Ketika sistem pengukuran di
restar maka nilai keluaran LVDT akan tetap sama seperti
sebelum terjadi kerusakkan (kegagalan sistem)
Prinsip Transduser LVDT
 Eksitasi primer : Lilitan primer diberi daya oleh arus AC dengan
amplitudo dan frekuensi yang sesuai. Tegangan akan diinduksikan ke
kedua lilitan sekunder

 Lilitan-lilitan ini dihubungkan secara seri berlawanan sehingga kedua


tegangannya pun akan berlawanan polaritas

 Tegangaan keluaran trasduser adalah beda antara kedua tegangan


diatas, yang mana akan nol jika core berada di posisi null.

 Ketika core digerakkan dari pusat, maka tegangan induksi dalam coil
yang dituju akan meningkat seiring dengan peningkatan gerak core,
sedangkan tegangan induksi pada coil yang berlawanan akan
menurun.

 Aksi ini akan menghasilkan perbedaan tegangan keluaran yang


bervariasi secara linier dengan perubahan posisi core
Prinsip Transduser
Prinsip Transduser
APLIKASI (Pengukuran Level Air)
STRAIN GAGES
 Sifat umum strain Gages :
 Strain gages merupakan sebuah transducer pasif
 Strain gage tergolong sensor resistif
 Strain gages memiliki faktor gages(G) yang
menjelaskan sensitivitas gage terhadap faktor luar.

 ε = regangan dalam arah lateral

 perbandingan perubahan resistansi (ΔR) terhadap


resistansi semula (R) sama dengan faktor gage (Gf)
dikali elastisitas starin gage (ε) :
STRAIN GAGES

 Rumus dasar untuk resistansi dari sebuah kawat dengan luas


permuakaan , A, dan Resitivitas , ,
L
R  
A
 Besarnya perubahan resistansi juga dipengaruhi oleh material
penyusun strain gauge
Prinsip kerja Strain Gauge
Pengkondisian Sinyal
 Strain gage dihubungkan ke jembatan Wheastone

Figure . Wheatstone Bridge


Pada saat keadaan setimbang :
V0 = 0
VR3 = VR2
R1/R2 = R4/R3
Jembatan Wheastone

Metoda pengukuran menggunakan jembatan wheatstone


a. Rangkaian jembatan ¼
Hanya menggunakan satu hambatan sebagai gage aktif, sementara
hambatan lainnya passive.

Figure rangkaian jembatan1/4

Nilai tegangan keluaran :


Vo =(V/4)(∆R1/R1)
=(V/4)(k.ε)
Jembatan Wheastone

b. Rangkaian Jembatan ½
Menggunakan 2 hambatan sebagai gage aktif. Sehingga
menghasilkan kondisi regangan yang spesifik.

Terdapat dua kondisi :


1. Kondisi Jembatan tidak seimbang (Bridge balanced)
2. Kondisi Jembatan seimbang( Bridge unbalanced
Jembatan Wheastone

1. Kondisi Jembatan Seimbang (Bridge Balanced)


• Nilai perubahan hambatan pada kedua gage sama (peningkatan
nilai Rgage1& nilai Rgage2).
• Menghasilkan kondisi regangan memanjang

Figure Rangkaian Bridge Balanced


Jembatan Wheastone

2. Kondisi Jembatan tidak Seimbang (Bridge Unbalanced)

Nilai perubahan pada kedua gage tidak sama(peningkatan nilai


Rgage1 dan Rgage2)
Menghasilkan kondisi regangan membengkok
Jembatan Wheastone
c. Rangkaian Jembatan Penuh
Menggunakan seluruh hambatan sebagai gage aktif
Regangan yang dihasilkan adalah tipe torsion (torsion disebabkan
karena nilai R1 dan R4 meningkat secara bersamaan dan R2 dan R3
menurun secara bersamaan.

(a) (b)
Figure. Rangkaian Jembatan penuh (a)
Nilai Ekuivalen (b)
Penggunaan Strain gage pada Force
transduser
Sangat ideal untuk suatu regangan dengan gaya kecil
Dirancang sebuah “load ring” sebagai aplikasinya

Figure sebuah load ring

Terdapat beberapa tipe :


Small displacement
Large displacement
Piezoelectric Crystal
Transduser Piezoelektrik

 Piezoelectric transducer :
 Transduser yang prinsip kerjanya berdasarkan adanya
muatan-muatan listrik dan pengubahan bentuk bahan-bahan
tertentu yang memiliki sifat-sifat piezoelektrik
 Transduser piezoelektrik mengopelkan tenaga listrik dengan
tenaga mekanik sehingga banyak aplikasinya pada transduser
elektromekanik

 Piezoelektrik
 Sifat/kemampuan untuk membangkitkan tenaga listrik jika
dikenai gaya mekanik atau membangkitkan gaya mekanik jika
dikenai tegangan listrik.
 Sifat Piezoelektrik ini terdapat pada kristal piezoelektrik dan
berkaitan dengan struktur kristal tersebut

 Listrik yang terjangkit sebagai akibat adanya efek piezoelektrik


disebut Piezoelectricity
Transduser Piezoelektrik
 Kristal Piezoelektrik
 Kristal yang memperlihatkan adanya efek piezoelektrik pada
dirinya.
 Sifat piezoelektrik terdapat pada semua hablur ferroelektrik,
beberapa hablur non ferroelektrik dan keramik
 Bahan yang umum digunakan adalah : kristal Kwarsa, garam
Rochelle dan Titanat barium

 Ferroelektrik
 Material dielektrik seperti Titanat barium dan Garam Rochelle
yang secara listrik analog dengan material magnet
 Material ini selain memiliki sifat piezoelektrik juga memiliki sifat
histerisisnya bila berada dalam medan listrik bolak-balik, sifat-
sifat ini dimanfaatkan sebagai pembangkit dan detektor
getaran sonar dan ultrason
Efek Piezoelektrik
 Material yang menjadi berkutub listirk apabila ia diregang secara
mekanik.

 Arah dan besar pengutupan tergantung kepada sifat dan besar


regangan tersebut

 Dalam material piezoelektrik efek kebalikkannya dapat terjadi :


meregang secara mekanik apabila dikenai medan listrik

 Besar efek Piezoelektrik bergantung kepada arah regangan


mekanik relatif terhadap sumbu-sumbu kristal

 Sumbu-sumbu kristal ada 3 yaitu


 Sumbu Y = sumbu Mekanik
 Sumbu X = sumbu Elektrik
 Sumbu Z = sumbu Optik
Efek Piezoelektrik
 Efek maksimum diperoleh bila :
 Regangan mekanik dikenakan di sepanjang sumbu Y
 Tegangan elektrik dikenakan disepanjang sumbu X

 Berdasarkan orientasi terhadap sumbu-sumbu kristal ada beberapa


tipe irisan yaitu :
 Tipe X : irisan yang permukaan datarnya tegak lurus sumbu X
kristal aslinya
 Tipe Y : irisan yang permukaan datarnya tegak lurus sumbu Y
kristal aslinya
 Tipe GT, AT, BT, CT, DT, XY : irisan yang teriris pada besar
sudut tertentu
 Masing-masing irisan memiliki sifat khusus tersendiri dalam hal
koefisien suhu dan frekuensi penggunaannya
Gambar sumbu piezoelektrik
Persamaan Piezoelektrik

 Jika dielektriknya bukan material piezoelektrik maka :


 Ketika suau gaya F diberikan dan menurut hukum Hook’s dalam
range elastisitas E (modulus young) dihasilkan strain S sebesar :
S=sT ; { ε = σ/E } ……(1)
dimana : s = kelenturan = 1/E
T = tekanan (stress) = F/A

 Ketika beda potensial diberikan antara kedua plat maka


dihasilkan medan listrik E ,sehingga :
D = ε E = ε0 E + P …….(2)
Dimana : D = Rapat fluks listrik
ε = Tetapan dielektrik ; ε0 = 8.85 pF/m (Ruang Hampa)
P = Vektor Polarisasi
Persamaan Piezoelektrik
 Jika material piezoelektrik digunakan diantara dua plat maka :
 Hubungan kuantitas mekanik dan kuantitas elektrik ( medan,
tekanan dan lain-lain dalam arah yang sama) ketika diberikan
gaya F adalah :
 D = dT + ε E ………(3)
T

 S = s T + d’E ………(4)
E

 Dimana :d = koefisien muatan piezoelektrik


εT = Permitivitas pada tekanan tetap
sE = Kelenturan pada medan elektris tetap
 Jadi pada piezoelektrik terdapat ;
 strain berkaitan dengan medan listrik
 Muatan listrik berkaitan dengan tekanan mekanik
 Jika area permukaan tidak berubah dibawah tekanan yang
diterapkan maka d = d’, dengan dimensi C/N
Persamaan Piezoelektrik

 Jika persamaan (3) diselesaikan untuk mendapatkan E (medan


listrik) maka :
E = ( D / εT ) – ( Td / εT ) = ( D / εT ) – gT;
g = d / εT = koefisien tegangan piezoelektrik

 Jika persamaan (4) diselesaikan untuk mendapatkan T (tekanan)


maka :
T = ( S / sE ) – (dE / sE ) = cE S – eE
e = d/ sE = koefisien tekanan piezoelektrik

 Parameter lain yang digunakan untuk menggambarkan efek


piezoelektrik adalah koefisien coupling elektromekanik :
k = ( d2 / εT sE )1/2

Latihan : Titanate dengan d = -44 pC/N, εT = 660 ε0, e = -4.4 C/m2 dan
sE = 1/ ( 100 Gpa ), untuk kubus dengan sisi 1 cm, diberikan
gaya 1000 N maka berapa medan listrik dan pertambahan
panjang yang terjadi ?
Pembentukkan Piezoelektrik
Medan Medan
Listrik Listrik

Compacted
Monocrystal

Compacted
Polarisasi didinginkan Piezoelektrik
Monocrystal
:
:
:
: Suhu
Compacted dipanaskan
Monocrystal
Piezoelektrik material
 Piezoelektrik keramik menampilkan kelebihan :
 High thermal
 Physical stability
 Dapat di pabrikasi dalam berbagai bentuk yang berbeda
 Memiliki range nilai sifat-sifat/karakteristik yang lebih luas (
konstanta dielektrik, koefisien piezoelektrik, temperatur
curie,dll)
 Kekurangan : sensitivif terhadap temperatur parameter dan rentan
atas hilangannya sifat piezoelectric ketika mendekati temperatur
curie
 Keramik yang paling umum digunakan adalah PZT (lead Zirconate
titanate, Barium tianat dan lead niobate
 Jika tidak memungkinkan menggunakan material padat maka
jenis polymer yang umum digunakan adalah Polyvinylidene
Flouride (PVF2 atau PVDF).
 Untuk meningkatkan sifat mekanik sensor piezoelektrik maka
digunakan material piezoelektrik campuran
Sifat dalam aplikasi :
 kekurangan diantaranya :
 Koefisien piezoelektrik sensitivif terhadap temperatur diatas
temperatur curie semua material akan kehilangan sifat
piezoelektriknya. Temperatur ini berbeda untuk setiap material
 Impedansi output material piezoelektrik sangat tinggi (
kapasitansi kecil dengan resistansi bocor yang sangat besar
tapi tidak pernah tak hingga) sehingga dalam pengukuran
sinyal yang dihasilkan harus menggunakan penguatan.

 Keuntungan piezoelektrik :
 Sensitivitas tinggi
 Biaya murah
 Kekakuan mekanik sangat tinggi ( sifat yang diinginkan ) karena
dapat mengalami perubahan bentuk yang lebih kecil dari
1mikrometer, sehingga cocok untuk pengukuran gaya dan
tekanan
Prinsip transduser

gaya q = a F ks
Getaran Charge
piezoelektrik Muatan Amplifier

 q = muatan yang dibangkitkan


Tegangan
 a = tergantung dari karakteristik piezoelektrik
 F = gaya yang diberikan pada piezoelektrik
 ks = perubahan panjang per unit gaya yang diberikan
 Jika redaman pada sistem diabaikan maka sistem akan memiliki
frekuensi dimana sistem tersebut bergetar secara alami. Frekuensi
natural sebesar :
ks
n 
m
Aplikasi
Sensitivitasnya tinggi, biasanya
Keuntungan pada harga rendah
Piezoelektrik
Sensors “Stiffness” mekaniknya tinggi.

Aplikasi sederhana untuk efek piezoelektrik


Kasus a Tidak ada gaya yang digunakan tetapi hanya
tegangan V. Regangan dihasilkan. T = 0 ,
untuk small displacement
Kasus b Piringan metalik di short sircuit dan gaya
digunakan. Polarisasi timbul karena muatan
elektrik pindah dari piringan satu ke lain, untuk
gaya, getaran, tekanan

Kasus c Perubahan nol karena gaya F digunakan hanya


untuk menggantikan medan E yang mengacu
pada tegangan yang digunakan. S=0
Kasus d Open sircuit. Tidak mungkin mengirim
banyak muatan dari satu piringan ke yang
lain. D=0

t t

++++++++ -------------
- + -
V
+ - F + F
------------ ++++++++

++++++++
+ +
V - V
F F F + F -
-
-------------
Transduser Temperatur

Transduser Temperatur

Sensor Resistive Generating sensor

Resistive
Thermistor Thermocouple Pyroelektrik
Temperature
Detector
Bimetal

 Bimetal dibentuk dari penyatuan dua permukaan metal yang


memiliki nilai koefisien ekpansi yang berbeda.
 Koefisien ekpansi adalah perubahan panjang per derajat perubahan
temperatur. Pada semua metal nilai ini positif.
 Pembengkokkan ini sering digunakan untuk operasi pensaklaran
(switch contacts), biasanya satu strip membawa satu kontak.
Bimetal pada Thermostat
 Tipe konvensional dari bimetal dengan elemen strip ini masih
ditemukan dalam aplikasi thermostat (alat pengatur panas).
Thermistor
 Thermistor berasal dari “ Thermally sensitive Resistor”
 Thermistor berdasarkan pada resistansi semikonduktor yang
tergantung pada temperatur. Jika temperatur naik, maka untuk
koefisien negatif resistansi akan turun dan untuk koefisien positif
resistansi akan naik

Thermistor

Negative Temperature Positive Temperature


Coeficient Thermistor Coeficient Thermistor
THERMOELECTRIC EFFECT

Sensor thermoelektric didasarkan pada 2 efek reversible yang


berlawanan dengan efek Joule yang irreversible.
Thomas J. Seebeck (1822)

“Dalam sebuah rangkaian dengan 2 logam


Seebeck
berbeda A dan B, dimana memiliki 2 junction
effect
dengan temperatur berbeda, maka arus
listrik akan dibangkitkan (konversi dari
energi thermal ke energi listrik).”

A A
T T + ΔT T T + ΔT

V
B B

Efek Seebek pada thermocouple


Jean C. A. Peltier (1834)

Pemanasan dan pendinginan


sebuah junction dari 2 logam
Efek Peltier berbeda ketika arus listrik
mengalirinya.

Peltier Effect: Ketika arus melalui rangkaian


thermocouple, maka salah satu junction dingin dan
junction yang lain hangat.
William Thomson (1847 – 1854)

Efek Penyerapan atau pelepasan


Thomson panas dalam sebuah konduktor
homogen dengan temperatur
tidak homogen ketika arus
mengalirinya.

Efek Thomson: Ketika arus mengalir sepanjang konduktor dengan


temperatur yang non homogen, maka panas akan diserap atau dilepas.
TIPE-TIPE JUNCTION
THERMOCOUPLE
Enclosed junction
Exposed junction untuk lingkungan korosif
pengukuran statik atau (merusak) dimana
dalam aliran gas nonkorosif dibutuhkan isolasi elektrik
dimana dibutuhkan waktu untuk thermocouple.
respon yang cepat. Junctionnya dibungkus dan
diisolasi dengan semacam
konduktor yang tahan panas
seperti oli, raksa, atau
Grounded junction bubuk metalik.
memungkinkan mengukur
temperatur statik atau
temperatur dalam aliran
cairan/gas korosif.Junctionnya
disolder kebungkus pelindung
sehingga respon thermal akan Isolated thermocouple
lebih cepat dari pada untuk ground yang
diisolasi. rentan noise.
HUKUM – HUKUM THERMOCOUPLE
Law of Tidaklah mungkin untuk
homogeneous mempertahankan sebuah arus
circuits thermoelektric dalam sebuah
rangkaian yang dibangun oleh
sebuah logam homogen hanya
dengan memberikan panas

Jumlah secara aljabar dari semua ggl dalam


Law of rangkaian yang disusun oleh beberapa logam
berbeda akan tetap 0 sepanjang seluruh rangkaian
intermediate
berada pada suhu yang seragam. Implikasinya
metals adalah sebuah material dapat dimasukkan ke dalam
rangkaian tanpa menambah kesalahan apapun,
karena junction baru yang terbentuk juga berada
pada temperatur yang sama.
Law of Jika 2 logam homogen menimbulkan sebuah
successive or ggl E1 ketika junction-nya pada suhu T1 dan
intermediate T2, dan sebuah ggl E2 ketika junction-nya
temperature pada suhu T2 dan T3, maka ggl ketika junction
pada suhu T1 dan T3 akan menjadi E1 + E2
(Figure 6.9). Ini berarti, sebagai contoh, tidak
dibutuhkan temperatur acuan 0 °C.
Temperatur lain pun bisa diterima.

Alternatif Cold Junction pada Rangkaian


Thermocouple
Solution => Dengan mencelupkannya pada Es
1) yang mencair (0 oC)

Akurasi Perawatan teratur dan


Tinggi Biaya Besar
Solution => dengan meletakkannya Biaya besar
2) pada Elemen Pendingin ( Oven Bersuhu untuk kabel
tetap) sambungan

Solution => dengan membagi Biaya tetap


cold junction menjadi 2 buah besar untuk
3) junction dan meletakkannya pada kebutuhan
temperatur konstan. Pada solusi temperatur
ini dapat digunakan kabel biasa acuan yang
(tembaga) tetap

4) Solution => dengan pembebasan junction


acuan untuk mengalami fluktuasi temperatur
lingkungan, tetapi pada waktu yang sama
dilakukan pengukuran fluktuasi oleh sensor
temperatur lain yang berada dekat junction
acuan.
SENSOR VARIASI REAKTANSI DAN
ELEKTROMAGNETIK

 SENSOR KAPASITIF
 Kapasitor Variabel
Kapasitor terdiri dari 2 bahan konduktor listrik yang terpisah
oleh bahan dielektrik, berupa : padat, Cairan,Gas Hampa
udara

 Persamaan Matematis

Q
C =
V
Q = muatan
V = beda potensial antara 2 keping konduktor
C = kapasitansi
Contoh untuk 2 kapasitor:
Besar kapasitansinya :
A
C = eo .er .
d
d
ε ε0 = konstanta dielektrik ruang hampa = 8,85 pF/m
εr = konstanta dielektrik relative
A = lebar konduktor
d = jarak antar konduktor

Energi pada kapasitor :E = 1 CV 2


2
Gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan 2 piringan
konduktor F :
1 e. A 2
F= 2
V
2d
Keuntungan Sensor Kapasitif :

•Sebagai sensor pemindahan mekanis yang


memiliki kelasahan/error pembebanan minimum,.
•Memiliki stabilitas tinggi.
•Tidak terlalu berpengaruh pada perubahan suhu
dibanding sensor resistif
•Resolusi pengukuran tinggi.
•Tidak menghasilkan medan magnet atau medan
listrik yang tinggi.
4.1.2. Kapasitor Diferensial

Terdiri dari dua kapasitor variabel tetapi dengan arah


yang berbeda, outputnya linear dan menambah sensitivitas
dibanding kapasitor tunggal.
eA c = eA
c1 = 2
d+ x d- x
v1
c1 x
AC C2 d+ x
V1 = V =V
c2 C1 + C2 2d
v2
C1 d- x
V2 = V =V
C1 + C2 2d
SENSOR ELEKTROMAGNETIK

Karakteristik sensor elektromagnetik terdiri dari satu atau dua


variabel kapasitor atau dari satu atau dua variabel induktansi.
Sensor ini menghasilkan perubahan medan magnet atau listrik tanpa
mengubah induktansi atau kapasitansinya

Sensor berdasarkan Hukum Faraday

df
e= - N e = GGL/tegangan
dt Φ = fluks listrik
Tachometer :

Prinsip kerja tachometer AC sama dengan prinsip


pada generator.Tegangan yang dihasilkan, yaitu

B = kerapatan fluks listrik


e = N.B.A.w.sin wt ω = kecepatan sudut konstan

Sensor Kecepatan Linier


(LVS-Linear Velocity Sensors) : digunakan untuk mengukur kecepatan
linier
Persamaan matematis:
b e = tegangan pada konduktor
e=
v v = kecepatan
Flowmeter Elektromagnet

Merupakan cairan konduktif yang bergerak dalam medan


magnet akibat 2 kumparan luar.

conduit

elektroda

lining

elektronagnetik flowmeter
Sensor Efek Hall

Efek Hall terjadi karena perbedaan potensial listrik


pada sisi konduktor atau semikonduktor dengan arus listrik
ketika medan magnet tegak lurus dengan arus listrik.
Persamaan matematis :
AH = koefisien Hall
VH .t VH = tegangan Hall
AH = t = ketebalan bahan
I .B I = arus primer
B = Kerapatan fluks listrik

Keuntungan:
1. Tidak terpengaruh terhadap kotoran debu, kelembaban atau getaran.
2. karakteristik selalu konstan.
The Pyroelectric Effect

 analog dengan efek piezoelektrik


 Ada tiga proses yaitu penyerapan intensitas radiasi,
perubahan temperatur menyebabkan perubahan
polarisasi secara spontan dan menghasilkan arus listrik
Ketika perubahan temperatur seragam melalui bahan, efek ini dapat
digambarkan dengan persamaan :
ΔP = pΔT, P = polarisasi spontan
p = koefisien pyroelektrik

The Pyroelectric Materials


 Linear: Turmalin, Litium sulfat, Cadmium dan Selenium Sulfit. polarisasi
tak bisa diubah dengan membalikkan medan magnet
 ferroelektrik : Litium Tantalat, Stronsium dan Barium Niobate Triglisin
Sulfat, dll
Radiation Law:Planck, Wien and
Stefan-Boltzman
berhubungan dengan radiasi sebuah benda hitam (benda yang
menyerap energi yang mengenainya).

Energy yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam per waktu, per
luas didefinisikan sebagai emisifitas ε. Emisifitas sebuah benda hitam
sempurna adalah sebesar, ε=1. Energy yang dipancarkan oleh
sebuah benda hitam per waktu, per luas pada suatu panjang
gelombang tertentu dirumuskan oleh planck dengan:
Wλ = c1 W.cm2/μm
[λ5 [exp (c2/λT) – 1]

c1 = 2c2h = 3,74 x 104 W.μm4/cm2 k =1,372 x 10-22 W.s/K,


c = hc/k = 1,44 cm.K konstanta Boltzmann
h = 0,655 x 10-33 W.s2 , c~3 x 108 m/s,
konstanta Planck kecepatan cahaya
 menemukan ada hubungan antara panjang
gelombang dengan Intensitas radiasi sebuah
benda pada suhu tertentu.
 Wien menemukan adanya pergeseran pada
Wilhelm masing-masing puncak intensitas (maksimum)
wien terhadap panjang gelombang untuk suatu suhu
tertentu.
 Semakin tinggi suhu suatu benda, maka puncak
intensitas maksimumnya semakin tinggi pula

Stefan dan Boltzman menyatakan bahwa semakin tinggi suhu suatu


benda maka makin besar energi yang diradiasikannya.
E = σT4 E = Energi yang dipancarkan pada suatu luasan
σ = Konstata Boltzmann 5,76x10-12 ,W/cm2K4
T = Suhu Mutlak ,K

Application
Efek ini digunakan untuk mendeteksi radiasi termal pada suhu
kamar. Contoh : pada pyrometer, Radiometer, IR Analizer
SENSOR DIGITAL
Input analog menghasilkan output digital Berdasarkan pada fenomena osilasi fisik

Penyandi Posisi Sensor Frekuensi Variabel

Incremental Position Encoder Quartz Digital Thermometers

Absolute Position Encoder Vibrating Wire Srain Gages

Vibrating Cylinder Sensor

SAW Sensor

Digital Flowmeter
Incremental Position Encoders

Penyandi ini terdiri atas sebuah mistar linier atau sebuah


piringan inersia rendah yang digerakkan oleh bagian yang
posisinya akan ditentukan, termasuk 2 tipe sektor yang memiliki
sebuah properti untuk membedakan keduanya.
1.2. Absolute Position Encoders

Penyandi ini menggunakan sebuah glass disk yang diberi


tanda dengan suatu pola track yang konsentris. Pancaran
cahaya yang terpisah dikirimkan melalui setiap track ke
masing-masing photo sensor yang akan menghasilkan 1 bit
pada output digital.
Keuntungan dan Kerugian

Incremental Position Encoders Absolute Position Encoders


+ Outputnya dalam bentuk digital
+ Lebih murah dan selalu memberikan posisi
dibandingkan penyandi absolut
absolut. + Kebal terhadap interupsi dan
interferensi elektromagnet.
- Outputnya merupakan - Relatif lebih mahal karena
pulsa untuk setiap membutuhkan reading head
perubahan yang hanya yang lebih kompleks
memberikan posisi relatif. - Reading element-nya harus
ditempatkan dengan
sempurna agar tidak
memberikan data yang salah.
SENSOR FREKUENSI VARIABEL
Sensor ini bekerja berdasarkan fenomena resonansi fisik
dimana menghasilkan frekuensi output yang bergantung
pada kuantitas fisik dengan memperhatikan efek dari
frekuensi osilasi.

Quartz DigitalThermometers
Termometer kuarsa digital ini bekerja berdasarkan koefisien
temperatur pada osilator kuarsa piezoelektrik.
Vibrating Wire Strain Gages

Frekuensi osilasi melintang terendah untuk kawat bergetar


adalah :
1/ 2
1F 
f   
2l  M 
Dimana l = panjang
f = gaya mekanik
m = berat jenis massa longitudinal(mass/length)

Pada vibrating wire gages, vibrasi melintang dibangkitkan oleh


arus pulsa yang diterapkan pada kumparan, yang kemudian
digunakan untuk mendeteksi frekuensi vibrasi.
Vibrating Cylinder Sensor
Frekuensi osilasi pada vibrating
cylinder sensor ini bergantung
pada dimensi, material, dan
massa dinding silinder.Dengan
menggunakan elektromagnetik
driver untuk menjaga osilasi
sistem, maka memungkinkan
untuk mengukur perbedaan
tegangan diantara kedua sisi
silinder yang disebabkan oleh
tekanan mekanis.
Aplikasi yang biasa digunakan
untuk prinsip pengukuran pada
alat ini adalah pengukuran
berat jenis cairan yang
mengalir.
Pengkondisian Sinyal untuk sensor resistif
Pengukuran Resistansi

 Persamaan umum sensor berdasarkan variasi dari harga


resistansi dari variabel yang diukur (x), dimana
R = Ro f(x), diasumsikan f(0) = 1.

 Untuk kasus hubungan linear, didapatkan persamaan:


R = Ro (1+x)
 Disebut linear, karena persamaan tersebut berorde 1,
dimana R sebanding ( jika R naik, maka Ro juga naik ).
 Range harga dari x sangat tergantung pada tipe sensor
dan range harga untuk banyaknya yang diukur.
Pengukuran Resistansi

 Ada dua batasan yang harus dipenuhi oleh sensor resistif :


 Tiap sensor membutuhkan supply listrik untuk menghasilkan.
sinyal keluaran,
 Supply ini memiliki magnitude yang berpengaruh terhadap sinyal
output

 Metoda pengukuran resistansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:


 Metoda defleksi
Pada metoda ini yang diukur :
 tegangan jatuh pada resistansi atau
 arus pada resistansi atau
 kedua-duanya yang diukur.
 Metoda Null
Berdasarkan pengukuran jembatan
Pengukuran Resistansi

 Metoda Two-reading.
Dengan menempatkan resistor stabil (diketahui nilainya) seri dengan
resistor yang tidak diketahui. Pertama mengukur tegangan pada
resistor yang diketahui, kedua mengukur tegangan pada resistor yang
tidak diketahui selanjutnya dibandingkan sehingga didapatkan nilai
resistor yang tidak diketahui :
 Pembacaan 1: Pembacaan 2 : Didapatkan
V VRx
Vs  Rs Vx  Vx
Rs  Rx Rs  Rx Rx  Rs
Vs
Rs = Resistorstabil
Rx = Resistor yang tidak diketahui
V = Tegangan sumber
PEMBAGI TEGANGAN : Potensiometer

ekivalen dengan :

 Pada rangkaian dibawah ini terdapat persamaan sebagai berikut :


Vo = V(1-x)
= V – Vx = Vtotal – Vvariabel x
Ro = Rnx (1-x)
= Rnx – Rnx2
V (1  x) Vo
Vm  Rm  Rm
Rnx (1  x)  Rm Ro  Rm
yang merupakan rumus pembagi tegangan
 Error absolut e :
e =( Vm – Vo) / V = [-x (1 – x)2 ]/ [k + x (1-x)]
PEMBAGI TEGANGAN : Aplikasi Thermistor

 Persamaan umum dari thermistor:


RT = Ro exp [ B (1/T –1/To) ] = Ro f(T)
Dimana temperatur dalam Kelvin.
 Persaman ini menunjukkan keadaan yang tidak linear dan bisa
dijadikan linear dengan menggunakan pembagian tegangan.
R
Vo  V
R  RT
 Dimana : RT = Resistansi Thermistor
R = Resistansi (yang diketahui nilainya) seri
dengan resistansi Thermistor
V = Tegangan Sumber
Vo = Tegangan yang terbaca pada resistansi R
JEMBATAN WHEATSONE : METODE SEIMBANG
i
a
I1 R1  I 2 R2 R1 R2

R1 R2

E R1  R3 R2  R4
I1  I 2 
E c G d
R1  R3
R3 R4
I1  I 2 
E R1 R4  R2 R3
b R1  R3

Jika R4 tidak diketahui, tahanannya Rx dapat dinyatakan oleh tahanan-tahanan


R2
yang lain, yaitu: R x  R3
R1
Pemecahan persoalan rangkaian jembatan pada ketidaksetimbangan didekati
dengan mengubah jembatan Wheatstone Gambar 1 ke penggantinya
Thevenin. R a R 1 2

C Rb d

R3 b R4
JEMBATAN WHEATSTONE : METODE DEFLEKSI

Sensitivitas dan Linieritas Kalibrasi Jembatan Sensor


i

R1 R2 R1 R2

Vo I1 Vo
I2
V V

R4 R3=Ro(1+x R4 R3
)

S
V0 V
 k
1 V0 V  R 
xR0 R0 k  1k  1  x  S   0 1  c 
xR0 R0  R0 

Perbedaan dan Rata-rata Alat Ukur Kompensasi Power Supply Dari Jembatan Wheatstone

kR0 kR0 kR0 kR0

Vo Vo
V V

R0(1+X2) R0(1+X1) R0

V0  V
k
x  x  V0  V
kx
k  12 1 2 k  1k  1  x 
ACQUISITION DATA

.
10.2 STRUKTUR SISTEM
TELEMETRI
TELEMETRI AMPLITUDE

 Telemetri Tegangan
Metode yang paling sederhana untuk mentransmisikan informasi yang
berhubungan dengan banyaknya variabel yang akan diukur adalah
dengan mengkonversi sinyal keluaran sensor kedalam suatu tegangan
yang nilainya sebanding, kemudian menghubungkan tegangan ini ke
suatu saluran dua kawat dan mengukur tegangan pada penerima,
seperti pada gambar
Telemetri Arus

 Sebagian dari keterbatasan telemetri tegangan bisa diatasi


dengan mengkonversi kuantitas yang diukur menjadi arus yang
nilainya sebanding , yang dikirim ke line penghubung.
 Pada receiver, arus ini akan dideteksi dengan mengukur
tegangan jatuh yang melewati resistor.
 Gambar berikut ini menunjukkan sistem telemetri arus yang
berdasarkan kepada current to voltage converter pada ujung
receiver.
Time Division Multiplexing(TDM)
 Sistem TDM ini menggunakan saluran dan frekuensi tunggal,
dimana tiap sinyal data ditempatkan pada slot waktu.

 System TDM adalah system serial karena sinyal dari masing-


masing user berurutan dalam time slot.

 Metoda multiplexing ini biasa digunakan pada system akuisisi


data, juga merupakan cara yang umum digunakan untuk
multiplexing sinyal digital

 Setiap sinyal informasi yang berbeda di-sampling pada waktu


yang berbeda, kemudian dilakukan teknik modulasi pulsa ( :
PCM)

Anda mungkin juga menyukai